Lihat ke Halaman Asli

Saatnya Bersihkan Noda Politik di Dunia Sepak Bola Indonesia

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14168995401658407651

Sejenak saya berfikir apakah para petinggi-petinggi organisasi sepak bola kita benar-benar sudah tidak memiliki rasa nasionalisme untuk memperbaiki dan membuat dunia sepak bola kita berprestasi. Seolah mereka dibutakan oleh iming-iming uang dan gratifikasi lainnya dari kalangan elit politik yang tentunya demi keberlangsungan dan keberhasilan mereka di dunia politik. Kebanyakan kita hanya menggurutu dan mengkritik tidak jelas sendiri. Tanpa berbuat sesuatu yang dapat berpengaruh positif dan memperbaiki keadaan. Sebagai orang yang cinta dan peduli pada sepak bola Indonesia tentu kita ingin melihat sepak bola kita, baik itu tim nasional maupun pelaksanaan liga-liga lokal dapat lebih baik lagi. Akan tetapi keinginan tersebut sering terbentur karena kita hanya penonton dan sulit untuk terlibat langsung membuat perubahan, meskipun hasrat kita sangat besar untuk memberikan kontribusi.

Masih belum lekang dari ingatan bagaimana timnas Indonesia yang hendak bersiap melakoni laga hidup mati di Piala AFF 2010, harus dibawa “bersafari” ke rumah Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie. Lalu  PSSI memilih seorang politisi aktif DPR asal Partai Demokrat, Ramadhan Pohan, sebagai manajer timnas sepak Bola Indonesia.

Penunjukan Ramadhan sendiri langsung menimbulkan pertanyaan luas dari publik. “Sampai kapan sepak bola harus mengemis di bawah pengaruh politik? Inilah hal yang disuarakan para aktivis yang tergabung dalam Save Our Soccer (SOS). Penunjukan Ramadhan Pohan dianggap sebagai kecerobohan PSSI pimpinan Djohar Arifin Husin.

“Kami Sangat Menyayangkan Hal Itu Terjadi, Dimana Lagi-Lagi Politisi Ikut Campur Dalam Urusan Persepakbolaan Negeri. Hal Itu Adalah Penghianatan Revolusi PSSI” - Apung Widadi (Aktivis Save Our Soccer Indonesia)

Pergantian pengurus PSSI rupanya belum mampu membawa sepakbola Indonesia pada iklim yang lebih baik. Lagi-lagi arogansi dan politisasi para pengurus masih kental mewarnai perjalanan sepakbola negeri ini. Gerbong kepengurusan lama yang tersingkirkan rupanya masih belum terima akan hilangnya rumah “penghasilan” mereka. Sementara, para pengurus baru juga masih terbawa aroma politisasi dari sang pencetus “breakaway league”. Pertarungan demi pertarungan terus digelar oleh kedua kubu yang saling mengklaim bahwa merekalah yang paling benar, tanpa memikirkan konsekuensi tindakan mereka pada persepakbolaan tanah air. Hasilnya, serasa kita mengalami mimpi buruk.

“Footbal Is Nothing Without Fans, It Could Be The Greatest Game In The World But If There Are No People There To Watch It, Its Become Nothing. The Fans Are The Lifeblood Of The Game – Jock Stein

Berangkat dari apa yang Jock Stein bilang. Di saat para petinggi-petinggi sepak bola kita telah buta. Saya rasa kita sebagai fans adalah salah satu aspek yang dapat dan harusnya berbuat sesuatu untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Kontribusi kita sebagai fans sepak bola Indonesia yang cinta dan peduli pada sepak bola Indonesia adalah hal dasar yang bisa kita berikan untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Dengan tetap menunjukkan sikap idealis menolak segala tindakan politisasi terhadap sepak bola dan organisasinya. Mendukung semua kalangan pemain yang menolak tindakan politisasi. Atau hal yang lebih signifikan ikut ke dalam menjadi anggota LSM penyelamat sepak bola seperti SOS (Save Our Soocer) Indonesia. Dengan begitu setiap aspirasi kita untuk perkembangan sepak bola dapat ter-organized, dan dapat langsung disuarakan kepada PSSI selaku organisasi yang bertanggung jawab terhadap persepakbolaan Indonesia. kita pun bisa ikut menjadi kontrol terhadap kinerja PSSI. Seperti kita tau sekarang ini PSSI memang sarat seali dengan politisasi.

Memang sulit bagi kita fans sepak bola untuk melawan politisasi yang terjadi di persepakbolaan Indonesia, begitulah politik selalu ada dimana-mana. Tetapi sebagai aspek penting seak bola, kita harus tetap mendukung sepak bola yang ada sekarang agar benar-benar menjadi olah raga yang benar murni. Menjadi olah raga yang indah untuk dinikmati tanpa adanya campur tangan pihak-pihak tertentu yang membuat sepak bola tidak berkembang dan sangat rendah nilainya untuk di nikmati. Oleh sebab itu kita memang perlu melakukan sebuah tindakan meski kita hanya sekedar fans. Karena ada banyak yang bisa fans lakukan agar sepak bola menjadi hal yang membanggakan di Indonesia. Dan tetap optimis akan hal tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline