Lihat ke Halaman Asli

Perkembangan Batik dalam Dunia IPTEK Sebagai Warisan Budaya di Yogyakarta

Diperbarui: 27 Februari 2024   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nisa Anggraeni

12 IPS 1 SMAN 3 Kabupaten Tangerang

    Yogyakarta, daerah yang diistimewakan oleh Indonesia. Berbagai julukan melekat di nama Yogyakarta seperti "Kota Budaya" karena memang, kota ini menjadi pusat seni dan kebudayaan di Indonesia. Banyak sekali kearifan lokal yang hadir ataupun lahir di sini seperti tari, musik gamelan, seni ukir dan batik. Namun kearifan lokal yang banyak dan pasti orang mengenal bahkan sampai luar negeri ialah batik.

    Secara etimologi, istilah batik berasal dari Bahasa Jawa, yaitu ambatik. Amba artinya kain, sedangkan matik atau titik artinya membuat titik. Jika disimpulkan, batik adalah titik-titik yang digambar pada media kain yang lebar sehingga menghasilkan pola pola yang indah. Corak batik yang beragam bukan sembarang dilukis, melainkan mengandung penuh makna dan filosofi yang berasal dari budaya yang berkembang di Indonesia.

    Ciri khas dari batik Yogya terlihat dari warna dasar kainnya yang berwarna cerah, seperti putih. Pada batik Yogya warna putih melambangkan kesucian, kebersihan, kerendahatian, ketenangan hati dan pikiran serta sifat sifat yang memaafkan. Selain warna dasar, motif batik Yogya memiliki bentuk yang lebih besar dan geometris. Corak garis batik Yogya memiliki garis yang tebal dibanding batik yang lain, karena memiliki arti tentang keberanian dan ketegasan.

    Namun ada ragam motif dan corak yang dilarang dipakai untuk kalangan biasa, yaitu batik keraton. Batik Keraton adalah batik yang berkembang di lingkungan keraton. Batik keraton merupakan awal mula dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Batik keraton disebut batik larangan karena memiliki arti simbol kerajaan, yang berarti hanya raja saja atau keturunan keraton saja yang dapat memakai motif tersebut. Motif yang dilarang, seperti motif parang.

    Seiring perkembangan iptek yang deras, batik menjadi warisan budaya yang mendunia dan dapat bersaing di manca negara. Bahkan batik mulai melakukan perubahan akibat dari iptek ini, supaya warisan ini dapat bertahan dan mengambil lebih banyak ketertarikan masyarakat lokal yang belum terlalu dalam mengenal batik.

Motif batik tak berpusat pada alam sekitar saja

    Sekarang, motif batik memilik peningkatan dalam bentuk dan polanya. Dahulu motif batik hanya berpusat pada alam sekitar, seperti gunung, tumbuhan, satwa dan langit. Sekarang motif batik mulai beragam seiring dengan perkembangan iptek saat ini. Pengrajin batik memutar otak mereka memikirkan cara agar batik bisa bersaing di kancah luar negeri, maka munculah inovasi untuk membuat corak yang baru dengan filosofi yang lebih luas juga. Contohnya seperti motif ceplok yang memiliki arti harapan orang tua.

Teknik batik yang berubah

    Sebelum adanya perkembangan iptek batik masih menggunakan cara yang tradisional, yaitu dengan canting yang dicelupkan ke dalam lilin yang meleleh. Cara ini membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan untuk menyelesaikan satu kain batik saja, karena harus teliti dalam pengerjaannya. Namun seiring perkembangan iptek dan semakin banyaknya konsumen para pengrajin batik mulai menemukan cara yang lebih mudah dan cepat untuk menyelesaikan satu kain batik. Gabungan seni budaya dan teknologi ini lah yang mengantarkan batik Yogya ke kancah internasional dan diakui oleh UNESCO.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline