Lihat ke Halaman Asli

Tetap Bertahan dan Bangkit

Diperbarui: 14 Februari 2021   15:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Nirmala Herawati

XII MIPA 5

Adzan subuh berkumandang, begitupun alarm di kamar Ayu sudah berbunyi dan Ayu pun terbangun dari tidurnya "Alhamdulillah sudah adzan subuh" (sambil beranjak dari tempat tidurnya). Ayu pun segera bersiap siap untuk melaksanakan sholat subuh bersama ibu dan adiknya. Setelah mereka bertiga selesai sholat subuh Ayu dan Putra pun segera bersiap siap untuk pergi ke sekolah. Sementara ibunya pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Terdengar suara ibu nya yang teriak "Ayu, Putra kalian sudah siap belum, ayo sini sarapan dulu, sarapan nya sudah siap" Ayu pun membalas teriakan ibu nya "iya bu Ayu sebentar lagi selesai". Sedangkan Putra sudah bergegas ke meja makan. Ibu dan Putra sudah terduduk di meja makan tinggal menunggu Ayu yang masih bersiap siap. Kemudian Ayu pun datang dan Putra bergumam, "Ah kak Ayu lama sekali, aku kan sudah laper" Ayu pun membalas adiknya yang bergumam, "Ih apa sih kamu lebay banget, lama dari mana sebentar juga" (sambil tersenyum menggoda adiknya). Ibu nya pun menyudahi obrolan anak-anaknya, "sudah, sudah, cepat makan sarapan nya nanti kalian terlambat pergi ke sekolah". Mereka bertiga pun telah selesai sarapan, tiba waktunya Putra dan Ayu pergi ke sekolah.

Putra dan Ayu bersekolah di sekolah yang sama karena kebetulan perbedaan umur Ayu dan Putra tidak terlalu jauh yaitu Putra berada dikelas satu SMA dan Ayu berada di kelas dua SMA. Ayu adalah seorang anak yang paling ceria, pintar, dan cantik. Ia selalu mendapatkan ranking tiga besar di kelasnya dan dia duduk bersama sahabatnya yang bernama Ranis, mereka bersahabat mulai dari kelas satu SMA karena kelasnya tidak berubah. Semua orang di sekolah mengetahui bahwa Ayu adalah anak yang baik, pintar, dan ceria. Berbeda dengan Putra, ia sedikit pemalu dan lebih diam mungkin karena ia laki-laki, tetapi kepintaran nya tidak kalah hebat dari Ayu, Putra pun adalah anak yang pintar yang selalu mendapatkan ranking tiga besar. Ayu pun tiba di kelasnya, ia menyapa teman-teman nya dikelas "Assalamu'alaikum semuanya" dan ia pun menyapa Ranis "Hai Ranis, kamu udah ngerjain PR kan?" Ranis pun menjawab "Halo Ayu, oh jelas sudah dong" dan tidak lama setelah Ayu duduk di bangku nya bel kelas pun berbunyi, dan Pak Rudi pun sudah masuk kelas, Pak Rudi adalah seorang guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia. "Selamat pagi anak-anak, ayo kumpulkan tugas kalian dan simpan di meja" semua murid pun menjawab "baik pak". Tetapi ada seorang anak yang terdiam ketika teman-teman nya sibuk mengumpulkan buku ke meja Pak Rudi. Dia adalah Adhi teman sekelas Ayu yang memang bisa dikatakan bahwa dia adalah anak yang bandel dan pemalas. Dia sering bermasalah dengan beberapa guru. Akhirnya Adhi pun diberi hukuman oleh Pak Rudi, yaitu membersihkan semua toilet laki-laki yang ada di sekolah. Ayu bergumam di dalam hatinya "kenapa sih Adhi itu dari dulu ga pernah berubah tetep aja jadi orang yang bandel dan pemalas, geregetan deh aku liatnya" (sambil melihat ke arah Adhi). Setelah semua pelajaran berakhir, dan teman-teman Ayu pun sudah berhamburan keluar dari kelas untuk pulang. Ayu menunggu kedatangan Adhi. Dan Ranis pun bertanya "Yu, kamu ga akan pulang?" Ayu menjawab "Ya aku pulang  lah masa aku mau nginep, cuma kamu duluan aja aku masih ada urusan" (sambil tertawa) "Dasar kamu bisa aja, yaudah kalo gitu aku duluan ya, dah Ayu kamu hati- hati ya" (jawab Ranis sambil tertawa) "Oke Ran, kamu juga hati-hati dijalan ya. Inget kalo ada tikungan kamu harus belok" Ranis pun membalas dengan tertawa.
Ketika Adhi datang, Ayu pun menghampiri Adhi. "Adhi kamu ini kenapa sih? Kamu ga pernah berubah, ayo dong dhi kamu harus semangat bentar lagi kita lulus, kalo kamu seperti ini terus, bagaimana kalo kamu tidak lulus, kasihan orang tua kamu Adhi. Ayo banggakan mereka. Kalo orang tua kamu sudah tidak ada nanti kamu akan menyesal." Adhi pun menjawab dengan nada kesal, "kamu apa-apaan sih, jangan ikut campur urusanku, itu semua kehidupan aku dan itu tidak akan membuatmu rugi, jangan so nasihatin aku, aku ga butuh nasihat dari kamu!" Ayu pun menjawab nya, "aku cuma ngingetin kamu, kamu harus ingat bahwa kehidupan di dunia itu hanya sekali. Dan kamu jangan sia-siakan itu!" Adhi pun mengusir Ayu "udalah, kamu pergi sana!" Ayu pun pamit pada Adhi, "yasudah kalo gitu aku pulang duluan ya Dhi dan kamu harus ingat apa yang aku ucapkan tadi, aku permisi."
Adhi pun merenung sendiri di kelas dan ia terus memikirkan perkataan Ayu tadi, perkataannya sangatlah menyentuh hatinya. Dia menjadi seperti itu karena kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Adhi berkata dalam hati "apa yang Ayu ucapkan, ada benarnya juga, kalo aku seperti ini terus bagaimana kedepannya, meskipun orang tuaku tidak memperhatikanku harusnya aku bisa tetap membuat mereka bangga." Setelah ia melamun dan terus berpikir Adhi pun berteriak "halahh, ngapain sih aku mikirin perkataan Ayu, ga penting, buang-buang waktu!" Ia pun pergi meninggalkan kelas.
Di sisi lain Ayu pun sedang dijalan pulang bersama dengan Putra, adiknya. Mereka terbiasa pulang dan pergi dengan menaiki angkot, ketika di dalam angkot Ayu tiba-tiba merasa mual dan sakit di bagian perut. Putra bertanya kepada kakaknya, "kak, kakak kenapa?" Ayu menjawab "kakak juga gatau put tiba-tiba perut kakak sakit dan kakak merasa mual." Putra berusaha menenangkan kakaknya, "oh mungkin kakak masuk angin" Ayu pun berusaha tenang "kayanya sih iya." Setibanya dirumah Ayu langsung makan dan minum obat masuk angin agar rasa sakit serta mual di perut nya segera mereda. Ibunya pun merasa khawatir dengan Ayu, tetapi Ayu bilang kalo itu hanya masuk angin saja, dan Ayu sudah minum obat masuk angin. Karena itu, ibunya merasa sedikit tenang. Tapi tidak ada perubahan yang dirasakan oleh Ayu meskipun sudah meminum obat, Ayu merasa gelisah dan tidak tenang. Tetapi Ayu selalu berusaha tenang dan tetap ceria di depan ibu dan adiknya.
Semenjak itu hari-hari Ayu sudah tidak seperti sebelumnya. Meskipun dia tetap terlihat ceria, tetapi terlihat seperti ada yang Ayu sembunyikan dan dia sesekali terlihat seperti orang yang kesakitan. Pada saat di sekolah, Ayu merasa mual kembali dan ia pergi ke kamar mandi. Ketika di kamar mandi ada teman Ayu yang mengetahui bahwa Ayu sedang mual-mual, mereka langsung berpikir bahwa Ayu hamil, dan gosip itu pun terus menerus menyebar dari mulut ke mulut. Pada saat Ayu tiba di kelas wajah Ayu terlihat sangat pucat dan Ranis pun bertanya pada Ayu "Yu kamu engga apa apa kan? Muka kamu pucat sekali Yu, aku khawatir sama kamu." Ayu menjawab "Aku engga apa apa kok, santay aja kali, palingan aku cuma masuk angin." (Sambil tersenyum. Di keadaannya yang seperti itu Ayu tetap berusaha tegar dan menahan rasa sakit. "Pokoknya nanti sepulang sekolah aku antar kamu berobat ya Yu, aku gak mau kamu kenapa-kenapa." Pinta Ranis kepada Ayu "Yasudah nanti kita berobat, makasih banyak ya Ranis, tapi aku minta sama kamu jangan sampe Putra tau ya termasuk ibuku, nanti kamu bilang aja kita mau belajar bareng atau pergi kemana gitu." Jawab Ayu. "Kamu ini ada-ada saja, yaudah aku gak bakal bilang sama mereka." Jawab Ranis kepada Ayu. Dan akhirnya bel sekolah berbunyi, waktu pulang telah tiba. Putra menghampiri kelas kakaknya, karena khawatir dengan kondisi kakaknya yang kemarin tiba-tiba mual. Ayu pun bilang kepada Putra "eh Put, kamu duluan aja pulangnya ya kakak mau mengerjakan tugas bareng Ranis." Putra pun menjawab "loh emangnya kakak udah engga apa-apa? Bukannya kemarin kakak masuk angin?" Ayu berusaha menenangkan Putra "kakak engga apa-apa kok, kakak udah baik-baik aja, iya kan Ran." (Sambil tersenyum ke arah Ranis) "iya Ayu udah engga apa-apa kok, dari tadi dia baik-baik saja." Jawab Ranis. Putra pun berpamitan pada kakaknya "yasudah kalo gitu kak, aku pulang duluan ya. Kakak hati-hati, kalo ada apa-apa hubungi aku ya kak." Ayu menjawab "oke siap, jangan lupa kamu kasih tau ibu ya. Dadah Putra hati-hati dijalan" Putra pun beranjak pergi sambil berkata "oke kak, dadah kakak."
Akhirnya Ayu dan Ranis tiba di rumah sakit, dan Ayu pun segera diperiksa oleh dokter. Setelah pemeriksaan selesai. Ayu dan Ranis bertanya pada dokter sebenarnya Ayu sakit apa. Dokter pun bertanya pada Ayu "mba Ayu merasakan mual dam sakit di bagian perut itu mulai dari kapan?" Ayu menjawab "dari kemarin dok, sepulang saya sekolah." Dokter pun terdiam sejenak dan ia merasa sangat berat untuk memberitahukan penyakit Ayu. "Jadi begini mba Ayu, dengan berat hati saya mengatakan hal ini. Setelah melewati proses pemeriksaan, mba Ayu dinyatakan mengidap kanker hati stadium awal." Ayu pun kaget "Apa dok? Kanker hati? Terus apakah ada pengobatan yang efektif agar saya bisa sembuh dok?"(sambil berkaca-kaca). Dokter menjawab "iya mba, mba Ayu yang sabar ya, proses penyembuhan ada sih mba tapi itu membutuhkan biaya yang sangat besar mba, sebaiknya mba beritahukan terlebih dahulu kepada orang tua mba." Ayu menjawab "baik dok, kalo begitu saya ucapkan terimakasih." Dokter menjawab "iya mba, nanti saya buatkan resep obat untuk mba untuk mengurangi rasa mual dan sakit di bagian perutnya ya mba. Dan mba jangan kaget, biasanya gejalanya mba akan mengalami penurunan berat badan yang sangat drastis. Karena akan kehilangan nafsu makan." Ayu berusaha tenang "baik dok saya mengerti, sekali lagi saya ucapkan terimakasih." Ayu dan Ranis pun keluar dari ruangan dokter. Dan mereka duduk sambil membicarakan penyakit Ayu, Ranis sebagai sahabatnya jelas dia merasa sangat syok atas apa yang terjadi pada Ayu. "Yu aku ga nyangka banget, kenapa kamu bisa seperti ini. Pokoknya kamu harus kuat dan kamu harus yakin bahwa kamu pasti akan sembuh." (Sambil menangis), Ayu berusaha tenang meskipun dia juga menangis dan kaget atas apa yang terjadi pada dirinya. "Ranis aku mohon sama kamu, tolong kamu jangan beritahu pada ibu dan Putra, aku tidak mau mereka khawatir padaku. Dan aku tidak mau membebankan mereka." Ranis berkata pada Ayu "tapi Yu, kamu dengar kan apa kata dokter tadi, kamu harus beritahu orang tuamu, dan kamu harus berobat supaya kamu bisa sembuh Yu." Ayu menjawab "tidak apa-apa Ranis, aku akan berusaha sendiri untuk biaya pengobatanku. Dan aku mohon hal ini hanya kamu dan aku yang tau ya Ran, jika memang sudah takdirnya aku akan pergi dalam waktu cepat aku ikhlas kok Ran, mungkin ini yang terbaik yang sudah direncanakan oleh Tuhan". Ranis menangis mendengar semua ini, dia sangat tersentuh hatinya mendengarkan apa yang dikatakan Ayu. Padahal penyakit Ayu bukanlah penyakit biasa dan Ayu bisa saja pergi dalam waktu yang cepat. Dan akhirnya Ranis pun berjanji pada Ayu untuk tidak memberitahu semua orang termasuk Putra dan ibunya hingga waktunya tiba. Mereka pun segera pulang.
Keesokan harinya di sekolah sangatlah ramai tentang gosip Ayu hamil, padahal Ayu tidak hamil malah dia sedang berjuang melawan penyakitnya. Semua orang mencemooh Ayu, dan menghina Ayu, padahal semua orang tau bahwa Ayu adalah anak yang baik tidak mungkin dia berbuat seperti itu. Tetapi karena hoax yang beredar dengan begitu cepat, semua mempercayai bahwa Ayu memang hamil karena ada bukti video Ayu yang sedang mual-mual di kamar mandi, yang di video kan oleh temannya secara sembunyi-sembunyi. Ayu tidak menyangka bahwa temannya akan berbuat seperti itu. Dia merasa kecewa atas sikap teman-temannya. Putra pun kaget bisa-bisanya satu sekolah memfitnah kakaknya seperti itu, Putra pun berusaha mengehentikan semuanya. "Kalian jangan memfitnah kakak saya seperti ini, jika kalian tidak tahu apa-apa jangan menyebarkan berita yang tidak benar." Salah satu teman Ayu berkata "aduh Putra kamu mau berusaha menutupi kesalahan kakak kamu? Dasar adik dan kakak sangat tidak terhormat" Ayu pun menghentikan Putra "sudahlah Put, jangan ladeni mereka, kalo kamu benar-benar percaya sama kakak, sudah jangan dengarkan perkataan mereka ya Put". Akhirnya mereka pun masuk. Mendengar apa yang terjadi, walikelas Ayu pun memanggil Ayu ke ruangannya, ia bertanya kepada Ayu sebenarnya apa yang terjadi. Agar Ayu tidak dikeluarkan dari sekolah dengan terpaksa Ayu pun memberitahu gurunya tentang penyakit yang dialaminya dengan menunjukkan surat dari rumah sakit. Dan walikelas Ayu pun kaget mendengar hal itu. "Apa kamu menderita kanker hati? Ya ampun Yu ibu sangat sedih mendegar hal ini. Ibu harap kamu bisa kuat menghadapi ini semua. Ibu akan memberitahu teman-temanmu agar kamu, tidak lagi difitnah oleh mereka." Ayu pun berkata "tidak bu jangan, Ayu mohon ibu jangan beritahu siapapun, Ayu tidak mau ibu dan Putra mengetahui ini, Ayu tidak mau membuat mereka khawatir bu, sampai Ayu siap dan menemukan waktu yang tepat untuk memberitahu mereka bu" walikelas Ayu pun menjawab "baiklah kalo begitu Yu, ibu akan memberi pemahaman kepada teman-temanmu agar mereka tidak terus menerus memfitnah kamu" Ayu merasa lega "baik bu terimakasih, kalo gitu Ayu permisi bu".
Ketika tiba di kelas, semua teman sekelas Ayu tidak menyangka bahwa Ayu berbuat seperti itu, padahal Ayu adalah orang yang baik. Adhi pun menghampiri Ayu "heh kamu bisa-bisanya kemarin-kemarin menceramahiku, so baik kamu, so polos. Menasihati orang lain tapi tidak ngaca dirinya sendiri bagaimana. Untung saja aku tidak memikirkan perkataanmu, karena ternyata sikapmu lebih busuk daripadaku." Mendengar itu hati Ayu rasanya sakit sekali, dia di difitnah atas apa yang tidak ia lakukan sama sekali, tetapi Ayu tetap berusaha tenang dan tidak membalas perkataan siapapun yang menyakiti hatinya. Ketika Adhi selesai berbicara Ranis pun membentak Adhi "heh kamu jangan so suci ya, sahabatku Ayu jelas jauh lebih suci daripada kamu dan apa yang kalian tuduhkan itu tidak benar, kalian tidak tahu bahwa Ayu sebenarnya sa...." Ayu memotong pembicaraan Ranis "udalah Ranis biarkan saja mereka berbicara apa, meskipun aku tidak seperti apa yang mereka bicarakan." Ranis terdiam, hampir saja dia memberitahu semua orang tentang penyakit Ayu. Seluruh siswa bersikeras untuk mengeluarkan Ayu dari Sekolah, tetapi walikelas Ayu telah memberitahu semua guru tentang penyakit Ayu dan meminta nya agar tidak memberitahu siapapun. Disitu semua guru berusaha untuk mempertahankan Ayu tetap berada di sekolah itu. Ayu berbicara kepada Putra agar ibunya tidak mengetahui hal ini, karena Ayu tidak mau membuat ibunya kecewa dengan apa yang tidak ia lakukan sama sekali, dan Putra pun mendengarkan kata-kata kakaknya itu sehingga ia tidak mau memberitahukan masalah itu kepada ibunya.
Beberapa bulan telah Ayu lewati dengan penyakitnya, semakin banyak perubahan drastis yang terjadi pada diri Ayu, ia menjadi lebih kurus dari sebelumnya dan kulit serta mata Ayu terlihat menguning. Ibu dan Putra mulai curiga dengan apa yang terjadi pada Ayu, ada yang aneh pada Ayu. Meskipun Ayu sebisa mungkin menutupi semuanya dan ia tetap terlihat ceria tetap saja ibunya menyadari ada perubahan dari diri Ayu, suatu ketika ibunya bertanya "Ayu apakah kamu tidak apa-apa? Kok kamu kurusan sih sekarang?" Ayu menjawab "oh iya bu Ayu kurusan soalnya kan Ayu diet, Ayu tidak mau gemuk-gemuk bu hehe." Dengan jawaban seperti itu dari Ayu ibunya percaya saja pada putrinya itu. Meskipun Ayu sedang berjuang melawan penyakitnya dia tetap bisa menjadi orang yang ceria dan dia tetap rajin serta giat belajar, dan nilai dia pun tidak pernah turun sama sekali.
Disekolah pun teman-teman Ayu mulai curiga karena ada yang berbeda pada Ayu, disekolah dia sering terlihat pucat wajahnya, hingga pada saat pelajaran olahraga wajah Ayu sangat terlihat pucat dan ia pinsan di tengah lapangan. Ranis sangat syok melihat sahabatnya pinsan seperti itu, setelah dibawa ke UKS Ayu tidak kunjung sadar, hingga pihak sekolah memutuskan untuk membawa Ayu ke rumah sakit, disitu Ranis yang pergi ke rumah sakit menemani Ayu beserta beberapa guru. Di rumah sakit dokter bilang bahwa keadaan Ayu sudah kritis. Dan dokter meminta untuk bertemu dengan orang tua Ayu. Dengan terpaksa pihak guru pun menelpon ibunya Ayu. Dan ibu Ayu segera datang ke rumah sakit dalam keadaan panik. Disamping itu ternyata Putra pun mengetahui apa yang terjadi pada kakaknya dan ia segera menyusul ke rumah sakit. Ibunya pergi menemui dokter ditemani oleh Putra, dan akhirnya mereka mengetahui tentang penyakit Ayu setelah dokter memberitahukan semuanya. Ibunya dan Putra menangis, karena disaat tersulit yang Ayu alami, mereka bahkan tidak mengetahuinya. Ranis pun berbicara kepada ibu Ayu "tante Ranis minta maaf, ini semua salah Ranis. Ranis mengetahui semua ini tapi Ranis tidak memberitahu tante, Ranis dilarang oleh Ayu untuk memberitahu siapapun tentang penyakit Ayu tante" (ucap Ranis sambil menangis). Ibunya Ayu pun berkata pada Ranis "tidak apa-apa Ranis, ini bukan salahmu. Ini salah tante, tante tidak bisa perhatian pada Ayu dan tante tidak menyadari ini semua." Semua yang berada disana menangis melihat Ayu yang terbaring kritis di ruang ICU. Dokter mengatakan bahwa Ayu haru segela di operasi jika tidak maka Ayu tidak akan selamat. Tetapi biayanya tidak murah, uang tunjangan alhamarhum ayahnya Ayu tidak cukup untuk membiayai operasi Ayu. Untungnya guru-guru sedang mengumpulkan uang untuk membantu biaya operasi Ayu dari para siswa di sekolah. Mengetahui hal itu semua siswa merasa menyesal telah memfitnah dan membenci Ayu yang padahal dia tidak melakukan hal kotor itu sama sekali, bahkan selama ini dia sedang berjuang sendiri dengan penyakit yang dideritanya. Dengan sangat cepat uangnya pun sudah terkumpul banyak dan sudah cukup untuk membantu biaya operasi Ayu. Ayu pun segera dioperasi dan untungnya semuanya belum terlambat sehingga Ayu masih bisa tertolong. Setelah Ayu sadar semuanya merasa tenang, ibunya dan Putra pun memeluk Ayu. Dan Ayu meminta maaf kepada semuanya karena telah membuat khawatir. Ayu selalu berkata "Ayu tidak apa-apa kok, kalian tidak perlu khawatir."
Setelah beberapa hari di rumah sakit, Ayu sudah diperbolehkan pulang oleh dokter dan mulai kedepannya Ayu bisa menjalani kemoterapi untuk menyembuhkan sakit kanker hatinya. Karena operasi saja tidak cukup untuk menyembuhkan penyakit Ayu. Pihak sekolah pun membantu biaya kemoterapi Ayu, hingga Ayu bisa sembuh total. Sambil menjalani kemoterapi Ayu tetap masuk sekolah dengan penuh semangat. Semua teman-teman Ayu meminta maaf kepada Ayu atas apa yang mereka tuduhkan. Kini semuanya sudah mengetahui hal yang sebenarnya tidak ada lagi fitnah dan kebencian diantara mereka. Semuanya mendukung proses kemoterapi Ayu agar Ayu bisa segera sembuh total. Ayu tetap bersemangat sekolah dan ia tetap giat belajar.
Hanya satu bulan Ayu menjalani kemoterapi, dokter menyatakan bahwa keajaiban telah datang kepada Ayu. Karena setelah melewati berbagai pemeriksaan Ayu dinyatakan sembuh total dari kanker hatinya. Sudah tidak ada lagi kanker yang bersarang di hati Ayu. Semua orang di sekeliling Ayu pun merasa senang dan bahagia. Ayu bisa kembali lagi menjadi Ayu yang dulu. Melihat itu semua Adhi teman sekelas Ayu yang bandel pun menjadi tersadar, bahwa Ayu saja yang berjuang mati-matian melawan penyakitnya Ayu bisa tetap rajin belajar dan bisa mempertahankan nilai-nilainya. Sementara Adhi yang sehat dan tidak mempunyai penyakit bisa malas-malasan dan selalu mendapatkan nilai yang dibawah rata-rata. Dengan itu, Adhi pun tersadar dan ia berjanji ia akan semangat belajar agar ia bisa membanggakan kedua orang tuanya. Hari ke hari nilai Adhi mulai meningkat dan dia tidak lagi seperti Adhi yang dulu yang selalu malas-malasan. Melihat perubahan itu Ayu pun merasa senang karena ternyata temannya itu bisa meningkatkan nilainya dan tidak lagi malas-malasan. Adhi pun berterimakasih kepada Ayu "Ayu maafkan perkataanku waktu itu ya, yang udah menghina kamu, padahal aku selalu memikirkan apa yang kamu katakan Yu, dari kehidupan kamu aku bisa melihat bahwa yang dikatakan olehmu itu benar Yu, hidup itu hanya sekali dan kita tidak boleh malas-malasan dalam menjalankan hidup, aku tidak mau lagi bandel dan mendapatkan nilai yang jelek. Aku akan membuktikan padamu bahwa aku bisa berubah dan berjuang seperti kamu." Ayu merasa senang, ia berkata "nah gitu dong, kamu harus semangat dan kamu pasti bisa." Ranis pun ikut berbicara "benar kan apa yang aku katakan, makanya jangan asal tuduh, jangan seperti orang tak berdosa, karena kebenaran akan selalu terungkap." (Sambil tertawa). Dan semuanya pun ikut tertawa.
Tidak terasa hari ke hari sudah dilewati tiba saatnya, Ayu dan teman-temannya akan menghadapi kelulusan. Semua mempersiapkan segalanya, belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak ada lagi yang malas-malasan. Ketika waktunya tiba ternyata semua teman Ayu lulus sekolah dan Ayu mendapatkan beasiswa untuk kuliah di universitas impiannya. Semua guru dan teman Ayu merasa bangga kepada Ayu meskipun dia telah melewati fase tersulit dalam hidupnya tapi ia tetap bisa menggapai cita-citanya. Ibunya dan Putra sangat bangga terhadap Ayu, ibunya tidak menyangka bahwa Ayu bisa sekuat dan sehebat itu. Ayu mengucapkan terimakasih kepada semua orang yang sudah mensupport Ayu selama Ayu sakit, dan bahkan Ayu berterimakasih karena dulu ia pernah dicaci dan dimaki oleh teman-temannya tapi karena itulah Ayu bisa tetap bertahan hingga saat ini. Karena sesungguhnya cacian dan makian itu akan membuat kita kuat dan bisa membuktikan kepada semuanya bahwa kita tidak seperti apa yang mereka tuduhkan.
Selesai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline