Lihat ke Halaman Asli

Genwin Satria Nirbaya

saya merupakan warga sipil biasa yang kebetulan kuliah di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Hubungan Ekonomi Shopee, Blackpink dan Televisi Nasional dalam Prespektif Teori Jaringan Sosial Granovetter

Diperbarui: 20 Agustus 2022   05:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada akhir dasawarsa ini kita sering melihat suatu new normal dalam fenomena masyarakat kita mengenai konsumsi Korean wave yang berdampak positif pada kerja sama hubungan ekonomi Indonesia dan Korea Selatan. Salah satunya adalah broardcast Indonesia, serial Korean-Pop telah memiliki pengaruh besar di Indonesia, seperti yang dilaporkan dalam sebuah artikel di Jakarta Post pada bulan Juli (2011) berjudul Mantra untuk menyebarkan Korean Wave di Indonesia. Sejak superjunior menarik perhatian pemirsa di Indonesia, sejak itu pula Kpop(Koreanpop) lainnya mulai banyak muncul di televisi Indonesia(Veramalla, 2011). Selain itu,menurut pakar analisi branding Yuswohady, dalam studinya mengenai demam KPop yang telah terjadi di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir, menunjukkan bahwa bintang KPop saat ini memiliki pasar yang besar dan lalu lintas yang tinggi, hal ini di tandai dengan banyaknya perusahaan - perusahaan besar Indonesia yang mulai mempekerjakan artis dari Korea sebagai brand ambassador mereka di karenakan banyaknya penggemar artis - artis Korea Selatan itu, baik di Indonesia dan juga di negara pengonsumsi produk-produk hiburan Korea Selatan lainnya(Dwi, 2021).

 

Penyebaran publikasi di dalam media boardcast ini yang menggaris bawahi komponen K-pop di dalamnya masih melimpah di media-media Indonesia, misalnya Tokopedia yang menggandeng BTS sebagai brand ambassador, Blibli menggandeng Park Seo Joon, dan Lazada bersatu padu dengan Lee Min Ho. Banyaknya event e-commerce yang menghadirkan bintang-bintang dari Korea hingga adanya variatif drama Korea yang semakin meningkat di masyarakat Indonesia, nampaknya permintaan produk yang disesuaikan dengan negara ginseng ini meningkat signifikan. Iklan TV Shopee misalnya, Shopee adalah salah satu panggung media penjualan berbasis internet yang memiliki nama baik yang serius di Indonesia. Shopee juga secara intensif memanfaatkan promosi branding dengan menggandeng band K-pop Blackpink, yang sangat dipuja oleh masyarakat Indonesia sebagai model utama dalam sistem pemasaran(Bhara dan Syahida, 2021). Dengan iklan Blackpink, iklan dari shopee menjadi menarik dan tidak kaku, selain itu Shopee dalam proses pemasangan iklan juga telah bekerjasama dengan banyak artis ternama korea selatan lainnya yang berdapak pada income penjualan yang di dapatkan Shopee menjadi lebih meningkat secara signifikan. 

 

Berlatar belakang dari fenomena yang terjadi tersebut, maka dari itu saya tertarik untuk membahas produk dari budaya populer Korea Selatan dalam broardcast yang berdampak pada ekonomi di Indonesia, khususnya dalam hal jalinan hubungan ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan. Dalam hal ini saya mencoba menggunakan studi leteratur pendekatan dengan  kacamata prespektif sosiologi ekonomi dalam teori jaringan sosial Granovetter(Mudiarta, 2011). Terkait hal tersebut, beliau menjelaskan empat prinsip utama yang mendasari gagasan hubungan pengaruh antara jaringan sosial (networks) dan kepentingan ekonomi, yaitu: (i) Standar dan kepadatan jaringan; (ii) Kekuatan hubungan yang lemah, yaitu manfaat ekonomi, cenderung berasal dari hubungan yang lemah. Untuk ini, ia menjelaskan bahwa pada tingkat eksperimental, informasi baru, misalnya, akan cenderung diperoleh dari kenalan baru dibandingkan dengan teman dekat yang sering memiliki visi yang sama dengan individu, dan kebiasaan baru yang membuka perspektif individu tersebut di dunia luar; (iii) Pentingnya kerentanan struktural, khususnya peran yang dimainkan oleh kelemahan struktural di samping hubungan yang lemah dan kuat, pada kenyataannya berkontribusi untuk mendekatkan hubungan pribadi dengan orang asing dan (iv) Jalinan tindakan ekonomi daripada tindakan ekonomi, yaitu adanya kegiatan non ekonomi dalam kehidupan sosial individu yang seolah-olah mempengaruhi kegiatan ekonomi orang tersebut. Dalam hal ini, Granovetter menyebutnya sebagai keterikatan tindakan non-ekonomi pada aktivitas ekonomi karena adanya jejaring sosial.

 

Dalam pemahaman lebih lanjut, Jaringan sosial dalam ekonomi Granovetter juga dapat di pahami sebagai serangkaian hubungan sosial yang teratur atau serupa antara individu atau kelompok. Jejaring sosial adalah suatu kelompok yang terdiri dari sejumlah orang, paling sedikit terdiri dari tiga orang, masing-masing dengan identitasnya masing-masing dan masing-masing dihubungkan oleh hubungan sosial yang ada, sehingga melalui hubungan sosial mereka dapat dikelompokkan menjadi satu kesatuan sosial(Damsar, 2017).  Prinsip-prinsip kunci jejaring sosial dan efisiensi ekonomi, ada empat dasar utama yang perlu diketahui, antara lain; Pertama, Standar dan jejaring sosial. Norma umumnya mengacu pada seperangkat aturan yang diharapkan dan diikuti oleh anggota masyarakat dalam entitas sosial tertentu. Kedua, Kekuatan Ikatan Lemah. Inti dari prinsip ini adalah bahwa ikatan yang lemah tidak selalu memiliki implikasi negatif bagi jejaring sosial, sebaliknya, mereka dapat memiliki implikasi positif. Ketiga, Pentingnya “celah Struktural”. Prinsip ini tidak terlepas dari pandangan Burt tentang "hubungan yang lemah", dia berpendapat bahwa esensi dari sebuah tautan tidak terletak pada kualitas tautan yang dihasilkan dalam suatu grup. Keempat, Jalinan ekonomi dan non-ekonomi, prinsip keempat ini menekankan pada perpaduan kegiatan ekonomi dan non-ekonomi(Granovetter, 2005).

 

Selanjutnya, menurut Mitchell J. Clyde ada dua konsep yang harus dipahami dalam jejaring sosial adalah yang antara lain; Pertama. Jaringan sosial sebagai konsep metapori: Jejaring sosial hanya dilihat sebagai sistem sosial. Kedua, Jaringan sosial sebagai konsep analitis: jaringan sosial tidak hanya dilihat sebagai jaringan khusus, tetapi juga bagaimana karakteristik hubungan yang ada kemudian dapat digunakan untuk menafsirkan perilaku sosial orang-orang yang terlibat di dalamnya(Clyde, 1969).Selain itu, berdasarkan literatur yang terus berkembang, Powell dan SmithDoerr menjelaskan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami jejaring sosial. Yang Pertama adalah Pendekatan analitis atau abstrak, Pendekatan jaringan sosial ini menekankan analisis abstrak di dalam melihat serta menganalisis suatu fenomena yang terjadi di dalamnya. Yang Kedua adalah Pendekatan perspektif atau studi kasus, Pendekatan perspektif ini melihat jaringan sosial sebagai pengaturan logis atau sebagai cara untuk menggeser dari suatu pola kepola berikutnya secara structural di dalam sebuah hubungan yang terjadi antar pelaku ekonomi. Untuk dari pada itu, saya mencoba menggunakan pendekatan perspektif atau studi kasus di dalam analisis dan penjelasan yang saya gunakan di karenakan hal tersebut sesuai dengan studi analisis yang saya lakukan(Ritzer, 2012).

 

Terkait hal tersebut, di dalam studi saya menemukan fakta bahwa, Seperti yang ditunjukkan oleh konsekuensi dari pemeriksaan Iklan Iklan PT SIGI Kaca Pariwara melalui TV yang mempromosikan barang-barang pengamatan, dengan memastikan pusat komersial dan pengeluaran publikasi pada ritel yang lengkap, memperhatikan bahwa volume publikasi dan biaya pemberitahuan nilai kotor(bruto) Shopee-Blackpink yang mulai beredar di TV publik dari 7 November 2018 hingga 16 Desember 2018. Diketahui, total belanja iklan Shopee-Blackpink di 11 stasiun TV publik mencapai Rp 93,25 miliar dengan jumlah 2.590 fokus iklan. Begitu juga TV One merupakan stasiun TV yang menguasai 27,97 persen pendapatan publikasi Shopee-Blackpink atau Rp 26,08 miliar. Nilainya jauh melampaui stasiun TV lainnya. Hal ini dikarenakan TV One juga merupakan stasiun TV yang paling banyak menyampaikan iklan, yaitu 731 fokus promosi atau 28,22 persen dari total iklan Shopee-Blackpink. Di posisi berikutnya, GlobalTV dengan pendapatan promosi Rp 11,20 miliar dengan 372 fokus publikasi. Sementara itu, ANTV menduduki peringkat ketiga dengan pendapatan Rp10,72 miliar dari 215 fokus berita(Movanita, 2018).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline