Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Kisah Indah Wanita Jelita (12)

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku baru pulang dari tempatku berjualan di kantin sebuah sekolah. Kakiku agak pegal setelah sekitar 4 jam bekerja. Pun aku harus mengendarai kendaraan sekitar dua jam. Macet. Aku naikkan kakiku di tembok tanpa melepaskan sepatu yang aku kenakan. Rok yang aku kenakan tersingkap ke bawah, ke arah pangkal paha.

Sejak kehadiran Niko dalam hidupku, kini aku lebih memahami arti tubuhku. Aku menghargai tubuhku.

"Sri...tubuhmu indah. Mukamu memiliki tekstur indah sebagai perempuan cantik. Bibirmu yang indah menjadi daya tarik. Tahi lalat sangat kecil halus berupa titik di bibir atas - atau bekas jerawat kecil sekali, aku tak tahu - membuat kamu tampak seksi!" kata Niko tentang aku.

"Hmmmm..." kataku meresapi kata-katanya.

Aku merasa bahagia mendengar kata-katanya yang menghargai aku. Selama menikah aku tak pernah mendapatkan penghargaan dan pujian dari suamiku. Yang ada hanya cacian dan kekurangan yang ada pada diriku. Aku merasakan jiwaku telah tumbuh dan berkembang.

"Kamu sebagai perempuan harus tersenyum di dalam jiwamu, agar air mukamu tampak indah!" katanya melanjutkan, "Nah, ya tersenyum dalam jiiwa seperti itu membuat kamu indah mukanya!"

"Tubuhmu adalah rumah bagi jiwa. Tubuhmu adalah sumber keindahan dan kenikmatan. Namun, uniknya kenikmatan itu bisa didapatkan dengan dua cara: menikmati diri dalam jiwa dan menikmati diri dalam jiwa dan raga dengan bantuan orang lain. Bantuan dari orang lain untuk menikmati diri harus berlangsung dalam keindahan jiwa dalam dan atas nama cinta!" jelas Niko.

"Penikmatan tubuh tanpa cinta menghasilkan derita!" timpalku. Lanjutku: "Contohnya, aku tak pernah merasakan kenikmatan berhubungan dengan suami aku. Aku selalu merasa tersiksa ketika suamiku memaksaku untuk melayaninya. Bahkan aku pernah membenci anak-anak yang aku lahirkan. Saking bencinya aku dengan suamiku, kedua anak-anakku sama sekali tak mirip denganku. Tak ada sedikitpun kemiripan anak-anakku denganku. Kedua anak-anakku, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, menjiplak suamiku!"

Kakiku yang mulus aku turunkan dari tembok karena aku dengar suamiku akan masuk ke kamarku. Aku menghindar darinya dan keluar kamar masuk ke kamar sebelah. Aku takut Raden Panji, suamiku masuk ke kamar dan melihat keindahan kakiku. Kini aku semakin protektif terhadap tubuhku. Aku tahu tubuh ini untuk Niko. Lelaki yang menghargai aku. Lama tak mendapat sejak pagi tadi, aku tanya kabarnya lewat pesan di BBM.

"Hai, kamu lagi di mana?" tanyaku lewat BBM.

"Aku ada di Hotel M Senayan!" sahut Niko.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline