Lihat ke Halaman Asli

Hani

Peserta Danone Digital Academy 2021 ~ https://www.nisaahani.com/

Seto Krisna Putra: Ubah Limbah Korek Gas Menjadi Miniatur Robot dan Bisa Jadi Cuan

Diperbarui: 4 November 2023   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: instagram el_bareeq

Selama ini saya berpikir bahwa korek gas tipe barang yang jika sudah habis harus langsung dibuang. Karena ngeri kenapa-napa. Tidak terpikirkan jika bisa diolah kembali. Tapi ternyata, di tangan kreatif Seto Krisna Putra atau bisa dipanggil Kak Seto, limbah korek gas bisa diubah menjadi miniatur robot, hewan, mobil yang bernilai jual.

Pria yang merupakan staf Peran Serta Masyarakat dan Penataan Hukum di Suku Dinas Lingkungan Hidup (Sudin LH) Jakarta Timur ini memang kreatif memanfaatkan limbah menjadi karya seni atau benda bermanfaat. Selain limbah korek gas, Kak Seto juga memanfaatkan limbah kayu menjadi tempat lampu dan jam, bubble wrap, baterai, kawat, atau hp bekas pun tak luput dari tangan kreatifnya. Semua didaur ulang menjadi sesuatu yang menarik dan berpotensi jadi cuan. Karena karyanya ada saja yang menawar untuk membeli. Tapi memang sepertinya untuk saat ini olahan limbah korek gas yang sedang diminati. Dengan harga yang dibanderol mulai dari Rp 50.000,- hingga jutaan rupiah tergantung ukuran dan kesulitannya, miniatur robotnya sudah tembus pasar asia, seperti Jepang dan Brunei Darussalam. Hasil karyanya pun sempat mengikuti pameran-pameran, sudah diliput aneka media, dan mendapat apresiasi Astra SATU Indonesia Awards (SIA) Provinsi.

Sumber gambar: instagram el_bareeq

Awal karya ini terinspirasi saat beliau sedang bekerja mengangkut sampah dan menemukan barang-barang bekas. Beliau merasa sampah yang ada ini masih bisa dimanfaatkan untuk dijadikan kreasi kerajinan tangan, bukannya langsung dibuang. Dengan perlahan tapi pasti, Kak Seto pun mencoba aneka kreasi dari limbah korek gas dan beberapa barang bekas lainnya. Membuat miniatur bisa terbilang sulit, karena harus merakitnya satu-satu dan memastikan terbentuk dengan rapi. Oleh karena itu, dibutuhkan waktu hingga berjam-jam untuk satu miniatur. Biasanya yang digunakan hanya bagian kepala korek saja/bagian besinya dan itu bisa menghabiskan 40 buah korek untuk satu miniatur. Jadi, langkah awal yang harus dilakukan dalam pembuatan karyanya, Kak Seto yang mendapat bahan baku dari bank sampah atau sampah yang ada di sekitar, harus memisahkan bagian kepala dengan badan korek, baru deh dirakit.

Semua dilakukan otodidak, tapi pria umur 40 tahun ini terbuka jika ada yang ingin belajar atau berdiskusi bersama. Karena dari awal mengelola limbah korek ini, selain ingin membuktikan bahwa benda yang dianggap sampah, tapi bisa juga berguna, beliau juga ingin lebih banyak orang lain, terutama anak muda yang berkarya dan mengurangi volume sampah. Karena seperti yang kita tahu, jika sampah langsung dibuang tanpa diolah terlebih dahulu akan semakin menumpuknya sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), yang mana tentu itu berbahaya untuk lingkungan.

Menarik sekali melihat kreasi Kak Seto dan saya harap lebih banyak yang tahu tentang ini serta ada lebih banyak kolektor/penikmat seni tertarik atau pihak-pihak yang ingin bekerjasama dan mengapresiasi. Karena meski terbuat dari limbah, tapi bisa disulap menjadi hasil yang berkelas dan bernilai seni. Sebab bukan hanya mentahan begitu saja hasil karyanya, tapi di cat ulang dan ditata macam diorama seperti yang biasa kita lihat di museum. Selain itu, kita pun bisa mengurangi sampah dan bukan tidak mungkin membuka lapangan kerja. Sehingga mampu memberi asa untuk hari ini dan masa depan. Harapan untuk berkontribusi mengurangi sampah dan juga mendapat penghasilan. Sehingga meningkatnya kualitas lingkungan dan taraf hidup masyarakat Indonesia.

Referensi:




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline