Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Senjakala Aburizal Bakrie, Berprestasi di Golkar Ditolak Penguasa, Mimpi Jadi Sabdopanditoratu

Diperbarui: 5 Maret 2016   00:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ical I Sumber Tribunnews.com"][/caption]Meski berprestasi di Golkar, Ical tidak dikehendaki oleh penguasa sama sekali. Ical menyebut seorang penguasa tidak menginginkan Golkar dipimpin oleh Ical sama sekali. Mari kita telaah 5 ketidaksenangan penguasa dan juga publik dengan pola tingkah laku pribadi dan politik Aburizal Bakrie dengan tertawa ngakak guling-guling menertawai terbuangnya secara politik dan keinginan Aburizal Bakrie dengan hati gembira ria riang senang suka-cita senang bahagia menari menyanyi jungkir balik selamanya senantiasa.

Karena tidak dikehandaki memimpin Golkar, maka Aburizal Bakrie ingin menjadi Begawan dan Sabdopanditoratu, tanpa gelar Ki di depan Sabdopanditoratu. Keinginan luhur Ical – yang artinya hilang dalam bahasa Jawa – memang sangat beralasan. Memang untuk menjadi Sabdopanditoratu Ical memiliki semua syarat untuk menjadi sosok agung, hebat dan dapat dipercaya.

Terbuang dari Golkar, Ical sangat paham tentang syarat menjadi disebut Sabdopanditoratu. Ical jelas telah berhasil menjauhi semua – yakni ada 6 syarat – di bawah untuk menjadi Sabdopanditoratu. Kekayaan Ical di dalam bisnis dan gemerlap dunia telah lebih dari cukup. Harta, takhta, wanita, rumah, tower, mobil, kondominium, perusahaan warisan ayahnya dan bukan hasil keringatnya sendiri, semuanya ada dan dimiliki, dan saking semuanya dimiliki termasuk hutang, terhadap misalnya rakyat Porong Sidoarjo yang ditalangi oleh Presiden Jokowi.

Selain itu, keluarga harmonis dan bahagia dikecap setiap hari. Untuk melengkapi kebahagiaan, Ical mengangkat anak dan menganggap Zalianty Sisters sebagai anak angkat dan ditenteng-tenteng sampai ke Maladewa bersama boneka Teddy Bears dan tak lupa berpasangan dengan Aziz Syamsuddin. Karena sudah seperti anak sendiri, mama Ical, alias istri Ical begitu dipanggil anak angkat Zalianty, tidak ikut ke Maldives: biar mereka berempat saja – hingga menghancurkan nama partai Golkar. Hasilnya, kasus Teddy Bear pun membuat keberhasilan peraihan suara Golkar gagal total, bahasa santunnya, keberhasilan yang tertunda.

Memimpin Golkar pun Ical berhasil menurunkan kursi Golkar dari 105 ke posisi 92 kursi di DPR RI. Hal ini ditambah lagi Golkar berhasil mengusung Prabowo menjadi capres bersama cawapres Hatta Rajasa. Ical sendiri secara bijaksana berhasil meyakinkan banyak orang bahwa dia tidak layak menjadi capres bahkan cawapres. Suatu prestasi yang luar biasa. Keberhasilan mencalonkan Prabowo-Hatta adalah pencapaian tertinggi Ical. Yang hasilnya Prabowo-Hatta menang, sayangnya, menanggung malu maksudnya, belum berhasil bahasa politik kesantunan.

Di tengah keberhasilan itu, Ical menambah prestasi lagi dengan memberikan pengalaman berlumpur Lapindo. Tidak ada orang lain selain Ical yang begitu hebat berkantor di Ipicentrum berharga triliunan namun ngutang dan diutangi oleh Presiden Jokowi untuk membayar korban Lumpur Lapindo. Hebat.

Nah, tentang keinginan mimpi Ical menjadi Sabdopanditoratu, Ical tahu persyaratan itu akan mampu dengan mudah dipenuhi oleh Ical. Persyaratan itu antara lain berwujud keluhuran, kehormatan, dan kehebatan karena melambangkan diri menjadi (1) tonggak kebijaksanaan, (2) lambang kebenaran, (3) panutan budaya, (4) keindahan kebijaksanaan kata-kata dan perbuatan, (5) kebenaran omongan berbau ilahiah dan langitiah dengan bahasa langit, dan yang terpenting (6) tahu sebelum kejadian sesungguhnya terjadi.

Pertama, (1) tonggak kebijaksanaan. Kebijaksanaan Ical mundur sebagai Ketum Golkar karena tidak dikehandaki penguasa. Terpaksa deh mundur. Kalau tidak mau ya dimundurkan saja.

Kedua, (2) lambang kebenaran. Semua sepak terjang Ical adalah kebenaran tak ada yang salah. Saking benarnya memimpin Golkar, maka menang nomor 2 di pemilu 2014 tetapi tidak laku mencalonkan diri, malah mendukung pemenang keempat.

Ketiga, (3) panutan budaya. Pola kehidupan berkebudayaan Ical misalnya lebih mencintai Teddy Bear dibandingkan dengan wayang misalnya. Terbukti Ical memeluk Teddy Bear dan bukan wayang, misalnya, bersama Zalianty.

Keempat, (4) keindahan kebijaksanaan kata-kata dan perbuatan. Omongan Ical selalu bersayap. Misalnya, bersama pemerintah, bukan dalam pemerintahan, hahahaha. Itu kata pelintiran kebijaksanaan politis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline