Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

“Silent Operation” Dilakukan, Setya Novanto dan Koalisi Prabowo Melawan

Diperbarui: 21 November 2015   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Setya Novanto dan Fadli Zon I Sumber selasar.com"][/caption]

Perkembangan dramatis terjadi. Setya Novanto tampak di atas angin. Publik dibuat bingung dengan aneka sikap Luhut Pandjaitan, Jusuf Kalla, dan bahkan Presiden Jokowi. Gemes. Sementara di sisi lain, kubu Setya Novanto dengan kemegahannya mengeluarkan berbagai pernyataan yang berbeda-beda pada hari-hari belakangan. Sebenarnya yang tengah terjadi adalah adanya silent operation. Mari kita telaah indikasi adanya silent operation yang melibatkan banyak institusi dengan hati gembira ria senang bahagia suka-cita riang tertawa terbahak menari menyanyi senantiasa selamanya.

Dalam dunia politik (dan intelejen) dikenal silent operation. Terkait kisruh pencatutan nama Presiden Jokowi, JK dan Luhut Pandjaitan, dipastikan Presiden Jokowi tengah melakukan silent operation. Silent operation hanya dilalukan ketika seseorang telah memiliki kekuatan. Otak silent operation terhebat di Indonesia adalah Tan Malaka selain eyang saya Presiden Soeharto.

Eyang saya Presiden Soeharto adalah pelaku silent operation nomor wahid. Eyang saya Presiden Soeharto bisa membungkam lawan politik tanpa secara langsung menyebut dan menyentuh orang atau targetnya: Petrus, Ancol, Hamka, Nasution, HR Dharsono, Haur Koneng, G30S, bahkan Sarwo Edhie Wibowo adalah korban dari silent operation yang luar biasa dari eyang saya Presiden Soeharto. Tanda adanya silent operation justru tampak dari lawan politik yang menjadi target silent operation itu: Setya Novanto dan Fadli Zon kelabakan, sementara Fahri Hamzah mendiam. Diamnya Fahri Hamzah karena posisi Fahri Hamzah yang fragile di depan BIN.

Dari pihak Sudirman Said, Said Didu berkasak-kusuk mendekati KPK. Pernyataan KPK tentang korupsi tidak akan terbatas di Freeport dan melebar ke mana-mana. Itu salah satu tanda adanya silent operation. Salah satu dampak silent operation adalah adanya unexpected victims though the process of execution of the silent operation. Terkadang malah yang terjadi remote victims fall.

Indikasi adanya silent operation itu adalah terdapat upaya melakukan pemancingan agar lawan mengeluarkan seluruh kekuatan. Maka tampak sekali beberapa hari ini berbagai jebakan termakan. Setya Novanto menampik rekaman – dengan upaya untuk memerpanjang waktu verifikasi rekaman suara. Keterangan berubah-ubah disampaikan menanggapi perkembangan silent operation – yang kadang sulit dibedakan antara kebenaran dan fenomena yang dibangun dalam silent operation.

Tak hanya Setya Novanto, sumber kekuatan lain yakni Aburizal Bakrie pun, berdasarkan informasi dan data kontra silent operation mereka sendiri, akhirnya membela mati-matian. Tak ketinggalan koalisi Prabowo – berdasarkan sepotong keterangan orang terkuat di Indonesia – mendukung sepenuhnya Setya Novanto.

Fadli Zon pun semerta melakukan berbagai klarifikasi. Merasa mendapatkan informasi sepak terjang silent operation yang bergerak di berbagai lembaga – KPK, BIN, Polri dan TNI – Fadli Zon pun melakukan serangan terhadap Maroef Sjamsuddin – Presiden Direktur PT Freeport Indonesia. Tampaknya serangan ini akan membentur batu dan akan justru menjadi fishing ground bagi para operator silent operation.

Kini, silent operation pun dilakukan oleh kedua belah pihak yang sama-sama memiliki keuatan uang dan koneksi yang luar biasa. Presiden Jokowi dipastikan tidak akan tinggal diam dan secara strategis berkolaborasi dengan kekuatan yang mendukungnya. Silent operation untuk memenangkan pertarungan dengan Setya Novanto membutuhkan strategi dan sumber daya yang luar biasa mengingat manusia terkuat dunia akhirat di Indonesia Muhammad Riza atau Reza Chalid berada di kubu kekuatan Setya Novanto.

Maka, pertarungan adu kekuatan dengan data, baik data benar, palsu, dipalsukan, dan data rekayasa sebagai modal sedang berlangsung sengit. Adu kekuatan dalam memenangkan silent operation, dan kontra silent operation, baik dari pihak Sudirman Said, Luhut Pandjaitan, JK, dan tentu Setya Novanto dan Muhammad Reza atau Riza Chalid.

Oleh karena itu, menanggapi berbagai pernyataan yang berwarna-warni baik dari Presiden Jokowi, Jenderal Luhut Pandjaitan, Wapres Jusuf Kalla, Sudirman Said, publik tak perlu bingung. Juga menanggapi pernyataan Setya Novanto yang berubah-ubah dan juga pembelaan all-out Fadli Zon dan orang-orang Golkar, publik tak perlu bingung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline