Nusa Tenggara Timur adalah provinsi yang kaya akan budaya, suku, bahasa daerah, dan adat istiadat. Tak bisa dipungkiri bahwa begitu banyak keberagaman yang dimiliki mulai dari adat istiadat turun temurun, bahasa daerah, dan juga seni yang terus diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya. Di zaman sekarang, dimana arus modernisasi semakin marak, tantangan terbesar bagi masyarakat NTT adalah menjaga dan melestarikan kebudayaan NTT tanpa tergerus dan dipengaruhi globalisasi.
Kebudayaan yang paling menonjol dan menunjukkan ciri khas NTT adalah tenun ikat. Beragam motif yang dimiliki dan keunikan mencerminkan kekhasan masing-masing daerah seperti Timor, Sumba, Sabu, Rote, Flores, dll. Tenun NTT bukan hanya sekedar kain, jauh daripada itu, tenun-tenun ini mengandung nilai-nilai sejarah, spiritual, dan kehidupan sosial masyarakat. Ini menjadi identitas masyarakat NTT, dengan warna yang mencerminkan keunikan tiap daerah dan menjadi simbol bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur. Namun, belakangan ini maraknya produksi tekstil modern yang diproduksi secara massal menjadikan tenun ikat mengalami penurunan minat, terutama di kalangan anak muda.
Kekayaan lain seperti seni tari dan kebudayaan lisan yang diwariskan secara turun temurun kini terancam akibat perkembangan globalisasi. Nusa Tenggara Timur kaya akan sejarah, cerita rakyat, mitos, tarian, alat musik tradisional, dan lagu-lagu yang menduduki peran penting dalam kehidupan budaya masyarakat. Sayangnya, pengaruh zaman yang semakin modern dan perkembangan media digital ini kian mengikis posisi kebudayaan. Semakin jarang ditemukan kebudayaan lisan dalam kehidupan sehari-hari. Anak muda lebih tertarik pada tarian barat atau korea, ketimbang mempelajari tari tradisional. Tak bisa dielakkan juga bahwa banyak sekali anak muda yang lebih tertarik pada budaya popular daripada cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang. Anak muda perlahan mulai tidak peduli dengan keberadaan lagu-lagu tradisional karena mereka mulai menganggap hal itu sebagai hal yang kuno. Sejarah mulai dilupakan, hanya sebagian kecil yang tertarik pada keunikan alat musik tradisional.
Kebudayaan dan tradisi yang begitu indah sangat menyedihkan jika ditinggalkan begitu saja. Kita harus selalu menjaga kelestarian budaya dan mewariskannya pada generasi-generasi selanjutnya. Peran pemerintah, masyarakat, dan kaum muda sangat penting untuk melestarikan budaya kita. Pemerintah harus lebih aktif dan gencar dalam mempromosikan dan melindungi kebudayaan Nusa Tenggara Timur melalui pelajaran pada pendidikan formal, karnaval budaya yang rutin dilaksanakan tiap tahun, festival budaya, pameran seni, pengadaan lomba tari tradisional dan lomba cerita rakyat, dan pelatihan tenun ikat bagi generasi muda agar budaya kita tetap lestari. Dengan begitu, masyarakat apalagi kaum muda akan merasa bangga dan cinta pada budaya dan terus mewariskan kebudayaan ini.
Masyarakat adat juga perlu menjaga semangat kebersamaan dalam menjaga tradisi dan adat istiadat. Seperti upacara adat, pernikahan tradisional, perayaan pesta panen adalah nilai berharga untuk dipamerkan kepada dunia bahwa kebudayaan Nusa Tenggara Timur masih kental dan masih hidup. Generasi muda tak kalah penting perannya, kelibatan kaum muda dapat menumbuhkan rasa cinta pada kebudayaan Nusa Tenggara Timur. Sebagai generasi yang melek dengan perkembangan teknologi dan media digital, sepatutnya anak muda memanfaatkan teknologi dengan bijak untuk mempromosikan kebudayaan tradisional NTT di dunia luas. Mendokumentasikan proses pembuatan tenun ikat, tarian tradisional, lagu-lagu tradisional, serta upacara adat lalu memposting di media sosial untuk memperkenalkan kekayaan kita pada dunia.
Di lain sisi, modernisasi juga membawa banyak keuntungan. Salah satunya dapat menjadi platform untuk mempromosikan budaya NTT dan juga modernisasi dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Banyak sekali kreativitas masyarakat yang terbantu dengan perkembangan teknologi, seperti tenun ikat yang kini dijual ke daerah lain, modifikasi tenun ikat yang diubah menjadi fashion kekinian, tas, sepatu, aksesoris dan lain sebagainya.
Tradisi dan modernisasi adalah dua hal yang berbeda. Sebagai generasi yang mencintai kebudayaan daerah, penting bagi kita untuk melestarikannya. Modernisasi dapat membawa dampak positif ketika kita menggunakannya secara bijak dan tepat. Jangan biarkan arus modernisasi mengikis nilai budaya yang selama ini menjadi identitas masyarakat Nusa Tenggara Timur. Menjaga keseimbangan antara tradisi dan modernisasi sangat penting bagi pelesarian budaya dan tentunya inilah tantangan yang harus dihadapi masyarakat.
Nusa Tenggara Timur dengan berjuta-juta budaya dan tradisi yang tak ternilai harganya tidak boleh hilang dari pandangan mata. Mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan kekayaan ini agar tidak hilang ditelan zaman dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia serta selalu menjadi identitas kita. "Beta Flobamora, beta cinta budaya. Bae sonde bae, Flobamora yang paling bae."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H