Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Kasus Century, Hutang Produktif, Hutang Mematikan, dan Budaya Korup

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Urusan hutang menjadi topik menarik. Soal hutang tidak begitu penting dalam kehidupan. Asal bisa mengelola dan tahu buat apa hutang. It is not a big deal at all. Hutang produktif itu misalnya hutang yang dilakukan oleh BLBI. Artinya rakyat lewat pajak memberi gelontoran 1,000 triliun rupiah untuk bank-bank yang akan mati. Contoh lain hutang adalah Bank Century diberi suntikan alias hutang agar bisa memenuhi kebutuhannya. Bank Century mendapatkan uang dari pajak rakyat yang dibayar.

Manusia hobi hutang. Hutang bayar mobil, bayar rumah, bayar kartu kredit. Yang menjadi masalah kalau tidak punya penghasilan cukup. Misalnya seorang karyawan dengan gaji Rp 10 juta. Buat kredit mobil 4 juta, cicilan rumah 2 juta, makan 3 juta. Sisa 1 juta. Maka miskinlah orang yang seperti itu.

Hutang yang produktif dilakukan oleh para pengusaha untuk bisnisnya. Bank-bank BUMN itu menjadi incaran para mafia. Kongkalikong antara pengusaha dan pengelola bank plat merah.Di sanalah uang beredar dan KKN tetap berlangung marak. Penggelembungan asset sebagai jaminan paling gampang dilakukan di bank BUMN. Dengan fee 5-7% maka akan dilakukan mark-up nilai agunan. Beres! Itu yang berlaku dalam hal hutang di bank BUMN. Yang mau nyogok model begitu ya orang semacam Eddy Tansil, Robert Tantular, Nazaruddin, dan sebagainya.

Individu yang berhutang secara sembrono dan konsumtif, bukan hutang untuk tujuan positif jelas akan menjerumuskan diri sendiri. Jangankan orang, negara saja sepert Yunani dan banyak negara Eropa mengalami deficit. Lebih banyak pengekuaran daripada pendapatan. Yunani sedang menuju kematian sebagai bangsa dan negara. Individu juga akan mengalami yang sama jika tak mampu meredam sifat konsumerisme yang tinggi.

Keserakahan dan upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumerisme telah menyebabkan ‘permainan hutang-piutang di bank BUMN'. Pengucuran kredit kepada pengusaha besar selalu dilakukan dengan tujuan merampok uang negara lewat bank-bank BUMN. Korupsi menjadi muaranya.

Soal hutang yang produktif adalah hutang Jamsostek kepada para pekerja. Para pekerja memberikan uangnya dikelola oleh PT Jamsostek. Itu hutang yang produktif, meski diselewengkan pula oleh direktur PT Jamsostek pula. Jadi soal hutang itu Cuma soal bagaimana memanfaatkan uangnya. Bukan persoalan hutang dilakukan jika tahu arti berhutang dan apakah dengan berhutang dan hutang itu sendiri memiliki nilai positif dan produktif.

Jika Anda nilai hutang itu tidak positif, bahkan tidak produktif, berhentilah berhutang. Hutang bisa membuat orang kaya, dan juga bisa membuat orang miskin. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline