Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Cara Mengelola Sampah Cermin Kepribadian Bangsa

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1340603589159017496

[caption id="attachment_196945" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi Sampah (KOMPAS/ M SUPRIHADI)"][/caption]

Saya menawarkan banyak kawan asing untuk datang ke Jakarta. Datanglah sebagian memenuhi undangan saya. Kesan terhadap Jakarta beraneka. Tergantung cara pandang dan keinginan mereka bagaimana menikmati Jakarta.

Kesan umum tentang Jakarta adalah kurangnya ruang terbuka hijau dan taman. Sebagaimana layaknya kota besar dunia, taman menjadi elemen penting bagi kehidupan kota. Taman bukan sekedar tempat pohon ditanam. Taman memiliki fungsi sebagai gambaran ‘seni dan keagungan' dalam menikmati kota bagi warganya. Kota tanpa taman berarti kota tanpa panggung kemanusiaan. Monas dan segelintir taman kota di Jakarta tak sebanding dengan besarnya jumlah penduduk.

Taman sebagai tempat berkumpul dan juga tempat rekreasi umum, umumnya kurang terawat. Salah satunya yang sangat mengganggu bagi banyak orang normal adalah sampah. Sampah berserakan di mana-mana sehabis acara apapun juga. Konser music. Sampah menggunung. Pameran dan rapat umum, sampah bertebaran.

Sampah dianggap sebagai buangan, yang harus dibuang, dan diperlakukan semaunya. Contoh sampah rumah tangga dibuang ke sungai. Sungai dianggap latar belakang, sehingga rumah-rumah membelakangi sungai. Celakanya sungai menjadi tempat buang sampah. Lain di Eropa, sungai-sungai menjadi latar depan. Rumah-rumah dibangun menghadap sungai.

Sampah dianggap kotor. Pola pikir terhadap semua yang dianggap sampah, termasuk sampah dari tubuh, maaf kotoran manusia, tidak diperlakukan sebagaimana mestinya. Jamban dan kamar mandi dan tempat MCK dibuat seadanya. Kotor dan bau. Sama dengan kotorannya. Celakanya MCK atau WC umum rata-rata jorok dan kotor di Indonesia. Sebagian kecil sangat bersih. Misalnya di bebarapa SPBU di Jawa Barat dikelola dengan sangat baik dan bersih. SPBU di Jakarta dan sekitarnya dikelola ala kadarnya dan 90 % kotor dan jorok.

Karena sampah dianggap buangan, maka sampah harus dibuang. Membuangnya ke mana saja, kapan saja. Pengendara mobil buang sampah beeeeer berrr keluar jendela ka jalanan. Penumpang ferry membuang berrrr ke laut. Pelancong membuang sampah di pantai. Kota, pantai, laut, sungai semua adalah tempat sampah besar yang disediakan Tuhan untuk manusia. Betapa baiknya Tuhan. Luar biasa.

Rata-rata kota jorok, meski mendapat Adipura. Kota Bekasi yang bertetangga dengan Jakarta adalah contoh kota terjorok. Bekasi mengelola sampah dengan lalim, jahiliah, dan tidak bertanggung jawab.

Dari cara kita mengelola sampah, akan terlihat kepribadian kita. Jorok? Kotor? Sehingga memengaruhi kepribadian dan tingkah laku kita. Cara kita mengelola sampah memberikan penilaian siapa kita. Jakarta? Masih lebih baik dari Bekasi dan Bandung - kota-kota jorok yang tak mampu mengelola sampah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline