Lihat ke Halaman Asli

Makna Sebenarnya Upacara Ngaben di Bali

Diperbarui: 7 Juli 2022   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bali merupakan pulau yang terkenal dengan budaya dan adat istiadatnya yang sangat kental, salah satu upacara yang terkenal yaitu upacara ngaben. Ngaben merupakan upacara pembakaran jenazah bagi umat Hindu di Bali yang menjadi ritual bagi umat Hindu untuk mengembalikan roh leluhur ke tempat asalnya. Selain itu, ngaben juga bisa disebut sebagai pelebon, yang artinya menjadikan prathiwi (abu). Ada dua cara yang bisa dilakukan dalam upacara ngaben atau pelebon ini, yakni dengan cara membakar (ngaben) dan menanam ke dalam tanah (metanem). Tujuan dari upacara ngaben ialah untuk mempercepat raga sarira agar dapat kembali ke asalnya dan sekaligus sebagai wujud cinta kepada para leluhur dan bhakti anak kepada orang tuanya karena upacara ngaben menjadi salah satu proses pengembalian unsur panca maha butha kepada Sang pencipta.

Dalam lontar yama purwana tattwa, upacara pengabenaan tergolong kedalam panca yadnya yaitu pitra yadnya, pitra yadnya merupakan persembahan suci yang tulus ikhlas kepada leluhur atau orang yang sudah mati yang berlandaskan pada rasa tulus ikhlas tanpa pamrih.

Umat Hindu dari semenjak lahir sudah dibekali dengan Tri Rna, yaitu tiga hutang yang wajib dibayar dan menjadi cikal bakal terciptanya Panca Yadnya, salah satunya yaitu pitra yadnya (hutang kepada leluhur atau orang tua). Tiga hutang yang wajib dibayar dan menjadi cikal bakal terciptanya Panca Yadnya, yaitu:

  • Dewa Rna yang akan menciptakan Dewa Yadnya dan Bhuta Yadnya.
  • Rsi Rna yang akan menciptakan Rsi Yadnya.
  • Manusa Rna yang akan menciptakan Manusa Yadnya dan Pitra Yadnya.

Upacara ngaben perlu dan wajib untuk dilakukan, sebab kita sebagai umat Hindu percaya bahwa upacara pengabenan ini sebagai upacara yang tepat untuk menghantarkan roh orang yang telah meninggal ke alam sunia sekaligus untuk menyatukan stula sarira (badan kasar) kembali ke asalnya yaitu menjadi unsur Panca Maha Bhuta, seperti dari tanah kembali ke tanah (Pertiwi), dari air kembali ke air (Apah), dari api kembali ke api (Teja), dari udara kembali ke udara (Bayu) dan Akasa yaitu dari angkasa kembali ke angkasa.

Dengan demikian, maka pengabenan itu wajib untuk dilakukan oleh umat Hindu di Bali guna membayar hutang yang dibawa sejak lahir, yaitu kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan Leluhur serta selain itu upacara ini juga merupakan wujud sradha bhakti kita kepada-Nya.

Adanya pernyataan yang mengatakan bahwa "upacara ngaben terkesan boros" itu tidaklah benar karena dalam menjalankan upacara yadnya terdapat beberapa tingkatan yang dapat dipilih oleh sang yajaman (pelaksana yadnya) itu sendiri yang tergantung pada kwantitasnya mana yang akan dia pilih. Tingkatan atau kwantitas ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1.       Nista, yang berarti yajna dengan tingkatan kecil, dibagi menjadi 3, yaitu:

a.       Nistaning nista merupakan tingkatan terkecil di antara yang kecil

b.       Madyaning nista merupakan tingkatan sedang di antara yang kecil

c.       Utamaning nista merupakan tingkatan terbesar di antara yang kecil

2.       Madya, yang berarti yajna dengan tingkatan sedang, yang terdiri dari 3 tingkatan:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline