Dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat terdapat faktor-faktor yang memengaruhi keputusan konsumen dalam membeli suatu produk. Di era saat ini konsumen ketika membeli suatu produk pangan tidak hanya melihat visualisasi kemasan produk yang menarik namun juga memerhatikan kelayakan dari produk pangan tersebut baik atau tidaknya untuk dikonsumsi.
Para konsumen akan memerhatikan tanggal kadaluwarsa suatu produk sebelum membelinya. Namun kenyataannya tidak semua produk layak dikonsumsi meskipun belum mencapai tanggal kadaluwarsanya. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misal proses penyimpanan kurang tepat, adanya kerusakan atau kebocoran pada kemasan, ataupun dikarenakan adanya benturan saat transportasi sehingga kemasan produk terjadi kerusakan. Sehingga smart packaging menjadi solusi terbaik dalam mengatasi hal tersebut.
Apa itu smart packaging? Smart packaging termasuk salah satu teknologi yang sangat baru dalam bidang kemasan. Dimana smart packaging dapat menginformasikan berbagai hal seperti perubahan yang terjadi pada produk atau lingkungannya seperti suhu, pH, serta pertumbuhan mikroorganisme. Smart packaging sangat diperlukan dalam pengemasan produk pangan yang saat ini telah banyak diterapkan pada produk pangan untuk mendeteksi perubahan pada produk pangan dengan berupa sensor seperti Time-Temperature Indicator (TTI), Food Quality Indicator (FQI), serta indikator gas.
Kesegaran pangan untuk dikonsumsi dari suatu bahan makanan sangat bergantung pada kondisi lingkungan. Lingkungan yang tidak ideal akan mengakibatkan adanya pertumbuhan mikroorganisme sehingga terjadinya pembusukan ataupun pematangan yang cepat sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.
Salah satu produk pangan yang mudah rusak yaitu daging ikan sehingga memerlukan penanganan yang hati-hati untuk memastikan kesegaran, keamanan, serta kualitasnya. Oleh karena itu aplikasi smart packaging untuk produk daging ikan sangat bermanfaat sehingga konsumen nantinya akan mengetahui secara langsung apakah produk daging ikan yang akan dibeli masih layak konsumsi atau tidak.
Smart packaging dengan berupa sensor seperti Food Quality Indicator (FQI) sering digunakan pada produk perikanan. Prinsip kerja indikator asam-basa tersebut nantinya akan berubah warna akibat perubahan pH. Pada daging ikan selama proses penurunan mutu akan terjadi pembentukan senyawa amin yang mudah menguap seperti trimetilamin (TMA), amonia (NH3), serta dimetilamin (DMA). Penurunan mutu pada daging ikan dengan timbulnya bau yang tidak sedap pada daging ikan setelah melewati fase kesegarannya itu disebabkan adanya total volatile bases nitrogen (TVBN-N) yang meningkat. Basa mudah menguap tersebut akan terakumulasi dalam kemasan sehingga terjadinya perubahan pH dalam kemasan yang nantinya akan terdeteksi oleh indikator melalui perubahan warna. Indikator yang biasa digunakan yaitu pewarna indikator pH yang diletakkan di dalam kemasan dan ditempatkan pada membran polimer berbasis selulosa.
Indikator tersebut akan memberikan informasi sangat lengkap dari awal terjadinya proses penurunan mutu daging ikan yang biasanya sebagai tanda peringatan dini (early warning indicator) pada produk tersebut. Jenis indikator yang biasa digunakan dalam bekerja berdasarkan perubahan pH yaitu bromothymol blue (BTB), bromocresol green (BCG), bromocresol purple (BCP), serta methyl red (MR).
DAFTAR PUSTAKA
Riyanto R, Hermana I, Wibowo S. 2014. Karakteristik Plastik Indikator Sebagai Tanda Peringatan Dini Tingkat Kesegaran Ikan Dalam Kemasan Plastik. JPB Perikanan. 9(2): 153-163.
Supardianningsih, Mutsla A, Riana M, Ardiani S, Amalia B. 2023. Pengembangan Label Film Smart Packaging Berbasis Sensor pH dari Bayam Merah untuk Mendeteksi Kesegaran Daging. Journal of Aceh Physics Society. 12(3): 8-14.