Makam Syekh Jamaluddin yang berlokasi di Desa Tanjungsari Kecamatan Cikaum Kabupaten Subang ini memiliki sejarah yang sangat jarang diketahui oleh penduduk sekitar maupun penduduk luar.
Makam Syekh Jamaluddin, sebelum diperkenalkan/dipermaklumkan oleh Syekh Ali (kisaran tahun 1950) masyarakat saat itu menyebutnya sebagai makam karuhun.
Syekh Ali ini merupakan tokoh ulama yang berprofesi selain pedagang juga seorang perekrut calon-calon jama'ah haji yang mengurus proses hajian dari keberangkatan hingga kepulangan, baik transportasi laut, darat, konsumsi, penginapan, dll.
Karena di Tanjungsari saat itu dipandang banyak yang melaksanakan ibadah haji, maka Syekh Ali suatu ketika menunaikan keinginannya berkunjung ke Tanjungsari karena dilatar belakangi keyakinan bahwa suatu daerah yang bagus perkembangan syi'ar Islamnya biasanya di wilayah tersebut hidup atau disinggahi seorang waliyullah (orang istimewa)...
Sesampai di Tanjungsari, syekh Ali minta diantar ziarah ke makam waliyullah yang ada di Tanjungsari oleh tokoh agama setempat (KH. Abas, KH. Sanusi, dll), namun saat itu H. Abas mengatakan bahwa di Tanjungsari tidak ada makam waliyullah, yang ada hanya makam karuhun.
Saat beberapa meter menjelang sampai makam dimaksud, tiba-tiba Syekh Ali melepas sandal dan uluk salam, berjalan seperti merangkak menuju makam, dan berziarah dengan khusyu'. Setelah selesai ritual ziarah beliau berkata pada KH. Abbas dan yg ikut saat itu bahwa yang diziarahi itu bernama Syekh Jamaluddin, Prajurit Mataram yang pulang setelah berperang melawan tentara Belanda di Batavia. Konon, sepulang dari Batavia beliau terpisah dari rombongan yang kemudian bermukin di Tanjungsari di sekitaran lokasi yang jadi makam saat ini.
Jika menurut Sejarah yang ada, penyerangan Mataram ke Batavia, maka bisa diprediksikan bahwasanya Syekh Jamaluddin berada di Tanjungsari kisaran tahun 1628. Semasa Beliau bermukim di Tanjungsari, Syekh Jamaluddin tidak diketahui sempat berkeluarga. Konon, Beliau hanya berkebun dan ngahuma (menanam padi di tanah kering/daratan).
Adapun teman seperjuangan Syekh Jamaluddin yang diketahui berdomisili di sekitaran Desa Tanjungsari Timur yaitu Mbah Barep (Jatiroke Jatibaru Ciasem), Mbah Lidra (Nanggerang Binong), Mbah Hasanuddin (Hambaro Jatibaru Ciasem).
Peninggalan Beliau yang diyakini pernah ada di makam antara lain ; pedang, kujang, baju, Al-Qur'an besar tulis tangan, tombak, macan yang konon merupakan jelmaan Khadam Syekh Jamaluddin.
Peninggalan-peninggalan itu sering pindah-pindah tangan karena dipinjam untuk suatu keperluan. Dan konon katanya peninggalan-peninggalan tersebut raib satu demi satu saat maraknya permainan judi SDSB, banyak yg menyalahgunakannya.
Wallaahu A'lam.
Narasumber :
* K. Ade Abdul Hamid bin H. Muhammad Amin
* Wkl. Umar bin Arim
* Wkl. Abas Basuni bin Samsuri