Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

KPK Bagai Menantu Hidup di Pondok Mertua dalam Menghadapi Mafia Korupsi

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

DPR tahu makna sesungguhnya pidato Pak Beye yang melemahkan peran Menantu dan menyembunyikan korupsi lain di lingkungan Mertua. Keadaan ini sama dengan perseteruan KPK versus Polri, SBY mendua dan tidak tegas dalam memberikan komando. SBY seolah memberikan peran kepada KPK untuk mengusut Korupsi di Polri, namun kalu dicermati SBY justru membatasi gerak pemberantasan korupsi di Polri jika ada. Ini tak dipahami publik dan Rakyat. DPR pun sebenarnya merasa kurang puas. Namun apa boleh buat, untuk sementara SBY mundur selangkah dalam upaya anti pemberantasan korupsi, demi keamanan kursi kepresidenan yang bisa tergoncang jika salah berpihak. Mundur selangkah untuk menang 10 langkah anti pemberantasan korupsi ala SBY, Polri dan DPR! Aneh.

KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) ibarat menantu yang sangat baik dan menjadi idola. Namun menantu itu tinggal bagai di rumah mertua. KPK memiliki rumah. Namun rumah itu selalu saja akan dirobohkan. Bahkan dengan nekat rumah milik KPK itu diklaim sebagai tidak layak huni, tidak pantas ditempati, dan dihuni oleh para criminal. Menantu itu terkenal baik. Menantu itu selalu dipuja dan dicintai banyak gadis tetangga.

KPK sebagai menantu lelaki yang seksi, rumahnya ditempati oleh mertua laki-laki dan wanita. Istri KPK yang seksi hendak diambil oleh mertua KPK. Kenapa karena istri KPK itu dianggap durhaka kepada mertua. Mertua KPK tidak mau menerima kenyataan istri KPK menyidik saudaranya. Mertua KPK sangat marah kepada istri KPK.

Karena telah begitu meresahkan dan menjengkelkan mertua KPK yang menjabat sebagai Polisi melakukan tindakan lucu. Bersama dengan saudara kandungnya, DPR, Mertua mengajak Pak Beye, Lurah Desa Besar Penuh Korupsi, untuk merecoki KPK dan keluarganya.

Sehabis makan malam yang dihadiri oleh Menantu, Istri, Mertua dan Pak Beye, seperti biasa Menantu laki-laki itu masuk ke dalam kamar. Sebagai pengantin baru Menantu laki-laki itu ingin memadu kasih dengan Istri. Maka dengan bahagia Menantu dan Istri masuk kamar mereka.

Mertua yang sudah dirasuki sifat su'udzon selalu berburuk sangka. Dia mengira Menantu akan menyiapkan tuntutan dan memberantas korupsi yang dilakukan oleh dirinya. Mertua berusaha menggagalkan usaha Menantu menyidik soal korupsi. Apalagi DPR mendukung dirinya. Juga Pak Beye ambigu dan mendukung secara tidak langsung. Maka Mertua, DPR dan Pak Beye bersatu menghambat usaha Menantu.

"Tok-tok-tok!" bunyi ketukan pintu dari luar. Menantu dan Istri terpana. Mereka baru saja menutup pintu. Celana dan baju juga belum dilukar. Selimut juga belum ditarik. Dengan berat hati Istri membuka pintu. Rencananya Menanti dan Istri akan membuka kasus Century setelah selesai membuka kasus Simulator.

"Ada apa Pak?" tanya Istri dengan muka kosong.

"Pesan buat suamimu. Jangan periksa Djoko Susilo!" kata Mertua dengan pongahnya.

Istri masuk dan memeluk Menantu. Dipeluknya Istri tercinta. Mereka merayakan cinta dengan segala rasa indahnya. Dibukanya resleting celana jeans Istri...

"Tok-tok-tok!" bunyi pintu diketuk lagi oleh Mertua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline