Yth. Monyet. Wahai Monyet yang cerdas. Kami menulis surat ini karena menurut kami, pemimpin dan penguasa berwujud manusia kurang banyak memberikan perhatian dan kurang mendengarkan rintihan kami. Kami menulis surat ini untuk kamu, Monyet, karena hanya engkaulah yang mau mendengarkan kebenaran akan derita kami bangsa Indonesia, Monyet. Monyet yang baik hati dan tidak sombong, kami hanya akan mengadu kepadamu, dan menyoroti tiga hal saja tentang bangsa ini. Yakni tentang bencana alam, korupsi dan pemilu yang akan digelar segera pada April 2014.
Monyet yang bijaksana, kami berharap kepadamu karena kami rasa engkau mampu melihat dengan jernih - bukan seperti para pemimpin kami yang korup. Kamu, Monyet, mau menuruti kebenaran dan aturan yang ditetapkan - misalnya kamu disuruh naik sepeda ya naik sepeda, disuruh menirukan gerakan menari, kamu menari, disuruh menyanyi kamu menyanyi meskipun tak keluar suara - dan banyak pemimpin kami tidak menggunakan kebenaran sebagai dasar pemikiran mereka. Wahai Monyet,kami bahkan sinyalir kamu memiliki pemahaman yang lebih hebat tentang kami bangsa manusia dibandingkan dengan bangsa kami. Tentang berbagai masalah dalam bangsa kami, wahai Monyet, susah sekali terurai.
Pemilu. Monyet yang tinggi besar, pertama tentang pemilu 2014. Kami terheran-heran akan gempita para menteri dan anggota DPR/D, walikota, bupati, gubernur yang sibuk berkampanye Pileg 2014. Sebagian lain malah sibuk nyapres di tengah gelombang kesengsaraan dan bencana. Mereka hanya peduli kekuasaan dan tak peduli rakyat, wahai Monyet.
Monyet yang disukai anak-anak dan ibu-ibu. Juga dengan kemiskinan kami yang 29 juta orang masih sangat susah makan. Malahan DPR ingin membantu uang hampir satu triliun untuk membantu saksi parpol. Gimana tuh Monyet, menurut kamu, apakah layak partai mendapat bantuan uang. Bahkan banyak daerah juga memberi uang bantuan partai seperti di Cilegon. Partai dibantu 669,5 juta. Bukankah sebaiknya uang untuk membantu orang miskin di Indonesia dan di Cilegon daripada disumbangkan kepada parpol yang korup tersebut.
Bencana. Monyet yang gagah perkasa, kedua tentang bencana, kami memohon kepadamu, Monyet, agar peduli terhadap nasib kami. Kami telah lelah mengadu kepada lurah, kepada menteri, kepada gubernur, kepada bupati, kepada presiden namun kami tetap saja ada di pengungsiaan baik banjir, tanah longsor, dan letusan Sinabung. Banyak warga manusia rasa kurang peduli kepada nasib kami. Maka kepadamulah kami bersandar wahai Monyet.
Monyet yang terhormat, untuk bencana Sinabung, sudilah kiranya engkau mengetuk hati para petinggi sehingga kami cepat direlokasi ke tempat permanen. Kami tak butuh analisis dan aneka pertimbangan panjang dan debat tentang tanggap darurat atau apapun juga. Yang kami butuhkan adalah tanah pertanian, tempat tinggal baru dan sebagainya. Kami ingin rumah dan pekarangan kami serta kebun baru agar kami bisa bercocok tanam di Tanah Karo, di sekitaran bencana Gunung Sinabung. Ketahuilah bahwa tanah pertanian kami telah berubah menjadi padang pasir tandus.
Monyet yang baik hati dan suka musik dan puisi. Tolong sampaikan kepada manusia, dengan bahasamu tentang bencana banjir. Sebagai contoh, untuk korban banjir dan tanah longsor kami ingin sungai, danau, situ dibenerin dan direvitalisasi. Gusur semua villa milik para cukong, pejabat tinggi di Puncak untuk Jakarta sana karena daerah serapan semakin berkurang. Bongkar rumah-rumah di bantaran kali Ciliwung dan buatkan sodetan Ciliwung ke Sungai Cisadane agar air lancer mengalir. Remajakan dan bangun situ. Lakukan moratorium bangun mall di Jakarta karena tanah resapan tinggal 9%. Sampai kiamat Jakarta akan tetap banjir jika tak ada pembenahan komprehensif.
Korupsi. Untuk satu hal ini Monyet yang suka galau juga yang monyetsiawi, korupsi di SKK Migas telah melibatkan DPR - yang akan menjadi pintu masuk membongkar sejak zaman Raden Priyono ketika masih di BP Migas yakni Sutan Bhatoegana. Berikan dan doakan kekuatan wahai Monyet agar Pak Sutan Bhatoegana secara ksatria ikut membongkar korupsi di Migas tentang jatah DPR yang US $ 1 Juta. Sehingga banyak para pejabat akan terseret kasus ini.
Wahai Monyet, demikian pula berdoalah untuk KPK agar Airin Rachmi Diany segera bergabung dengan duet Neneng-Nazaruddin dan duet Tulek Wawan-Airin menjadi pasangan yang dibui selama 18 tahun minimal. Karena mereka adalah manusia serakah seperti koruptor dari PKS ustadzah Luthfi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah. Juga seperti Zulkarnain Djabar yang mengorupsi Al Qur'an, wahai Monyet. Wahai Monyet yang ganteng, segila-gilanya kamu Monyet, kamu pasti tak akan mengorupsi Al Qur'an. Paling kalau kamu mengorupsi pisang doang ya...hehhehe.
Lalu, tak lupa Ratu Atut dedengkot Dinasti Korup Banten juga segera disita kekayaannya yang sekitar Rp 300 Miliar dan uangnya dibagikan kepada rakyat Banten. Kamu, Monyet aku juga mau kasih pisang kalau mendorong KPK untuk merampas hartanya. Untuk Akil Mochtar, wahai Monyet, bisiki agar Pilkada Jawa Timur diberikan kepada Khofifah Indah Parawangsa yang seharusnya menang Pilkada Jatim ya, Monyet. Pun nanti jangan khawatir Monyet, Akil Mochtar akan dipotong jari-jarinya sebagai kenang-kenangan karena dia korupsi - sesuai dengan janjinya. Nanti engkau wahai Monyet yang menggigit jari Akil Mochtar sampai putus...
Wahai Monyet, demikianlah harapan dan permintaan kami kepadamu wahai Monyet. Semoga pohon pisang semakin lebat dan kamu bisa makan pisang dengan kenyang. Itu doa balasan kami bangsa manusia untukmu sebagai sesama makhluk tuhan di muka Bumi.