Lihat ke Halaman Asli

Kisah Dibalik Wafatnya Mbah Sairi (Catatan kecil dari Saya)

Diperbarui: 11 Februari 2016   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Innalilahi wainnailahi rojiun…

Dengan umur yang tak lagi muda  Mbah menghembuskan nafas terakhirnya dihari kedua tahun monyet api yang penuh misteri ini. Sebelum cerita berlanjut, izinkan saya mengucapkan selamat tahun baru imlek 2567, kiranya kita senantiasa diberikan berkat yang melimpah, kesehatan yang sempurna dan kebahagian yang luar biasa. Amin. Lanjut…

Usia Mbah 87 tahun, bukan waktu yang sebentar beliau menikmati dan hidup dalam dunia ini. Usia yang cukup panjang diantara manusia sekarang, beliau termasuk orang yang sehat karena masih bisa mencapai umur 87 tahun. Walaupun di akhir masa hidupnya beliau, yang beberapa bulan ini memang sudah tidak lagi sehat dan bolak-balik dirawat dirumah sakit.

Mbah sudah ditinggal duluan oleh Mak (sebutkan istri mbah) lebih kurang enam tahun yang lalu. Beliau seorang pensiunan PU yang sangat dihormati. Banyak hal telah dilakukan oleh Mbah semasa hidupnya dan tentunya dengan Mak juga (karena Mak bidan yang sangat rendah hati). Dikarunia sembilan orang anak laki-laki dan perempuan membuat Mbah semakin kaya. (istilah orang batak yang saya kutip “anakkohi do hamoraon di au). Mulai dari PNS di PU, di RSUD, di BPBD, di Bapeda,di BKKBN, Dinas Pendidikan, Polisi, Sekuriti, Supir bahkan hanya dirumah saja ada. Sangat beragam. Tak hanya anak, keponakan yang dari jawa pun dipanggil dan diajak tinggal sampai disekolahkan di sini di Baturaja dan rata-rata mereka sukses.

[caption caption="Foto Pribadi"]

 

[/caption]Kembali pada saat dipanggilnya Mbah ke Rahmattullah.

Senin tengah malam kondisi Mbah menurun dan mulai tak sadarkan diri. Karena menurut cerita anak Mbah yang merawat beliau selama ini Mbah selalu batuk beda dengan yang beberapa saat ini koq tidak adalagi batuk. (Penulis teringat, jam sembilan malam masih ketemu anak Mbah. Kami saling menyapa “dari mana Na? Kata Si Ayuk.. Aku Menjawab “inilah lah ngutip sampah air gelas di depan”. Mau kemana Yuk, aku menyempatkan bertanya dan dijawab sambil lalu dengan sepeda motor yang dibonceng anaknya, “ke depan”. Ternyata penulis baru tahu bahwa si Ayuk ke depan itu membeli obat batuk di Apotek)

Si Ayuk panik, mulai memanggil adik, mas, mbakyu dan keponakan yang ada di depan dan samping rumah. Akhirnya mereka membawa Mbah ke Rumah sakit. Tetapi kondisi tekanan darahnya mulai menurun pelan-pelan dan naik dan turun lagi. Sampai akhirnya Mbah menghembuskan nafas tepat pukul 06.30 wib.

[caption caption="Foto Pribadi"]

[/caption]Ada cerita yang menarik bahkan lucu menurut penulis dibalik kepergian Mbah. Si Ayuk yang selalu merawat Mbah, malam itu tidak ikut ke rumah sakit, karena menurut sang Mas, jaga saja di rumah, persiapkan segala sesuatunya. Siapa tau terjadi apa-apa atau kami perlu apa-apa di rumah sakit. Si Ayuk nurut. Kami akan kabari.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline