Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Demo 212, Kekuatan Presiden Jokowi dan Strategi Intelejen Hadapi Makar dan Terorisme

Diperbarui: 17 Desember 2016   02:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Demo 212 yang begitu membahana gaungnya sejatinya adalah titik balik menuju benderang tentang politik, keberagamaan, dan terorisme. Demo 212 – dan demo serta meningkatnya suhu politik sebelumnya – dengan picuan Ahok sesungguhnya menjadi pisau bermata dua yang menentukan baik bagi Presiden Jokowi maupun lawan politik.

Mari kita telaah kekuatan Presiden Jokowi dan strategi pemetaan brilian yang dilakukan oleh Polri dan aparat intelejen dalam menghadapi makar dan terorisme yang memanfaatkan kehangatan isu politik dan aneka demo tentang Ahok dengan hati riang gembira senang sentosa sambil menari menyanyi berdansa koprol jungkir balik merayakan dan mengapresiasi Polri menggagalkan pemboman Istana Presiden dan pencegahan makar selamanya senantiasa.

Dalam kurun waktu peredaman suhu politik pasca demo 212, pasca peristiwa penangkapan tersangka makar dan pelanggaran ITE, dalam persidangan Ahok pun warna politik begitu kental. Warna keberagamaan di luar sidang pun tergambar jelas. Sementara pembonceng kegiatan demo dengan upaya makar dan terorisme berhasil digagalkan oleh Polri berdasarkan operasi intelejen. Bahkan upaya pemboman Istana Presiden RI yang dirancang pun gagal total dengan penangkapan teroris Bekasi dan antek-anteknya.

Ketiga gambaran pemetaan intelejen itu tampak dalam peristiwa yang menyertai yang membuktikan kebenaran ucapan Presiden Jokowi tentang penunggangan politik – yang memanfaatkan suhu politik panas.

Pertama, benderangnya pemetaan intelejen tentang aktivitas politik. Warna demo sebelum 212 adalah warna demo yang disinyalir ditunggangi muatan politik seperti yang disampaikan oleh Presiden Jokowi – berdasarkan informasi intelejen tentunya. Maka Demokrat berteriak-teriak kebakaran jenggot minta klarifikasi. Hal yang tak digubris oleh Presiden Jokowi dan Polri.

Pun sebelum demo SBY adalah orang yang berteriak-teriak di media sosial seperti halnya Rizieq FPI dalam menanggapi kasus Ahok. Lain Rizieq FPI lain pula tujuan SBY adalah agar Ahok hengkang dari persaingan Pilgub DKI 2017 dan melapangkan jalan bagi Agus anaknya yang tak bakal menang di DKI.

Ucapan Presiden Jokowi tentang penunggangan politik demo 411 terjawab dengan pada 212 dini hari dan pagi ditangkapnya Ratna Sarumpaet, Ahmad Dhani, Sri Bintang Pamungkas, dan kawan-kawan dengan berbagai tuduhan yang berbeda dari makar, pelanggaran UU ITE, sampai penghinaan simbol negara yakni Presiden RI.

Reaksi atas penangkapan beberapa orang tersangka makar dan lainnya pun senyap – meskipun pada awalnya Prabowo dan Fadli Zon serta mereka meragukan upaya makar tersebut. Namun Polri dengan sigap dan tegas melakukan penahanan dan sangkaan makar tetap melekat pada mereka yang disangka makar. Polri pun merangsek mengumpulkan bukti dengan penggeledahan di rumah Rachmawati dan Sri Bintang Pamungkas – terpidana pada masa eyang saya Presiden Soeharto.

Kuasa hukum para tersangka makar pun berteriak-teriak melemahkan dan mengajukan dalih bukan upaya makar. Mulai dari Yusril Ihza Mahendra dan Razman Nasution berteriak koor menolak tuduhan. Itu tindakan sah. Namun, Polri bukanlah institusi kacangan yang dengan mudah menangkapi orang dengan tuduhan atau sangkaan seberat makar.

Bahkan peta pendanaan upaya makar pun sudah didapatkan oleh Polri – meskipun dibantang oleh para tersangka. Berbagai alat bukti dikumpulkan untuk menjerat tersangka makar dan sangkaan lainnya. Jelas semakin hari Polri semakin menunjukkan berbagai bukti yang membuat berbagai pihak mengatur strategi baru – antara senyap atau menenangkan diri untuk mencari selamat.

Melihat kesigapan Polri mengumpulkan bukti, maka para politikus pun sepakat mengikuti pembuktian penyidikan Polri dan ditunggu di pengadilan. Ini adalah sikap kehati-hatian para politikus dalam menghadapi para aktivis yang berseberangan dengan Presiden Jokowi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline