Lihat ke Halaman Asli

Nisa Amelia

mahasiswa

Tiga Pilar Retorika Dakwah: Bahasa Baku, Data, dan Riset

Diperbarui: 16 Juni 2024   11:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Syamsul Yakin dan Nisa Amelia (Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.)

Faktor-faktor keberhasilan dakwah mencakup banyak aspek. Misalnya, penggunaan teknologi dan ketepatan dalam memilih pendekatan, strategi, dan metode dakwah.

Namun, dalam praktiknya, yang juga sangat penting adalah pengembangan bahasa retorika dakwah.

Untuk mengembangkan retorika dakwah verbal, baik lisan maupun tulisan, minimal perlu memperhatikan tiga hal: penggunaan bahasa baku, berbasis data, dan berbasis riset.

Pertama, harus menggunakan bahasa baku atau standar. Bahasa baku adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Bahasa baku biasanya digunakan dalam forum resmi.

Namun, perlu dicatat bahwa penggunaan bahasa asing dapat menjadi selingan dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada audiens. Terkadang, penggunaan bahasa gaul atau bahasa daerah juga penting untuk mendekatkan audiens dengan pembicara dan menciptakan suasana yang lebih santai melalui humor atau candaan sebagai pemecah kebekuan.

Kedua, informasi yang disampaikan harus berbasis data. Data adalah fakta yang belum diolah, sedangkan fakta adalah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia, nyata, dan ada. Data bisa berupa simbol, angka, atau kata-kata.

Berbasis data berarti materi atau tema yang disampaikan didasarkan pada fakta. Setiap fakta biasanya bisa diverifikasi bersama.

Ketiga, informasi yang disampaikan harus berbasis riset. Riset adalah penelitian yang dimulai dengan pengumpulan data, analisis, dan pembuatan kesimpulan. Hasil riset yang bisa dikutip misalnya tentang jumlah penduduk Indonesia, perbandingan laki-laki dan perempuan, pendidikan, pendapatan per kapita, dan lain-lain.

Inilah pengembangan bahasa retorika dakwah yang dianggap sebagai salah satu faktor keberhasilan dakwah, selain penggunaan teknologi dan ketepatan dalam memilih pendekatan, strategi, dan metode dakwah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline