Dijuluki sebagai Kota Suwar Suwir, Jember merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang ekonominya tergolong stabil. Tak hanya dijuluki sebagai Kota Suwar Suwir, Jember juga memiliki banyak julukan lain dalam berbagai aspek. Contohnya dalam aspek kebudayaan, Jember dikenal sebagai Kota Karnaval. Hal ini dikarenakan Jember memiliki acara karnaval busana disebut Jember Fashion Carnval (JFC) yang selalu diadakan setiap tahun. Jember Fashion Carnaval (JFC) sudah menjadi karnaval kelas dunia.
Dalam pertumbuhan ekonomi, Jember sangat bergantung pada sektor pertanian, perdagangan, dan industri. Dibuktikan dengan julukan sebagai Kota Tembakau karena Jember merupakan salah satu penghasil tembakau terbesar di Indonesia. Bahkan, tarian khas Jember benama Tari Lahbako. Tembakau Jember sering kali digunakan sebagai kulit cerutu.
Kota Jember juga menjadi penghasil edamame terbesar di Indonesia. Dilansir dari situs resmi GNFI (Good News From Indonesia), disebutkan bahwa kota Jember menghasilkan edamame sebanyak 9.000 ton setiap tahunnya. Sehingga, edamame kerap sekali menjadi buah tangan untuk wisatawan yang berkunjung di Jember. Bahkan, edamame sudah diakui oleh dunia kualitasnya sehingga diekspor ke beberapa luar negeri seperti Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat. Hal ini membuat pertumbuhan ekonomi di kota Jember dapat terus stabil.
Meski begitu, kelompok pangan dan tembakau pernah berkontribusi banyak dalam inflasi di Jember pada bulan Maret 2024.
Lantas bagaimana pengaruh inflasi terhadap ekonomi Jember? Dilansir dari antara.com, menurut Kepala BPS Jember Tri Erwandi dalam keterangan tertulis, inflasi ini terjadi hingga mencapai 6,33 persen yang merupakan pemberi andil inflasi month to month tertinggi dibanding kategori lainnya. Komoditas pangan seperti beras, minyak goreng, dan ayam yang dominan memberi andil inflasi bulanan bahkan tahunan. Justru cabai rawit yang bulan lalu ikut andil besar dalam inflasi, kini menjadi berandil dalam deflasi. Hal ini menunjukkan bahwa yang komoditas pangan yang biasanya inflasi, dapat berubah menjadi deflasi begitupun sebaliknya. Namun, Jember termasuk kota dengan inflasi terendah urutan ke-7 pada tahun 2023 menurut detik.com.
Inflasi ini sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat di Jember karena hasil pertanian dan pendapatan petani juga menjadi turun.
Perekonomian Jember sempat merosot hingga menyentuh angka minus 2,98 persen saat pandemi COVID-19 di tahun 2020. Padahal tahun 2019 sebelum pandemi, pertumbuhan ekonomi mencapai angka 5,51 persen. Hal ini juga berdampak pada inflasi Jember. Pertumbuhan ekonomi Jember kembali normal dan stabil pada tahun 2021 pasca pandemi COVID-19, bahkan mengalami kenaikan yang cukup tinggi di tahun 2023.
Pada Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, tercatat bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 mengalami kenaikan hingga 4,93 persen. Dengan ini, Bupati Jember Hendy Siswanto mendapatkan penghargaan dari Kompas TV karena keberhasilannya dalam memulihkan ekonomi Jember pasca pandemi COVID-19.(Dwi NH dan Mikhael Gewati, 2023). Kondisi ekonomi pada tahun ini tergolong sudah baik namun sektor utama masih belum optimal dan tergolong kecil kenaikannya dibanding dengan sektor perdagangan dan industri. Sektor pertanian yang seharusnya mendominasi hingga naik 5 persen malah hanya naik 3 persen saja.
Salah satu peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yakni UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) juga perlu ditingkatkan agar perekonomian di Jember merata dengan baik. Pengertian UMKM sendiri adalah usaha yang dilakukan perseorangan ataupun badan usaha yang mememenuhi kriteria sebagai usaha mikro. UMKM sangat berperan besar dalam pemerataan pendapatan masyarakat.
Sekarang sudah banyak sekali UMKM di Jember namun masih banyak pula yang tidak mendapatkan hasil yang baik. Jember memiliki sebanyak 647.00 usaha mikro, menjadikan kota dengan UMKM terbanyak di Jawa Timur. Begitu banyak sehingga terjadi persaingan ketat antar pelaku UMKM. Contoh persaingannya yakni seperti pelaku usaha mencoba mengikuti yang sedang trend saat itu. Namun, kesalahan yang sering dilakukan yaitu asal mencoba dan tidak mencari tahu seluk beluk cara pembuatan yang benar dengan bahan yang sesuai. Produk kebanyakan berujung tidak sesuai seperti yang orisinal. Jadi, konsumen mengira bahwa rasa dari produk yang diharapkan persis seperti yang dibeli dengan harga murah. Di jaman sekarang bisa dikatakan produk versi low budget yang menurunkan kualitas asli produk orisinal.
Permasalahan yang menjadikan UMKM terhambat yaitu masih terjadinya pengelolaan yang masih bersifat tradisional sehingga tidak memanfaatkan teknologi yang berkembang. Banyak sekali pedagang yang sudah berusia tua dan tidak bisa menggunakan teknologi dengan baik. Jadi hanya memanfaatkan cara promosi tradisional yakni hanya menggunakan plang atau nama produk di gerobak saja.
Keterbatasan modal juga bisa menjadi salah satu penyebab UMKM terhambat. Modal sendiri sangat diperlukan untuk memulai suatu usaha agar berjalan dengan baik. Namun dengan keterhambatannya dalam modal, pedagang perlu hutang dari pihak perbankan. Untung saja saat ini Bupati Jember sangat mendukung untuk mengembangkan UMKM dengan melakukan kerja sama dengan beberapa bank terkait KUR (Kredit Usaha Rakyat) untuk mempermudah pedagang dalam permodalan usaha. Hal ini dilansir dari Radar Jember dilakukan guna menaikkan ekonomi Jember.