Lihat ke Halaman Asli

Nira Nawastiti

Guru/SMP Hasbunallah

Guru dan Orang tua Dapat Menerapkan Segitiga Restitusi dan Memposisikan Diri Sebagai Manajer untuk menjadikan Budaya Positif Kepada Murid/Anak

Diperbarui: 18 Januari 2023   10:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Dalam pembelajaran di kelas ataupun di rumah pastinya tidak selalu strategi pembelajaran yang sudah kita rancang dapat terlaksana sepenuhnya. Ada saja kendala yang terjadi. Setiap kendala, perlu kita tanyakan pada diri. Bagaimana menanggulangi kendala tersebut? Untuk menjawab hal itu artikel ini adalah jawabannya. Tujuan artikel ini adalah membangun budaya sekolah maupun di rumah yang positif dengan lingkungan yang aman dan mendukung murid/anak untuk menjadi pribadi yang berdaya, seimbang dan bahagia. Bagaimana caranya? Bapak Ibu Guru dan Orang tua hebat perlu mengetahui, merefleksi diri sebelum menerapkannya yaitu : Perubahan paradigma belajar, disiplin positif, motivasi perilaku manusia, kebutuhan dasar manusia, posisi kontrol restitusi, segitiga restitusi disertakan cara membuat keyakinan kelas maupun rumah.

1. Perubahan Paradigma Belajar

Perubahan paradigma belajar dari stimulus respon ke teori kontrol. Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma stimulus respon kepada pendekatan teori kontrol ? Jika, ingin membuat kemajuan perlahan, ubahlah sikap. Namun jika ingin memperbaiki cara - cara utama, maka perlunya Bapak Ibu Guru dan Orangtua mengubah kerangka acuan. Ubahlah bagaimana melihat dunia, berpikir tentang murid/anak. Ubahlah paradigma, skema pemahaman dan penjelasan aspek tentang realita. Berikut paradigma perubahan dari stimulus respon menuju pendekatan teori kontrol :

Penanaman budi pekerti yang baik nantinya akan menimbulkan kesadaran diri untuk menjadi yang lebih baik dan selalu berusaha lebih baik. Kultur sosial budaya dari luarpun perlu disaring dan dipastikan kebaikannya untuk pendidikan di Indonesia karena perlu ada penyesuaian cocok atau tidak cocoknya terhadap kultur negara Indonesia. Perlu adanya ketergerakan guru dalam mewujudkan pendidikan nasional. Dengan merefleksi pembelajaran guru dapat mengetahui sudahkah tujuan pendidikan nasional di realisasikan? 

Bukan hanya murid yang mendapatkan ilmu baru setiap pembelajaran, tetapi setiap pembelajaran guru mendapatkan ilmu baru karena guru selalu melakukan refleksi yang akan ditindak lanjuti. Dengan implementasi pembelajaran membuat guru menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi dengan berkolaborasi dalam pembuatan strategi pembelajaran, budaya positif strategi pembelajaran dapat dibagikan kepada rekan yang ada disekolah dengan hal tersebut menjadikan coach bagi guru lain, sehingga mendorong kolaborasi antar guru dan mewujudkan kepemimpinan. 

2. Disiplin Positif

Ketika mendengar kata “disiplin”, apa yang terbayang di benak Anda? Apa yang terlintas di pikiran Anda? Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan. Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali. Ki Hajar Dewantara dan Diane Gossen memaknai disiplin sebagai bentuk kontrol diri, yaitu belajar untuk kontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan mulia. Tujuan mulia di sini mengacu pada nilai-nilai atau prinsip-prinsip mulia yang dianut seseorang. Kita namakan nilai-nilai tersebut sebagai nilai-nilai kebajikan (virtues) yang universal. Nilai-nilai kebajikan yang disepakati bersama, lepas dari suku bangsa, agama, bahasa maupun latar belakangnya. Nilai-nilai kebajikan yang bermuara pada profil pelajar pancasila (beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhak mulia ; mandiri; bernalar kritis; berkebinekaan global; bergotong royong; kreatif). Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri.

3. Motivasi Perilaku Manusia

Motivasi perilaku manusia menurut Diane Gosse yaitu untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, mejadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan niai - nilai yang mereka percaya. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu kesepakatan, atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Motivasi ekstrinsik, mengacu pada jenis motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dengan tujuan untuk mendapatkan hadiah/imbalan/penghargaan atau menghindari konsekuensi negatif (ketidaknyamanan atau hukuman). Motivasi intrinsik, motivasi di mana perilaku seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu demi dirinya sendiri. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka yakini.

4. Kebutuhan Dasar Manusia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline