Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Dimana, Kemana, Dibawah, Diatas: Kesalahan (Kecil) Berbahasa Indonesia yang Memalukan

Diperbarui: 31 Agustus 2020   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: Freepik | FREEPIK

Setiap kali saya menyeleksi para calon karyawan, saya meminta mereka membuat konsep surat. Tujuan saya sangat sederhana namun menjadi penentu. Dari tulisannya, seseorang akan terlihat bagaimana sesungguhnya kekuatan dan kelemahan kepribadiannya.

Ketelitian berbahasa bisa menjadi salah satu petunjuk mengenai pribadi seseorang yang berkaitan dengan logika, intelektualitas, dan kemampuan umum lainnya. Hal ini terbukti benar karena kemampuan berbahasa berkaitan dengan logika.

Saya sengaja meminta calon karyawan menulis dalam bahasa Indonesia. Selain logika, saya akan menemukan ketelitian dan kecermatan berbahasa calon karyawan. Dari sana saya lalu menarik benang merahnya berupa pertanyaan-pertanyaan lanjutan untuk menentukan tingkat kemampuan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.

Dalam bahasa Indonesia kata depan (preposisi) yang menunjukkan tempat atau posisi seperti di, ke sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) cara penulisannya harus dipisah.

Jadilah di atas, di bawah, di mana-mana, di mana, di dalam, di Jakarta menjadi contoh penulisan frasa tempat yang benar. Namun pada kenyataannya masih sangat banyak yang tak mampu membedakan ‘di' sebagai pembentuk kata kerja pasif dan ‘di' sebagai kata depan.

Sebenarnya cara penulisannya sudah jelas, ‘di' sebagai pembentuk kata kerja pasif cara penulisannya digandengkan atau serangkai dengan kata kerjanya. Contoh, tempe dimakan, truk digandengkan, Baskora dipenjarakan, harta disita, hukum diremehkan, Amir dipermalukan dan sebagainya. Sedangkan ‘di' sebagai kata depan, penulisannya dipisahkan. Contoh, di bawah, di atas, di mana, di sini, di situ, di sungai, di kuburan, di dalam, di luar, di Jakarta sebagaimana dicontohkan di atas.

Sama halnya dengan kata depan ‘di' untuk kata depan yang menunjukkan pergerakan ‘ke' pun harus ditulis secara terpisah. Misalnya ke mana, ke sana, ke sini, ke situ, ke bawah, ke atas, ke luar (bedakan dengan kata kerja keluar), ke dalam, ke dasar, dan seterusnya.

Saya hampir selalu menggagalkan perekrutan calon karyawan yang menuliskan frasa seperti ini dalam suratnya; ‘Jika ada pertanyaan mengenai pesanan diatas, silakan ...'. Frasa diatas seharusnya dituliskan di atas. Bagi suatu perusahaan tertentu kesalahan berbahasa bisa menunjukkan kesan dan gambaran negatif tentang perusahaan.

Sebelum ada komputer, banyak perusahaan asing sangat mencermati kemampuan ‘spelling' alias ejaan atau cara penulisan kata bahasa Inggris para karyawan. Namun dengan adanya komputer, kesalahan dalam menuliskan ejaan hampir tidak pernah terjadi lagi.

Karena bahasa Indonesia belum memiliki program pembenar ejaan kata yang salah di komputer seperti halnya bahasa Inggris, maka kesalahan mendasar dalam menuliskan kata depan di dan ke terus saja terjadi. Kerancuan penulisan dengan di sebagai pembentuk kata kerja pasif dituding sebagai penyebabnya. Justru di sinilah kita dituntut untuk mencermati dan menghindari kesalahan mendasar seperti ini.

Kesalahan kecil yang dianggap tidak penting menunjukkan kepribadian seseorang, termasuk dalam hal ini para calon karyawan yang saya seleksi. Untuk itu, saya jarang sekali salah memilih karyawan berdasarkan kemampuan logika dan kecermatan berbahasa sesuai bidang tertentu. Karena sesungguhnya bahasa menunjukkan siapa diri kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline