Lihat ke Halaman Asli

Menapaki Museum Sepakbola Jepang

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bisa menapaki atau menginjakkan kaki di Museum Sepakbola Jepang yang berada di tengah-tengah kota metropolitan Tokyo merupakan keberuntungan bagi saya, karena selain bisa merasa seperti berada di tengah-tengah para pemain Tim Sepakbola Jepang yang penuh prestasi, juga bisa melihat berbagai benda-benda berharga yang tentunya berhubungan erat dengan persepakbolaan Jepang sampai dengan saat ini. Apalagi Jepang merupakan negara yang persepakbolaannya sudah sangat maju di dunia khususnya di kawasan benua Asia.

Dengan keberadaan Musium Sepakbola itu, sudah pasti kita merasakan keseriusan pemerintah Jepang yang sangat luar biasa dalam membangun dunia sepakbola untuk negaranya. Perlu diketahui bahwa Jepang memang dikenal sebagai negara dengan seribu museum, maksudnya berbagai musium terdapat di negara ini.

Awal dari penapakan penulis menuju Museum Sepakbola Jepang itu sangat mudah ditempuh dengan naik kereta, karena pihak museum tidak menyediakan tempat parkir mobil bagi para pengunjungnya kecuali bagi penyandang cacat. Sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh pihak museum, para pengunjung yang datang dari berbagai tempat di Tokyo harus naik Metro-Subway atau Kereta Bawah Tanah Metro jalur Marunouchi atau bisa juga naik Kereta Listrik JR (Japan Railway) dan turun di Stasiun Subway Ochanomizu. Jika naik Subway jalur Chiyoda harus turun di Stasiun Kereta Bawah Tanah Shin-Ochanomizu.

Pada liburan musim panas bulan Agustus 2011 yang lalu, penulis memilih menuju museum tersebut dengan naik kereta bawah tanah jalur Marunouchi dan turun di Stasiun Ochanomizu dari Stasiun Nagata-choo yang merupakan pusat politik Jepang di Tokyo. Begitu keluar dari kereta dan pintu stasiun Ochanomizu, bisa penulis lihat petunjuk pintu keluar dan rute untuk menuju Museum Sepakbola itu. Selanjutnya, hanya berjalan kaki mengikuti petunjuk arah yang ada tersebut, dengan melewati sepanjang trotoar depan Universitas Kedokteran Gigi Tokyo, kemudian belok kanan di sudut Rumah Sakit Juntendo. Setelah itu jalan yang penulis lalui hanya jalan lurus dan menyeberang Jalan Hongo yang sangat lebar tetapi sangat aman karena lampu lalu lintas berfungsi dengan baik bagi penyeberang jalan.

Setelah menyeberang Jalan Hongo, tak terduga ternyata penulis bisa melihat ada jalan dengan penunjuk tinggi dan basar yang bertuliskan “Football Street”, itu artinya telah sampai di kawasan Museum Sepakbola dengan melewati Football Street itu yang panjangnya kira-kira satu blok saja. Dari Stasiun Subway Ochanomizu, Musium Sepakbola Jepang itu hanya penulis tempuh sekitar 8 menit dengan berjalan kaki.

Museum yang menyatu dengan gedung Japan Football Asociation (JFA) yang terletak di Football Ave. 3-10-15, Hongo, Bunkyo-ku, Tokyo tersebut tidak tampak seperti bangunan-bangunan museum yang biasanya ada di Jepang yang dirancang dengan desain khusus dengan tema tertentu, tetapi bagunan Museum Sepakbola ini tampak megah seperti bangunan gedung perkantoran yang tinggi penuh dengan pilar bulat dan banyak jendelanya. Di bagian depan bangunan itu, tepatnya di pinggir trotor terdapat papan nama bertuliskan “Japan Football Museum” dan demikian juga di bagian atas pintu masuk gedung juga terdapat tulisan yang sama tetapi memanjang dari atas kebawah.

Saatnya penulis mulai memasuki lantai 1 gedung Museum Sepakbola tersebut, yang mana bagi siapapun boleh masuk dan melihat semua benda yang ada di lantai ini secara gratis. Begitu menginjakkan kaki di lantai ini, langsung diberi penyambutan hangat seorang petugas informasi perempuan yang mengucapkan salam "Irasshaimase" yang berarti "Selamat Datang" sambil memberikan beberapa pamflet dan pengumuman serta lembaran panduan.

Di sekitar bagian counter informasi terdapat berbagai monitor yang memutar hightlight pertandingan-pertandingan Kesebelasan Jepang saat melawan tim negara lain. Setelah mencoba memasuki ruangan besar yang ada di bagian dalam, saya jumpai stadion buatan lengkap dengan layar Mega Vision yang memutar pertandingan sepakbola Jepang yang bersejarah, yang mana para pengunjung bisa menyaksikannya dengan duduk di kursi yang tersedia atau dengan cara berdiri saja sambil melihat-lihat berbagai poster yang tertempel di sepanjang dinding ruangan. Di bagian tembok sebelah kanan bisa penulis lihat juga serta raba "Monument of Goal" yang mana mengingatkan berbagai gol yang telah dicetak oleh kesebelasan nasional Jepang.

Setelah itu penulis melajutkan menapaki museum dibagian lantai 1 bawah tanah (basement), bukan lantai 2 seperti umumnya bagunanan lain. Bagi siapapun pengunjung lantai museum ini juga masih tidak dipungut biaya.

Di sini bisa disaksikan berbagai pajangan atribut-atribut klub Sepakbola Jepang yang disertai juga dengan keterangan mendalam tentang klub-klub Liga Jepang atau yang dikenal dengan sebutan J-League.Selain itu yang menarik juga yaitu penulis bisa melihat berbagai benda berharga yang berhubungan dengan persepakbolaan Tim Nasional Jepang dan J-League, seperti kostum, sepatu, penghargaan-penghargaan dan lainnya yang diraih sampai saat ini.Di bagian sudut lantai ini terdapat juga “Flags Town Shop” yang menjual berbagai atribut atau merchandise asli tim sepakbola Jepang dengan harga normal.

Bagian lain yang bisa dikunjungi dan dilihat dengan suasana lain yaitu apa yang dinamakan "Japan Football Hall of Fame". Tempat ini merupakan lorong memanjang yang dirancang dengan penerangan yang remang-remang dan di tembok sebelah kanan dan kirinya terdapat relief-relief wajah para tokoh persepakbolaan Jepang sejak awal abad 20 sampai sekarang lengkap dengan tulisan profilnya.

Berada di lorong ini terasa kesan nuansa bersejarah yang penuh dengan keseriusan dan prestasi-prestasi sepakbola Jepang. Penulis berpikir dan yakin memang tujuan itulah yang ingin dicapai dengan didirikannya musium tersebut. Sebagai bukti yaitu penulis meneruskan berjalan sepanjang lorong “Hall of Fame” ini, dan sampai di sebuah ruangan yang tidak begitu luas, kira-kira hanya seluas ruangan kelas kecil yang mana bisa penulis jumpai berbagai koleksi buku, majalah, koran dan koleksi lainnya yang berhubungan dengan persepakbolaan dunia khususnya persepakbolaan Jepang.

Setelah mengamati ternyata ruangan itu mirip perpustakaan tetapi difungsikan bagi para pengunjung museum dan para peneliti yang ingin mendalami persepakbolaan Jepang lewat literatur. Tampak di ruangan yang tersembunyi ini bebeberapa anak SD yang didampingi orang tuanya sedang membuat karya yang mirip dengan majalah dinding.

Setelah penulis bertanya kepada seorang diantara tiga orang petugas perempuan, ternyata pihak pengelola museum sepakbola juga menyediakan program khusus kepada anak-anak Sekolah Dasar yang ingin membuat tugas liburan musim panas yang bernama "Jiyuu Kenkyuu" atau penelitian bebas yang lazim diberikan oleh pihak sekolah.

Tujuan mendasar dibuatnya program tersebut yaitu salah satunya untuk membangkitkan minat anak-anak Jepang terhadap sepakbola. Penulis karena tertarik dengan suasana ruangan tersebut juga memanfaatkannya untuk menulis sebagian tulisan ini untuk para pembaca Kompasiana yang berada di Indonesia khususnya.

Penapakan Museum ini penulis lanjutkan menuju lantai 2 bawah tanah yang mana terdapat benda-benda dan informasi yang berhubungan dengan rekaman-rekaman peristiwa Piala Dunia 2002 yang telah diselenggarakan di Korea dan Jepang. Bagi pengunjung yang ingin masuk ruangan-ruangan di lantai ini harus membayar sesuai dengan tarif yang ditentukan oleh pihak museum, yaitu sebesar 500 Yen untuk pengunjung dewasa dan 300 Yen untuk pengunjung anak-anak sampai dengan tingkat SMP.

Pendirian Museum Sepakbola ini sebenarnya didasari keinginan untuk mendokumentasikan dan membuat Museum Peringatan Piala Dunia FIFA 2002 yang dipelopori oleh seorang pendirinya yang bernama Saburo Kawabuchi pada tahun 2003.

Penekanan yang ditampilkan di ruangan lantai ini yaitu menampilkan perangkat pencitraan khusus tentang analisis-analisis teknis dari berbagai pemain sepakbola tingkat atas.

Selain itu juga terdapat ruangan yang menampilkan berbagai benda bersejarah yang dimiliki Tim Nasional Jepang dan juga lengkap dengan sejarah mengenai perjuangan para pemainnya yang ditampilkan dari setiap generasi khususnya perjuangan mencapai peringkat 10 di persepakbolaan dunia.

Ruangan di lantai ini menjaditempat favorit bagi para pengunjung museum, karena akhir-akhir ini Timnas Sepakbola Jepang pria telah menjuarai Piala Asia 2010 yang lalu dan juga Timnas Sepakbola perempuannya atau yang sering dijuluki “Nadeshiko Japan” telah menjadi juara dunia sepakbola wanita 2011 yang diadakan di Jerman beberapa bulan yang lalu.

Di lantai 2 bawah tanah inilah penulis juga bisa menyaksikan dengan mata kepala sendiri berbagai tropi yang diraih tim samurai biru, salah satunya yaitu tropi juara I Piala Asia 2010 yang diselenggarakan di Qatar.

Tropi yang terakhir diletakkan di lantai Museum Sepakbola ini yaitu tropi Piala Dunia Sepakbola Wanita 2011 yang diraih oleh Nadeshiko Japan. Penulis tidak menyia-nyiakan waktu untuk mengamati tropi tersebut dari jarak dekat dan merasa beruntung bisa melihat detail bentuknya seperti yang terlihat dalam siaran televisi waktu pertandingan selesai dan tropi diserahkan kepada Nadeshiko Japan. Dikabarkan waktu tropi tersebut pada hari pertama kali diletakkan di Museum Sepakbola itu, terdapat antrean pengunjung sampai 5 jam hanya untuk bisa melihat tropi yang diboyong dari Jerman tersebut.

Koleksi Museum Sepakbola Jepang tersebut semakin lengkap dengan diletakkannya sepatu yang telah dipakai pemain andalan dan kebanggaan Timnas Jepang yaitu Keisuke Honda, yang mana sepatu tersebut digunakan untuk mencetak gol ke-1000 Timnas Jepang saat menaklukkan Syria 2-1 dalam laga Grup B di babak penyisihan Piala Asia 2011.

Demikian cerita penapakan penulis di Museum Sepakbola Jepang dan pastinya mendapat kesan dan semangat melalui tujuan didirikannya museum tersebut, seperti yang dicita-citakan Saburo Kawabuchi sebagai pendirinya, yaitu menciptakan suasana yang optimal untuk menghadirkan permainan sepakbola yang terbaik, menciptakan kesuksesan lewat persahabatan untuk perdamaian dunia dengan cara pembagian kebahagiaan dalam dunia persepakbolaan, mempromosikan olahraga khususnya sepakbola kepada generasi muda Jepang sebagai faktor penting dalam mengisi kegiatan kehidupannya dalam bersosialisasi dan bernegara dengan penuh semangat dan kebanggaan.

Melihat keseriusan pemerintah Jepang dalam membangun dunia persepakbolaan dengan cara membangun Museum Sepakbola yang megah dan penuh guna tersebut, penulis menjadi berpikir bagaimana dengan sikap pemerintah Indonesia dengan pembagunan dunia sepakbolannya, khususnya pembangunan Museum Sepakbola?

Jika mengamati rencana dari pemerintah Indonesia, rupanya keinginan membagunan Museum Sepakbola itu sudah ada pemikiran lewat ungkapan yang dilontarkan oleh Djohar Arifin Husin sewaktu beliau menjadi Staf Ahli Menpora atau sebelum menjadi Ketua Umum PSSI.

Keinginan Djohar tersebut dikuatkan dengan alasan supaya kita bisa melihat kembali kejayaan sepakbola Indonesia pada beberapa puluh tahun lalu dan kita bisa mendapatkan fakta dan data yang minimal bisa menjadi dorongan motivasi generasi penerus, utamanya kalangan pelajar.

Dengan alasan apapun, hal yang terpenting yaitu memberi informasi dan semangat kepada masyarakat khususnya generasi muda untuk mencintai dan berminat melakukan kegiatan olahraga khususnya sepakbola demi untuk menumbuhkan semangat dan kebanggaan hidupnya dan tentunya demi kemajuan Negara Indonesia tercinta secepatnya seperti yang sudah dan masih dilakukan oleh pemerintah Jepang.

Salam Sepakbola dari Jepang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline