Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Pahlawan Bernama Nurani, Franola, dan Susilo Bambang Yudhoyono

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tak disangka Nurani mengalahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Nurani adalah pahlawan dalam bentuk apapun yang dia suka. Nurani juga bisa berbentuk siapapun dia suka. Maka Nurani menjadi begitu perkasa di manapun dia berada. Nurani muncul kapanpun juga. Nurani selalu memenangkan setiap pertimbangan apapun juga.

Maka Franola, Hengky, Corby para terpidana narkoba itu mendekati Nurani agar mereka bisa mendapatkan grasi dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Nurani diajak berbicara. Maka Nurani pun mendekati Menteri yang dekat dengan Presiden. Presiden SBY yang terkenal melankolis, ketika didekati oleh Nurani, dengan mata bercucuran, menandatangani grasi.

Maka serta-merta Nurani berperan membebaskan Franola dari barisan sepasukan penembak mati. SBY lupa bahwa Nurani yang berbicara tadi bukanlah nurani yang sebenarnya. Ingat bahwa Iblis bisa mewujud apapun juga. Maka Iblis pun berubah menjadi Malaikat dan Nurani. Maka Iblis yang mewujud menjadi Nurani itu hanya akan melemahkan nurani yang sebenarnya.

Dalam hukum keabadian dikenal bahwa hanya sesuatu yang sejenis dan sama akan bisa bersenyawa. Satu cahaya lampu akan menguatkan satuu cahaya lampu lainnya. Maka ketika unsur yang bukan cahaya hadir ingin bersenyawa dengan cahaya yang lain, maka yang terjadi hanyalah sebuah cahaya yang diterangi. Tak akan muncul senyawa baru yang menguatkan.

Maka Nurani yang mengaku sebagai nurani belum tentu nurani. Nurani yang bertolak belakang dengan nurani bukanlah nurani. Maka ketika keputusan diambil berdasarkan nurani, pertanyaannya adalah nurani benar atau nurani jelmaan Iblis? Ciri tindakan Iblis adalah mengatasnamakan nurani - untuk menyentuh si melankolis Susilo BambangYudhoyono - atau mengatasnamakan apapun juga.

Nurani yang bukan nurani itu akan menjadikan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai korban persenyawaan nurani sesuai dengan persenyawaan yang disukai. Celakanya, nurani yang didengarkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono bukanlah nurani yang sebenarnya, melainkan nafsu, keserakahan dan suara mafia yang menjelma dan mengatasnamakan nurani.

Maka di hari pahlawan ini, para pahlawan yang telah meninggal, Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo, Bung Syahrir, Bung Tan Malaka - bukan Harry Tanu lho, Cut Nyak Dhien, Monginsidi, Pattimura, Kartini adalah para pemilik Nurani yang sebenarnya. Para pemilik nurani itu benar-benar memahami nurani yang sebenarnya. Mereka berkorban dan bertindak tanpa cela atas nama nurani. Tak ada kesalahan apapun bagi para pahlawan pemilik nurani.

Tindakan, perbuatan, sikap dan keputusan yang berdasarkan nurani yang sebenarnya tak akan jauh dari kebenaran. Maka ketika nurani palsu yang telah disusupi dan menjelma menjadi Menteri atau Ketua MA berbicara, yang berbicara bukanlah nurani yang sebenarnya. Pertanyaannya, kenapa nurani yang palsu itu, sebagai perwujudan iblis, bisa menyatu dan bersenyawa dengan nurani Presiden SBY? Kerena sama. Hanya nurani yang sejenis akan bisa bersenyawa, bisa menyatu dengan nurani lainnya.

Maka, pada hari Pahlawan, direnungkan alasan para pahlawan berani berkorban. Para pahlawan berjuang di semua bidang kehidupan. Siapapun yang memiliki nurani, maka dia berkesempatan menjadi pahlawan di liingkungannya. Pahlawan di bidang apapun juga. Bahkan berdasarkan nurani dan cinta: kasih siapapun adalah pahlawan bagi dirinya. Maka Franola pun jika punya nurani sebenarnya tidak akan menjadi pengelola narkoba di dari dalam penjara. Pertanyaan berikutnya yang mengusik nurani, bagaimana bisa Franola mengendalikan bisnis dari dalam penjara tanpa kerjasama dengan para nurani palsu. Maka semua orang dalam kapasitasnya sendiri adalah pahlawan, namun hanya pahlawan yang memiliki nurani yang sama dengan nurani umum dan benar akan menjadi pahlawan. Dan mereka yang berani menggabungkan energi nurani yang besar dan banyak, dan menjadi sosok yang berani berkorban berdasarkan nurani yang besar, adalah sebenar-benarnya pahlawan.

Dengan berserah pada alam dan nurani yang benar, maka nurani palsu dalam bentuk ucapan dan bisikan Menteri sekalipun akan tetap dilihat sebagai Iblis. Maka dalam kasus Franola, bukan naluri yang berbicara dengan nurani, namun Iblis mengelabuhi nurani Susilo Bambang Yudhoyono. Lalu kenapa hukum keabadian tidak berlaku dan bekerja dalam diri SBY? Atau justru bekerjanya seperti nurani Menteri tadi. Atau nuraninya tidak bekerja sehingga poor judgement berlaku dan bekerja?

Maka, belajarlah secara benar dalam laku pikir dan rasa, sehingga nurani terasah menjadi nurani yang mendekati ilahi, bukan malah nurani tertutupi oleh nafsu dan ditunggangi oleh iblis yang bekerja dalam diri kita. Setiap diri kita adalah pahlawan jika nurani berbicara. Beranikah kita mengenali nurani yang sebenarnya dan kita semua menjadi pahlawan untuk diri kita?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline