Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Bisikan Maut Jadikan Setya Novanto Ketua Fraksi, Gelorakan Kejagung Usut Pidana

Diperbarui: 18 Desember 2015   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Luhut Pandjaitan, Ical, Idrus Marham I Sumber Tribunnews.com"][/caption]

Bisikan maut internal Golkar yang pecah menempatkan Setya Novanto sebagai Ketua Fraksi setelah lengser dari Ketua DPR. Sikap tak tahu malu ini akibat bisikan maut. Langkah Golkar menempatkan Setya Novanto sebagai Ketua Fraksi memiliki dua tujuan (1) menunjukkan kekuatan Setya Novanto, (2) pamer kekuatan kesiapan Golkar dan Setya Novanto untuk melawan akal sehat. Lalu apa dampaknya selain masih akan ada kisruh di DPR? Di luar itu bisikan maut itu justru menggiring Setya Novanto mendekati jeratan hukum Papa Minta Saham yang disidik oleh Kejaksaan Agung. Mari kita tengok bisikan maut internal Golkar yang menyebabkan Setya Novanto tetap berkuasa di DPR dengan menguasai Fraksi Golkar dengan hati gembira ria riang sentosa bahagia pesta-pora menari ngakak menertawai bisikan maut yang termakan oleh Ical dengan menetapkan Setya Novanto sebagai pengendali Fraksi Golkar di Senayan selamanya senantiasa. 

Internal Golkar yang pecah menghasilkan perpecahan yang luar biasa. Kubu Ical memiliki faksi yang saling berseberangan (1) loyal kepada Ical dan satu lagi (2) loyal pada Jusuf Kalla dan Luhut Pandjaitan. Para loyalis itu pun terpecah menjadi sebagian simpati kepada Agung Laksono. Namun, kepentingan praktis bisnis Ical dan Setya Novanto dengan kekuatan pertemanan dengan mafia migas dan Petral Riza Chalid mengaburkan tujuan Golkar.

Penempatan sebagai Ketua Fraksi Golkar memang didasari oleh kepentingan untuk bertahan dari serangan belitan hukum Papa Minta Saham yang tengah disidik oleh Kejaksaan Agung. Upaya bertahan  dari jeratan hukum dengan masih memggenggam kekuasaan di DPR, ditujukan untuk memberikan signal kekuatan seperti di atas. Kepanikan dan ketakutan rentetan luar biasa oleh gerakan kekuatan untuk menyingkirkan Setya Novanto dan mafia Petral dan migas Reza Chalid atau Muhammad Riza Chalid membuat Golkar kehilangan sense of political strategy.  Penyebabnya adalah kepentingan bisnis. Golkar dan Fraksi Golkar di DPR digunakan sebagai benteng terakhir perlawanan baru Setya Novanto.

Kekuatan jaringan uang kroni bisnis, hukum, politik, dan sosial akibat korupsi berjamaah mafia Petral dan migas Riza Chalid,  dan pembagian ke banyak pihak telah membuat posisi Setya Novanto dijadikan political and legal test case dalam perang antara Presiden Jokowi melawan mafia dan koruptor. Pertaruhan terjadi. Maka Setya Novanto pun tetap dipasang dengan dalih rayuan maut untuk Setya Novanto: bargaining position melawan dan menghadapi Kejaksaan Agung.

Kasus Papa Minta Saham dari segi hukum pidana yang mencatut nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla plus juga dugaan pemufakatan jahat yang dipastikan akan memercepat langkah untuk menggiring Setya Novanto dan Riza Chalid atau Reza Chalid berurusan dengan Gedung Bundar korps Kejaksaan Agung.

Melihat sikap dan posisi kuat Setya Novanto, justru the Operators dengan santai hanya membiarkan (1) pergolakan di Golkar dibiarkan, (2) maneuver bersama KMP, (3) memerkuat perlawanan yang akan merangsek dan berupaya memasukanginkan semua institusi hukum, politik dan sosial. Hasil dari semua counter operation dan wait and see beberapa pekan ke depan akan menentukan langkah Kejaksaan Agung. Terdapat dua pilihan setelah ditemukan dua alat bukti yakni (1) melakukan sidang setelah ditetapkan sebagai tersangka baik bagi Setya Novanto. Dan, sidang in absentia atas Riza Chalid.

Dua alat bukti sudah cukup untuk menetapkan Setya Novanto dan Muhammad Riza Chalid. Maka Riza Chalid kabur. Kaburnya Riza Chalid yang diharapkan akan menghambat persidangan terhadap baik Riza Chalid maupun Setya Novanto. Namun, ada strategi khusus untuk itu yang akan sangat mencengangkan: itu berasal dari perpecahan internal Golkar sendiri.

Jadi, penetapan Setya Novanto sebagai Ketua Fraksi Golkar adalah langkah (1) show of force alias pamer kekuatan, (2) sekaligus political and legal test case dengan Setya Novanto sebagai percobaan dan umpan, yang dihasilkan oleh bisikan maut internal Golkar yang telah pecah. Yang itu akan menyebabkan the Operators membiarkan Kejaksaan Agung dan anasir the Operators lainnya berimprovisasi dalam kasus Papa Minta Saham. Again, target tetap yakni untuk menghancurkan para mafia dan koruptor. And … the political and legal war has just begun with imbalance power struggles among many interest groups in Indonesia, of which the Supreme Operator of the operators of silent operation is in a fullest control. Demikianlah catatan uraian Ki Sabdopanditoratu.

Salam bahagia ala saya.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline