"Bang, bagaimana menyikapi dusta kampanye SBY? Mohon pencerahannya," tanya dan perintah penyabung ayam Bangkok tetangga saya bahagia.
"Loh emang dusta kampanye SBY apa?" tanya saya balik bertanya.
"Lah, dia janji ‘katakan tidak pada korupsi', nah nyatanya partainya tersangkut korupsi," jelas Sabung meyakinkanku.
"Lah, tak ada undang-undangnya dusta pada rakyat saat kampanye," kataku menjelaskan.
"Itulah, Bang. Jadi bagaimana menyikapi para penguasa? Mohon pencerahannya!" mohonnya.
"Baiklah," kataku menjelaskan," sebelum aku jelaskan sikap dan pencerahan soal dusta SBY 2009 saat kampanye presiden, ini aku sampaikan puisi yang berisi tentang puisi berjudul Hati Para Penguasa."
"Wah kalau baca puisi Abang berdiri di atas kandang ayam Bangkok saya sebagai panggung," pintanya.
Maka aku naik ke atas kandang ayam. Berdiri membacakan puisi di depan poster kampanye presiden SBY yang berbunyi , Katakan Ya Pada Korupsi. Sejak kasus korupsi Partai Demokrat, kata ‘Tidak' sudah dihitamkan dengan arang dan diganti kata 'Ya'. Bau kotoran ayam menyengat. Lalu aku bacakan puisi dengan lantang dengan pendengar hanya Sabung.
Hati Para Penguasa
***maka aku jawab pertanyaanmu tentang para penguasa
para penguasa adalah para penjarah kebebasan manusia
kerena mereka mengatur semua demi kuasa mereka
para penguasa adalah pendusta paling pintar berkata-kata
karena tanpa kata dusta penguasa kehilangan esensinya
para penguasa adalah pembunuh anak-anak di jalan raya
karena mereka tak peduli kesejahteraan anak jalanan di mana-mana
para penguasa tidak punya hati pikir dan rasa manusia
karena mereka hanya memikirkan partai dan diri mereka saja
para penguasa adalah pengemis dan peminta-minta kaya
karena rakyat hanyalah objek pembayar pajak saja
para penguasa adalah penipu orang miskin kaum papa
karena para penguasa menipu berjanji kampanye membantu mereka
para penguasa tak ada artinya tanpa rakyat jelata
karena rakyat jelata membayar pajak melayani penguasa
para penguasa adalah manusia paling tak takut dosa
karena mereka merasa uang bisa membeli surga
para penguasa menyumbang bukan dengan uang mereka
karena sumbangan para penguasa uang hasil korupsi uang negara
para penguasa mengunjungi korban bencana cuma tipu daya
karena kunjungan mereka agar nanti dipilih dalam pemilu pilkada
para penguasa menyumbang rakyat dalam bencana adalah dusta
karena sesungguhnya yang mereka berikan uang rakyat pajak juga
para penguasa tidak memikirkan ekonomi bangsa rakyat dan negara
karena para penguasa memikirkan diri sendiri tak pernah ada puasnya
lalu kau bertanya, apakah kita harus percaya pada para penguasa
aku jawab, percaya pada para penguasa tak ada gunanya
lalu kau berterima kasih atas atas petuah siang hari saya
yang intinya jangan pernah percaya para penguasa
"Bang Stop. Berenti. Udah paham. Udah ngerti. Pencerahan yang hebat," teriak Sabung bahagia.