Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Aburizal Bakrie, La Nyalla, KPSI, Bambang Soesatyo: Penyelesaian Kisruh Sepak Bola

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Daripada ditutupi, namanya niatan dan kenekatan seorang Bakrie harus diungkap. Elektabilitas Bakrie juga tak lebih baik daripada Jusuf Kalla. Niatan Bakrie yang rakus - rakus itu boleh menurut para perakus dan manusia bercita-cita hidup abadi lupa mau mati - dengan memaksa jadi presiden jelas tujuannya agar gurita bisnisnya menjulang sampai langit tingkat tujuh.

Semua lini dan taktik disodorkan kepada AB, karena ambisi dan kegatelan pengin jadi presiden, setiap usulan dari siapa pun yang ‘dirasakan' masuk akal disetujui. Salah satunya adalah taktik menarik kaum muda calon pemilih (pecinta sepak bola) dengan menguasai klub-klub sepakbola seantero Indonesia. Dengan anak-anak muda, AB berharap mereka menjadi pendukung klub dan pada akhirnya jika para kaum muda tahu siapa di balik sebuah klub, maka secara membabi buta anak-anak muda itu akan memilih Golkar dan juga AB sebagai presiden. Itu skenarionya!

Namun, Aburizal Bakrie lupa bahwa dalam politik ada yang disebut (1) catatan alias track record yang merujuk pada rekam jejak hitam atau putih atau abu-abu yang dicatat oleh rakyat, (2) siapa lu artinya siapa diri si calon presiden itu, khusus di Indonesia kalau mau jadi presiden harus (a) orang beragama Islam (b) Jawa (c) jujur dan tulus, (3) motivasi keinginan menjadi presiden yang dilihat oleh rakyat, (4) siapa teman-teman lu artinya siapa yang menjadi pendukung dan teman-teman si calon presiden.

Mari kita telaah. (1) track record Aburizal Bakrie memang mentereng, mantan orang terkaya Indonesia, penguasa Bumi Resources, penguasa tambang batubara, penguasa hutan, Asian Agri, perusahaannya dituduh menggelapkan pajak, bersentuhan dengan Gayus Tambunan, kasus Lumpur Lapindo.

(2) AB harus bertanya siapa gue hingga ingin jadi presiden, bukan orang Jawa secara jujur akan menghempaskan AB, kecuali semua calon berasal dari non-Jawa. Jawa pun harus bersyarat. Seorang Jawa model culas jelas tak laku. Maka model jujur dan tulus baru bisa. Jika perlu seperti SBY dulu mencitrakan dan mengelabuhi rakyat yang hasilnya nol besar. Karakter Jusuf Kalla sesungguhnya karakter Jawa asli, makanya JK belakangan sebagai tokoh senior semakin tampak ketulusannya mempersembahkan hidupnya untuk bangsa dan Negara.

AB serupa dengan La Nyalla Mattalitti. Makanya cocok dalam mimpi mereka: AB Presiden. La Nyalla Menpora. Berencana mengobrak-abrik Indonesia keduanya; satunya lewat bisnis pribadi dan keluarga yang akan menggurita di balik posisi sebagai Presiden RI dan lewat olahraga sepakbola dan olahraga lainnya akan diarahkan menjadi seperti sepakbola. Jeblog prestasi, perpecahan di seantero olahraga Indonesia.

(3) nah motovasi AB jadi presiden cuma gurita bisnis, sama dengan motivasi La Nyalla cuma periuk nasi. Kedua manusia ini sama-sama mengejar satu piring nasi. Yang satu AB, sepiring nasi penuh intan berlian. Yang satunya sepiring nasi sebenar-benar nasi karena kekurangan - untung ditolong koruptor Nurdin Halid sehingga sepiring nasi itu sudah berubah menjadi sepiring daging busuk. Daging busuk itu yang dikonsumsi setiap hari oleh La Nyalla.

(4) jika AB berteman dengan Bambang Soesatyo sangat tepat. Bambang Soesatyo memiliki kapabilitas dan kecerdasan setingkat Anies Baswedan. Muda cerdas, Islam, Jawa dan bersih. Maka sebenarnya Bambang Soesatyo lebih hebat dari Aburizal Bakrie. Jika Bambang Soesatyo berhati-hati di kemudian hari orang bisa melirik Bambang Soesatyo menjadi menteri dan bahkan presiden. Masalahnya teman AB itu model Nurdin Halid dan La Nyalla. Yah elektabilitas biarpun kaya ya akan jeblok.
Makanya agar AB tetap menjadi presiden dan mendapat dukungan, segera lakukan langkah: (1) perbaiki track record alias rekam jejak dengan menyelesaikan kasus Lapindo.

Segera (2) minta gelar diri sebagai keturunan Kerajaan Jawa seperti saya misalnya dengan membayar di Keraton Mangkunegaran Surakarta agar menjadi Jawa dengan gelar KGRA (Kanjeng Gusti Raden Ajeng) Aburizal Bakrie. Keren deh.

Segera (3) bayar tuh korban Lumpur Lapindo dan juga stop memberi dana dan makanan buat La Nyalla dengan KPSI-nya agar cepet selesai urusan kisruh PSSI dan KGRA Aburizal Bakrie bisa menjadi presiden.

Lalu (4) lupakan saja badut bernama La Nyalla Mattalitti. Rekrut saja Bambang Soesatyo sebagai pengganti La Nyalla. Mending menyuruh Bambang Soesatyo daripada dengerin Nurdin Halid dan La Nyalla Mattalitti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline