Nanoteknologi merupakan gabungan dari kata ‘nano dan ‘teknologi’. Nano sendiri merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yang artinya kecil, sedangkan teknologi yang terhubung dengan nano memiliki arti yaitu suatu aplikasi material atau sistem pada skala nano (0,1-100 nm).
Didalam beberapa dekade terakhir ini, nanoteknologi berkembang menjadi sebuah ilmu disiplin yang tengah dikembangkan di berbagai negara, sebagai contoh yaitu Amerika Serikat.
Amerika Serikat telah membangun riset mengenai teknologi nano dengan mendirikan National Nanotechnology Initiative (NNI). Tidak hanya di benua eropa saja, benua asia pun yang terdiri dari beberapa negara, seperti Korea, China, Thailand, Malaysia, dan Vietnam pun, tengah mengembangkan teknologi nano terutama pada sektor pertanian dan pengolahan pangan. Lalu, apakah Indonesia juga mengembangkan teknologi nano?
Di Indonesia nanoteknologi sendiri masih belum dikenal untuk beberapa kalangan masyarakat. Selain itu, untuk penelitian dan pengembangannya juga belum banyak dilakukan, terutama pada sektor pertanian dan pengolahan pangan (Hoerudin dan irawan 2015) dan hanya terdapat beberapa produk hasil nanoteknologi di bidang pangan fungsional, seperti daun gambir untuk antioksidan, ekstrak temulawak, lemak cokelat untuk meningkatkan serat fungsional, serta peningkatan vitamin dan zat besi pada ubi kayu.
Padahal, di Indonesia sudah ada kegiatan litbang nanoteknologi yang sudah dirintis sejak awal tahun 2002-an. Hingga kini, di Indonesia sudah terdapat institusi-institusi antara lain, LIPI, BPPT, BATAN, ITB, UGM, UI, dll. Alasan yang didapatkan mengapa Indonesia masih belum banyak perkembangan teknologi nano adalah belum adanya institusi di Indonesia yang secara khusus memfokuskan kegiatan litbang nanoteknologi untuk sektor pertanian dan pangan.
Jika ditelaah lebih lanjut, menurut peneliti nanoteknologi bidang pangan Kementerian Pertanian, di Indonesia pengembangan nanoteknologi di Indonesia sangat prospektif, bila dibandingkan dengan bidang lain. Indonesia sendiri merupakan negara yang sebagian masyarakatnya bekerja sebagai petani, dikarenakan kekayaan alam yang berlimpah sehingga bahan pangan dapat dengan mudah dikembangkan jika menggunakan teknologi nano.
Selain itu, terdapat keuntungan-keuntungan yang membuat petani tidak harus mengeluarkan biaya produksi yang lebih besar tetapi tidak memundurkan kualitas dan kuantitas bahan pangan yang ia tanam.
Nanoteknologi dikenal sebagai teknik memanipulasi atau merekayasan ukuran sesuai kemauan untuk berbagai aplikasi dan manfaat. Pemanfaatan dalam bidang pangan sendiri adalah untuk menghasilkan produk-produk pangan yang mampu memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik tanpa meningkatkan biaya produksi. Arti dari meningkatkan kualitas adalah untuk menambahkan zat gizi atau sifat baru yang terkandung dalam pangan yang diharapkan mampu lebih efektif dan lebih efisien jika diserap oleh tubuh.
Selain itu, nanoteknologi mempunyai potensi yang besar sebagai pembawa komponen baru yang efektif untuk meningkatkan kesehatan dan juga dapat meningkatkan kelarutan, dan menjaga stabilitas mikronutrien dan komponen bioaktif lainnya selama pengolahan, penyimpanan, dan pendistribusiannya.
Dengan adanya nanoteknologi sebagai aplikasi untuk membuat pangan dapat mengurangi produk yang lebih sehat seperti rendah lemak, rendah gula, dan rendah bahan pengawet yang membuat akan semakin banyak makanan yang sehat dan membuat mutu pangan dan mutu efisiensi gizi yang diterima tubuh lebih baik.
Selain untuk pangan, terdapat manfaat teknologi nano untuk kemasan. Dengan adanya teknologi nano yang dapat merekayasa sesuai keinginan, harapannya kemasan produk nantinya dapat ramah lingkungan dan dapat antimikroba yang tidak secara langsung dapat mengurangi masalah-masalah yang sering timbul dikarenakan masih banyak sekali industri yang menggunakan plastik yang susah di urai oleh bumi