Lihat ke Halaman Asli

Nirma Herlina Ghanie

Seorang ibu dari anak-anak yang baik

Lelaki, Godai Aku (1)

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan selalu menghadirkan romantisme yang berbeda, sarat dengan nuansa kesedihan dan kesepian. Sebuah angan menggoda kala kekasih jauh disana. Dan angan itu terganggu ketika layar handphone bergerak beibh…jalan sama aku yuk malam ini, aku jemput kerumah ya.

What? Dia menyebutku apa tadi beibh??? Beibekkk gitu..woalah.Bisa bisanya dia mau ngajak aku, jemput kerumah, emang tahu apa dia rumahku dimana? Jadi ingen tahu sejauh apa dia bisa menggodaku.

Tahu aja kalau saya suka jalan jalan, tapi kalau cuma berdua dengan bapak engga ah, takuuuuuut, balasku

Aku berharap dia sadar karena aku memanggilnya tetap dengan kata bapak.

Takut sama suami ya bu, dia kan ga tahu. Jauh disana, ga bakal tahu.

Menghela nafas, sebegitu kesepiankah teman baru ku itu?

Bukan pak, saya takut aja. Apakah aku membuatnya penasaran?

Alaaah semua cewek begitu. Kalau diajak pertamanya takut eh habis itu dia yang ngajak, Sms nya lagi.

Nah itu dia pak, saya takut ketagihan, tanpa sadar aku tersenyum.

Aih si eneng, jangan negatip thingking dong beibhh. Kita kan temenan. Cuman temen. Cuman jalan.

Aku semakin penasaran. Minggu lalu sudah ku tolak ajakannya dengan jurus pamungkas kembalilah ke jalan yang benar pak, kalau sedang suntuk telfon aja istri kataku lewat sms.

Setelah berfikir harus jawab apa akhirnya ku ketik Aduh si akang, siapa juga yang negatip thingking? Apa juga yang di negatipkan. Saya juga ingin jalan jalan tapi kalau berdua aja ehmmmm ga deh. Saya klw suntuk biasanya baca buku, sms an sama temen, ngumpul ngumpul, facebookan, atau tiduran. Nah bapak coba salah satunya, tidur gitu yang paling gampang.

Iya deh beibh…. aku coba. Smsnya yang terakhir. Aku lega.

Malam ini dia memanggil ku beibh, sebuah kemajuan. Kemajuan yang berarti semakin berani. Tapi benar sungguh aku takut tergoda untuk merasakan sensasi keinginan tahuanku akan apa yang terjadi selanjutnya. Menjalaninya? Menjadikanya terwujud sebagai sesuatu yang nyata, tersentuh, berasa, bernafas. Menikmati tetes air kala dahaga terasa. Mencium angin saat gerah tiba. Ah, mungkin belum saat nya. Aku masih terlalu takut. Semoga takut ini tak pernah hilang dariku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline