Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Irfan Bachdim, OVJ, Tukul dan Tingkat Sensasi Humor Kompasiana(e)rs

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Beberapa hari lalu Irfan Bachdim muncul di akun Kompasiana dan menuliskan pesan. Saking kagetnya saya saya sampai menuliskan tulisan tentangnya. Dalam tulisan itu yang muncul adalah kesan keculunan dan kebodohan yang dikunjungi Irfan Bachdim. Pun di dalam kutipan pesan Irfan Bachdim terdapat keanehan yakni bahasa Irfan Bachdim yang lancar. Juga beberapa pesan yang menohok dan jelas yakni tentang profesionalisme sepakbola dan nasionalisme.

Humor adalah bagian yang indah dari kehidupan. Tiga hari lalu saya melakukan test tentang berapa tinggi sense of humor Kompasiana dan Kompasianers sekaligus! Efektifitas pesan terkadang disampaikan lebih pas dengan humor tingkat dewa. Olok-olok ke diri yang sangat satire misalnya dalam kasus Mr. Bean, atau pesan yang dibungkus dalam canda-candaan ringan ala Bill Cosby mampu menyihir jutaan penonton. Mati ketawa cara Russia pada zaman perang dingin menjadi santapan asyik untuk dinikmati.

Sebenarnya tulisan terdahulu tentang Irfan Bachdim yang saya tuliskan saya maksudkan sebagai bahan perenungan dalam nada candaan.

Pertama, PSSI tidak beres dalam mengurus pembayaran gaji para pemain ISL dan IPL yang tertunggak. Timnas PSSI tidak sedisiplin Thailand.

Kedua, menunjukkan fakta bahwa Irfan Bachdim yang sampai saat ini belum mampu dengan cepat berbicara bahasa Indonesia, namun dalam dialog justru menggunakan bahasa khas Jakarta yang diwakili oleh Irfan bin Bachdim.

Ketiga, menyampaikan pesan tentang sudah muaknya pecinta sepakbola menyampaikan kritik kepada para mafia PSSI-KPSI dan perbaikan Timnas - sama dengan keengganan orang untuk menyampaikan kritik kepada PKS yang Presidennya, Luthfi Hasan Ishaaq menjadi koruptor Sapi - yang justru saling dilawan oleh masing-masing pendukung. Padahal niatannya untuk memerbaiki dan sumbang saran untuk kebaikan sepakbola Indonesia secara menyeluruh.

Keempat, mengukur seberapa tinggi sensasi humor Kompasiana dan Kompasianers sebelum memutuskan untuk masuk ke kanal Humor di masa depan.

Kesimpulannya, tulisan tentang Irfan Bachdim cukup efektif untuk melakukan testing the water bagi Kompasiana dan Kompasianers tentang tingkat sense of humor - sebelum memutuskan untuk memasuki kanal Humor; sama dengan ketika akan memasuki kanal Politik juga dilakukan test. Dan, kanal Politik dan Bola justru diisi oleh banyak sekali orang-orang cerdas tingkat dewa dengan tulisan yang sangat bervariasi. Kanal Fiksiana ya begitulah - kecuali puisi saya. Lol!

OVJ belum sekalipun kunonton selama hidup karena tak punya televisi. Satire model Tukul menohok diri sendiri sudah cukup basi dan tidak enak ditonton lagi. Humor paling pas ya TV Oneng melawan MNC Group..hahahhahha!

Salam bahagia ala saya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline