Pendahuluan
Masa remaja adalah periode krusial dalam pembentukan identitas diri. Konsep diri, sebagai pemahaman seseorang tentang dirinya sendiri, menjadi fondasi penting dalam menjalani hidup. Penelitian ini mengkaji bagaimana konsep diri terbentuk dan berkembang pada remaja, serta dampaknya terhadap motivasi belajar dan prestasi akademik. Melalui studi kasus Anissa Zulfiana, seorang siswa SMA, kita akan menggali lebih dalam tentang pengalaman dan tantangan yang dihadapinya dalam membangun kepercayaan diri.
Teori Hurlock memberikan kerangka kerja yang berguna untuk memahami konsep diri. Hurlock berpendapat bahwa konsep diri terbentuk melalui interaksi individu dengan lingkungan sosial dan pengalaman pribadi. Pengalaman positif maupun negatif akan membentuk persepsi individu tentang dirinya sendiri.
Metode Penelitian :
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Subjek penelitian adalah Anissa Zulfiana, seorang siswi kelas XI SMA Negeri 5 Kabupaten Tangerang yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi:
- Wawancara mendalam: Untuk menggali persepsi Anissa tentang dirinya, pengalaman belajar, dan dukungan dari lingkungan.
- Observasi partisipatif: ( metode penelitian kualitatif ) Untuk mengamati interaksi Anissa dengan teman sebaya dan guru di lingkungan sekolah.
- Analisis dokumen: Untuk memperoleh data pendukung dari catatan akademik dan hasil tes Anissa.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis tematik untuk mengidentifikasi pola dan tema yang muncul dari data yang diperoleh.
Hasil Penelitian :
pengalaman belajar di kelas memberikan banyak pelajaran tentang bagaimana membangun kepercayaan diri. Dalam wawancara, Anissa, yang akrab disapa Upi ini, berbagi berbagai pengalaman yang membentuk pandangannya tentang kepercayaan diri dan tantangan akademis.
Pengalaman Membangun Kepercayaan Diri
Anissa mengungkapkan bahwa ia merasa percaya diri saat menjawab pertanyaan dari guru di kelas. Ia merasa bangga ketika bisa menjawab dengan cepat dibandingkan teman-temannya. Pengalaman ini semakin diperkuat ketika ia terlibat dalam organisasi siswa intra sekolah (OSIS), yang memberinya kesempatan untuk berkontribusi dan berinteraksi lebih banyak dengan teman-teman sekelas.