Menurut Thorndike (1911), Teori Belajar Behavioristik menjelaskan hubungan antara stimulus dan respons. Stimulus dapat berupa berbagai hal seperti pikiran, perasaan, atau gerakan yang kemudian memicu respons yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau tindakan. Teori ini dikenal sebagai Teori Koneksionisme, yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike pada akhir abad ke-19, tepatnya pada tahun 1890-an, melalui serangkaian eksperimen yang dilakukannya.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Thorndike mengidentifikasi beberapa langkah penting dalam proses pembelajaran:
- Menentukan tujuan pembelajaran: Menetapkan apa yang ingin dicapai dalam proses belajar.
- Menentukan materi pembelajaran: Memilih konten atau informasi yang akan diajarkan.
- Menyajikan materi pembelajaran: Menyampaikan informasi kepada siswa dengan cara yang efektif.
- Memberikan stimulus baru: Memperkenalkan elemen baru untuk merangsang minat dan pemahaman siswa.
- Evaluasi belajar: Mengukur sejauh mana siswa telah memahami materi yang diajarkan.
Teori Belajar Humanistik
Sementara itu, Teori Belajar Humanistik berfokus pada pertumbuhan individu secara fisik dan spiritual. Dalam konteks ini, pembelajaran dipahami sebagai usaha untuk mendapatkan pengetahuan dan membentuk kepribadian secara menyeluruh. Arthur Combs, seorang tokoh dalam teori ini, berpendapat bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa serta menjadi teman dalam proses belajar mereka.
Ia menekankan bahwa semakin besar kebutuhan seseorang, semakin gigih ia dalam mengejar pencapaian tersebut. Pandangan ini sejalan dengan ide-ide Abraham Maslow mengenai hierarki kebutuhan. Carl Rogers , seorang psikolog humanistik lainnya, menekankan pentingnya kebebasan dalam belajar. Ia berpendapat bahwa siswa seharusnya tidak merasa tertekan dalam proses belajar; mereka harus diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif dan bertanggung jawab atas keputusan mereka sendiri.
Konsep Kematangan
Dalam konteks perkembangan individu, istilah "kematangan" (maturation) sering digunakan untuk menggambarkan tahap pertumbuhan yang dicapai seseorang. Kematangan dapat didefinisikan dalam konteks biologis sebagai proses mencapai tahap kedewasaan atau kemasakan. Ada beberapa aspek kematangan yang perlu diperhatikan:
- Sosial: Kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain.
- Emosional: Kemampuan untuk mengelola emosi dan menghadapi stres.
- Intelektual: Perkembangan kemampuan berpikir dan memahami informasi.
Prinsip-Prinsip Kematangan
Prinsip kematangan mencakup beberapa aspek:
- Kematangan Kognitif: Berkaitan dengan kemampuan berpikir dan menerapkan informasi secara efektif.
- Kematangan Emosional: Melibatkan pengelolaan emosi serta kemampuan menghadapi tantangan emosional.
- Kematangan Sosial: Mencakup keterampilan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
- Kematangan Fisik: Berperan penting dalam kemampuan belajar dan perkembangan secara keseluruhan.
Secara keseluruhan, baik teori behavioristik maupun humanistik memberikan wawasan penting tentang bagaimana individu belajar dan berkembang. Dengan memahami kedua pendekatan ini, pendidik dapat lebih efektif dalam mendukung proses pembelajaran siswa, baik dari segi akademis maupun perkembangan pribadi mereka.