PKS kembali mengeliat. Ajakan PKS bersama PKB, PPP, PAN untuk membuat gebrakan baru dengan Prabowo-Anis Matta atau Prabowo-Hidayat Nur Wahid sungguh menarik. Kemungkinan besar pasangan Prabowo-Matta dan Prabowo-Wahid akan memenangi kursi capres dan cawapres. Itu harapan PKS yang ingin membenturkan nasionalis-islamis dalam pilpres 2014. Maukah PKB diajak berkoalisi dengan PKS yang selama sepuluh tahun bersama Demokrat bertindak semaunya dan asal paling benar dan tak mendukung kebijakan apapun selain yang menguntungkan PKS?
Apa PKB mau bersatu dengan Gerindra yang jelas Said Aqil Siradj sebagai Ketua Umum PB NU yang menjadi pengayom PKB tak akan sudi mendukung Gerindra dengan Prabowo-nya. NU pun memiliki kedekatan dengan Jokowi dibandingkan dengan partai agama PKS yang jelas-jelas tak laku karena sikap ekslusifnya. Pun perolehan suara PKS yang sangat menyedihkan dan jauh dari target 3 besar juga tak menarik para partai lain.
PKS kini menjadi Partai Kesepian Sekali akibat sikap jumawa dan sikap yang merasa besar. Buktinya PKS menjadi partai emprit alias kerdil dengan posisi ke-7, bukan tiga besar. Malah PKB yang sekarang menjadi primadona. Dan posisi tawar PKB yang jelas mendukung koalisi dengan Jokowi sangat tinggi tanpa harus bergabung dan membangun koalisi dengan PKS.
PAN pun melalui Hatta Rajasa sangat paham tingkah laku PKS selama ini dalam koalisi dengan Demokrat. PAN tentunya tak akan dengan mudah tunduk pada pimpinan partai berjenggot yang suaranya kerdil dan tak memiliki posisi tawar selain justru menjadi barang antipati para pemilih.
Namun, bagi Gerindra, ini menjadi hal yang sangat penting dan menarik. Kenapa? Gerindra juga sebagai partai pemenang nomor 3, namun suaranya kerdil: cuma 11%. Angka 11% bukanlah angka tinggi yang sangat dekat dengan Demokrat dan PKB. Tentu Gerindra akan menyambut dengan sukacita setelah incaran pertama NasDem memilih berkoalisi dengan Jokowi.
Pun sebenarnya pertimbangan penolakan PKB, PPP, PAN bukan hanya terhadap PKS yang dalam koalisi mencla-mencle, namun juga pertimbangan Gerindra yang perolehan suaranya tak dominan alias kecil. Hal lain yang lebih penting lagi adalah adanya keraguan para partai PKB, PPP, PAN untuk mengusung capres model Prabowo Subianto yang selalu disebut terindikasi melakukan pelanggaran dalam penghilangan aktivis mahasiswa dan pro demokrasi tahun 1998. Amien Rais jelas tak akan mendukung. PPP pun akan diam karena suaranya kecil. Jadi hanya PKS yang akan mendukung Gerindra.
Nah, Poros Tengah II gagasan PKS tak akan terwujud. Akan terwujud kalau Poros Tengah jika PKB berani berkhianat terhadap para kiai NU yang tak menghendaki capres yang bermasalah hukum, capres yang tak sopan, dan capres yang berangasan dan beringas. NU menghendaki capres yang sejuk dan damai serta sopan dan bersahaja - seperti karakter warga NU yang mutmainah, tenang, tawadhu, dan sopan serta tidak berangasan dalam berpolitik dan beragama.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H