Lihat ke Halaman Asli

Ninuk Irawati

Mahasiswa universitas Muhammadiyah Malang

Memilih Merasa Cukup

Diperbarui: 22 November 2021   17:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lucia Priandarini adalah seorang penulis buku fiksi dan nonfiksi. Penulis lulusan Universitas Indonesia ini menerbitkan buku pertamanya dengan judul Episode Hujan (2016). Buku yang ditulis oleh Lucia selalu diminati semua kalangan. Bukunya diadaptasi menjadi sebuah film layar lebar seperti Dua Garis Biru, Keluarga Cemara dan Posesif, film inipun banyak ditonton oleh orang -- orang karena ceritanya yang sangat menarik perhatian. Tidak sampai disitu, penulis ini pun menerbitkan buku Mengejar Ujung Pelangi dengan tema pengembangan diri yang sukses membuat para penggemar buku kembali melirik karyanya.
Buku yang berjudul Mengejar Ujung Pelengai menceritakan kita yang harus menikmati bahagia dengan merasa cukup. Ada alasan mengapa memiliki segalanya bukan menjadi puncak kebahagiaan atau solusi atas ketidakbahagiaan. Karena, tingkat kebahagiaan manusia bukan seperti tangga yang semakin ke atas semakin tinggi, melainkan akan naik turun. Buku Mengejar Ujung Pelangi sangat digemari oleh kalangan remaja karena isinya sangat cocok dengan kehidupan sehari -- hari para remaja yang sedang mencari jati dirinya. Buku ini adalah rangkuman dari kegalauan yang dialami kalangan remaja, penghujung usia belas atau usia dua puluh, sekaligus obat dari kegalauan itu.
Cerita dari buku ini membuat standar kehidupan menjadi tidak ada. Bahwa digaji tidak besar untuk pekerjaan yang membahagiakan adalah tidak apa -- apa dan digaji besar untuk pekerjaan yang tidak membahagiakan. Namun, gaji tersebut bisa membayar kebahagiaan juga tidak mengapa. Bahwa baru menemukan passion diusia muda itu tidak mengapa. Bahwa masalalu tidak perlu dipahami seutuhnya, hanya perlu diterima.
Setiap topik ditulis dengan singkat tetapi maknanya cukup dalam, beberapa topik membuat saya berfikir kembali untuk intropeksi diri menjadi manusia yang lebih baik dan selalu bersyukur atas pencapaian yang didapatkan. Buku ini mengajarkan bahwa untuk melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati. Bukan karena kita pasrah untuk melakukan semua hal, namun untuk memilah hal mana yang akan membuat kita senang melakukannya.

Semua akan baik -- baik saja meski jalan ceritanya tidak sesuai dengana rencana di kepala kita.  Dalam kalimat ini bisa diambil pelajaran bahwa ekpetasi tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Yang kita hadapi di depan sekarang inilah yang kita jalani terlebih dahulu , boleh berekspetasi lebih tetapi tidak boleh kecewa jika ekpetasi itu tidak sesuai. Jadi lebih baik jalani dengan baik yang ada di depan kita sekarang dan selalu berusaha untuk tetap konsisten dalam menjalaninya agar tercapainya apa yang kita inginkan.

 
  Dalam buku ini ada cara untuk memilih untuk waktu, energi, dan perhtian yang terbatas. Pilihlah yang bisa dikendalikan, dan berkompromi dengan yang di luar itu. Dari ini saya juga bisa tau bahwa dalam hidup kita berpindah diantara tiga ruang utama; ruang tamu sebagai ruang paling formal di dalam rumah di sana biasanya ada bingkai -- bingkai penghargaan foto keluarga dan pajangan -- pajangan yang mudah pecah, sebagian kita menghabiskan banyak waktu di ruang tamu dimana seamuanya harus tampak baik -- baik saja.
 
 
Akhir dari bab buku ini menjelaskan kepada kita bahwa sesuatu yang kita beli dari orang -- orang yang kita temui di sepanjang jalan itu semua termasuk dalam memberi sebab bisa jadi seribu rupiah yang kita keluarkan dapat membantu mereka dalam perekonomiannya. Kadang hidup sederhana dan merasa cukup bukan berarti bertolak belakang dengan hidup di masa kini, sebab menjadi modern itu tentang kita yang memiliki gambaran besar bagaimana hidup yang lebih baik di masa sekarang untuk kedepannya dan tentang apa yang harus dipersiapkan untuk sampai kesana. Oleh karena itu, menjadi modern yaitu bahwa kita menyadari apa yang kita lakukan hari ini itu yang akan menentukan kita di masa depan kelak.
Dari buku ini kita bisa melihat beberapa kelebihannya seperti buku ini sangat membangun untuk para remaja yang sering berfikir bahwa mereka telah berhenti di sini sekan -- akan mereka tidak punya kesempatan untuk maju dan memilih untuk pesimis serta merasa berbeda untuk terus bangkit dan memulai,buku ini menggunakan Bahasa yang sederhana sehingga mudah untuk di fahami, memiliki sedikit halaman namun sangat berbobot, gambar yang di perlihatkan sangat menarik perhatian orang untuk membaca isi buku ini,  synopsis yang membangun serta menyediakan kata -- kata yang sangat bagus.
Selain beberapa kelebihannya buku ini juga memiliki beberapa kekurangan, seperti pemborosan kertas, daftar isinya yang kurang rapih, covernya kurang rapih dan mudah membuat bosan.
Dari buku ini kita dapat mengambil sebuah pelajaran  bahwa kita masih punya cerita -- cerita Panjang sebelum cerita pendek, selalu mengingatkan kita bahwa semua yang belum terwujudkan harus tetap kita syukuri, meningatkan kita tentang sesuat dari rasa takut, dan mengajarkan kita bahwa sesuatu yang benar belum tentu benar serta jika kita tidak bisa memulai cerita dari awal maka kita bisa membuat cerita dari akhir.
 

 Peresensi :

snow-20210927-170109-641-removebg-preview-1-619b5c3dc26b777fcb674312.png

Nama                                : Ninuk Irawati 

Instansi                           : Universitas Muhammadiyah Malang

Fakultas                          : Ilmu Kesehatan 

Prodi                                :  S1 Farmasi

Dosen Pembimbing  : Dr. Daroe Iswatiningsih, M.Si

           

           

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline