Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Anak Abu Janji Tak Pukul Kakak, Abu yang Sabar

Diperbarui: 23 Agustus 2015   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="No hands I Sumber www.viralthread.com "][/caption]

Ini kisah humanisme anak Abu yang harus menjadi bacaan bagi anak-anak, remaja dan orang tua. Kisah anak Abu yang pintar dan ganteng begitu mengoyak nurani. Anak-anak perlu inspirasi dan kisah kehidupan yang humanis agar perilaku mereka tidak beringas dan brangasan. Hilangnya mata pelajaran budi pekerti dan pendidikan moral Pancasila di sekolah dasar sampai menengah membuat anak-anak kehilangan kepribadian yang adiluhung. Intelejensia dibangun dan ditingkatkan, namun moral dan budi pekerti sirna dan tak terpikirkan oleh anak-anak kita, juga anak Abu. Mari kita tengok pentingnya anak pintar dalam kisah Abu yang sabar dengan hati jauh dari gembira ria senang sentosa riang ria bahagia suka-cita pesta-pora suka-suka selamanya senantiasa.

Anak Abu sedang berlatih menulis kembali. Dengan penuh kesulitan anak Abu yang baru kelas 4 SD itu meneteskan air mata. Matanya menerawang ke pengalamannya dan kejadian yang menimpanya. Tetesan air mata membasahi pipinya. Tulisan anak Abu sampai saat ini belum bisa dibaca.

Anak Abu sangat kesulitan menulis. Faktor kesulitan ini tak terbayangkan sebelumnya. Anak Abu tak pernah memikirkan bahwa hal ini akan dialami. Abu dan Mama Abu dengan sabar membimbing anak Abu untuk berlatih menulis.

Namun, lagi-lagi anak Abu menerawang ingat kebiasaannya tiga bulan lalu bermain game online. Keindahan dan kesenangan bermain game menjadi hal yang tak dapat diganggu. Itu bayangan masa lalu anak Abu yang kini susah dilakukan. Terbatas.

Mama Abu sering menangis setelah sholat dan berdoa buat anak Abu.

Game online telah membentuk wataknya. Bahwa anak Abu memang pintar. Berkat gadget maka yang dilakukan oleh anak Abu sebagian besar adalah bermain game online. Game online telah menjadi kebutuhan anak Abu. Setiap hari jatah anak Abu bermain game adalah 2 jam. Namun, karena kecerdasannya, jatah dua jam dianggap satu sesi.

Anak Abu bisa bermain sampai 2 jam kali 3 kali. Waktunya begitu banyak tersita. Meskipun tanpa belajar anak Abu memang cerdas. Hanya dengan mendengarkan guru anak Abu cukup. Tak perlu belajar di rumah. Lama kelamaan, sikap anak Abu yang dulunya manis dan lembut berubah.

Game online dan tidak adanya pelajaran budi pekerti membuat anak Abu kasar. Sering kali anak Abu marah jika kakak perempuannya yang sabar dan cantik menegurnya ketika anak Abu bermain game.

“Ngapain sana!” teriak anak Abu keras dan kasar.

“Plak! Plak!” Pukulan dilayangkan oleh anak Abu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline