Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Kisruh Golkar: Ical Ajak Setya Novanto, Singkirkan Akom, Impikan Wewenang Sekuat Presiden Soeharto

Diperbarui: 7 Februari 2016   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Setya Novanto dan kenangan politik ugal-ugalan I Sumber Kompas.com"][/caption] Suksesi Golkar benar-benar menenggelamkan Ical ke dasar kubur politik. Taktik mendudukkan orang kaya raya Setya Novanto teman mafia migas dan Petral Muhammad Riza Chalid, dan menyingkirkan Ade Komaruddin membelah Golkar. Upaya Nurdin Halid untuk berkuasa di Golkar bersama Ical dan Setya Novanto menarik diikuti. Golkar pun terpecah pula. Kubu Agung Laksono kini memiliki amunisi Bambang Soesatyo dan Ade Komaruddin. Mari kita telaah perebutan Ketua Umum Golkar antara Setya Novanto dengan Ade Komaruddin dengan kubu yang saling mendukung dengan hati gembira menertawai ambruknya Golkar dan Ical dengan pesta-pora menari menyanyi jungkir balik salto selamanya senantiasa.

Aburizal Bakrie yang telah dijepit sejak awal dan telah tersingkir, kini mencangkan Setya Novanto dan Nurdin Halid serta Aziz Syamsuddin – yang bersama Zalianty sisters dan Ical plesir sebagai anak-anak angkat – untuk menduduki kekuasan di Golkar. Tujuannya pun jelas. Bagi Ical, mendudukkan Nurdin Halid, Aziz atau Setya Novanto untuk mengamankan bisnisnya yang mulai ambruk. Sementara bagi Setya Novanto untuk membuat penawaran politik dengan Presiden Jokowi karena sedang dirundung kasus Papa Minta Saham.

Sementara Ade Komaruddin yang didukung Soksi, dengan dukungan Bambang Soesatyo dan Yorries Raweyai dan Agung Laksono memiliki kepentingan posisi Ketua Umum Golkar sangat strategis dalam posisi Ketua DPR. Tanpa kekuasaan di DPP Golkar, posisi Ketua DPR akan rapuh. Apalagi yang berkuasa kubu Ical plus Setya Novanto yang digantikan oleh Akom. Kalangan di DPR pun mulai bersimpati dengan Akom yang telah mencanangkan politik sejuk di DPR – artinya sebagai Ketua DPR menjauhi politik gaduh tak berguna ala Fahri Hamzah dan Fadli Zon. Untuk semua pencanangan itu Akom memerlukan posisi kuat di DPP atau di Golkar. Salah satunya ya menjadi Ketua Umum Golkar.

Di kalangan eksternal, Jusuf Kalla tengah memersiapkan amunisia untuk mendukung berbagai calon asal bukan (1) Aziz Syamsuddin, (2) Nurdin Halid, (3) Setya Novanto sebagai Ketum Golkar. Arahan the Operator mengarahkan pada kecenderungan Akom menjadi Ketua Umum Golkar.

Eksternal di luar Golkar pun menyadari posisi Setya Novanto yang sangat kuat secara kekuangan. Kekuatan cukungan ini dibutuhkan Setya Novanto dari belitan hukum kasus yang dihadapi yang jika tak ditangani dengan posisi tawar politik akan membuat dirinya masuk bui dalam kasus Papa Minta Saham.

Untuk itu eksternal Golkar waspada dan berusaha menyingkirkan peran Setya Novanto di Golkar. Pun dipahami bahwa Setya Novanto tentu mengincar posisi Ketum Golkar yang bisa memengaruhi (1) posisi Ketua DPR yang kini dipegang oleh Akom, dan (2) membuat posisi tawar dengan Presiden Jokowi dalam kasus Papa Minta Saham.

Nah, kini Golkar terpecah menjadi tiga faksi dalam pemilihan Ketua Umum Golkar (1) pendukung Ical, Azis Syamsuddin, Setya Novanto, Nurdin Halid (2) Ade Komaruddin, Bambang Soesatyo, Agung Laksono, (3) faksi netral yang didukung kekuatan the Operators yakni asal bukan Setya Novanto dan Aziz Syamsuddin.

Dengan kekuatan seperti itu, yang akan menentukan keterpilihan Ketum Golkar adalah (1) kekuatan lobby dan uang yang sangat  besar, (2) keinginan Jusuf Kalla dan the Operators yang berpedoman asal bukan Setya Novanto. Asal bukan Setya Novanto ini penting untuk mencegah politik gaduh di DPR karena pentingnya posisi Ketum Golkar. Hal ini dipahami oleh semua kubu di Golkar dan eksternal Golkar. 

Pun kemenangan kubu Ical hanya akan memerpanjang mimpi Ical yang menginginkan kekuatan Ketua Dewan Pembina Golkar sekuat masa eyang saya Presiden Soeharto. Aburial Bakrie memimpikan memiliki kekuasaan sepenuh eyang saya Presiden Soeharto dalam memimpin Golkar. Ical memimpikan Ketua Dewan Pembina yang menentukan segalanya seperti zaman Orba eyang saya Presiden Soeharto. Ical tak paham bahwa Ical tidak memiliki kekuatan seperti eyang saya Presiden Soeharto.

Jadi, dapat dipastikan terjadi perang seru di Golkar terkait Ketum Golkar dan Ade Komaruddin dipastikan akan menjadi favorit karena dikehendaki oleh kader Golkar dan juga kalangan eksternal Golkar menginginkannya termasuk the Operators.

Salam bahagia ala saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline