Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Dejavu Mega-Jokowi dan Kebesaran Jiwa

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dejavu Megawati dan Jokowi dalam diri para pemuda dan Bung Karno pada masa revolusi 1928-1948. Ketika itu Bung Karno adalah fenomena. Namun di balik Bung Karno ada banyak pemuda pundukung Bung Karno. Bung Karno membutuhkan pemuda dan pemuda membutuhkan ketokohan Bung Karno. Bagaimana gambaran Megawati yang memiliki semangat muda menjadi pendorong bagi perubahan di Indonesia melalui Jokowi dan perbandingan kondisi tak menentu pada 1928-1948?

Kini terjadi dejavu Megawati Soekarnoputri memberikan legitimasi dan amanah kepada Jokowi untuk menjadi presiden RI. Mega-Jokowi adalah dejavu para pemuda terhadap Bung Karno. Posisi Mega sekarang seperti semangat para pemuda Indonesia pada dua dekade 1928-1948, sementara Jokowi menjadi sosok yang layak didorong memimpin bangsa seperti Bung Karno.

Bung Karno adalah proklamator. Bung Karno adalah pendiri dan pembuat konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketika Jepang menanyakan kalau mau membentuk Negara Indonesia maka perlu wilayah, Bung Karno muda menyebut: semua bekas jajahan Belanda yang disebut Hindia Belanda. Belanda dan Jepang pun dibuat terbelalak dan tak menduga ketika Bung Karno - dan Bung Hatta - memerdekakan Indonesia dalam bentuk NKRI seperti Pembukaan UUD 45.

Belanda terkejut karena secara de facto yang menjadi kekuasaan Jepang meliputi semua bekas wilayah Hindia Belanda. Ketika itu Belanda sedang menuju Indonesia dan Jepang sebagai penguasa interim diserobot dan ditaklukkan oleh kecerdasan para pemuda yang memaksa Bung Karno-Bung Hatta untuk memroklamasikan diri tanpa menunggu Jepang memberikan kemerdekaan secara gratis. Para pemuda tak percaya Jepang akan memberikan kemerdekaan - dengan bukti Jepang menunggu penyerahan kekuasaan Indonesia kepada Sekutu sebagai pemenang Perang Dunia II.

Kini semangat kebangsaan Bung Karno tumbuh dalam diri Megawati Soekarno, Mega dengan jiwa besarnya melepaskan hak penuh menjadi capres karena melihat berbagai kebutuhan bangsa. Hal seperti itu dilakukan oleh para pemuda yang rela Bung Karno memimpin perjuangan kemerdekaan dan memimpin Indonesia. Kebesaran jiwa pemuda terhadap kepemimpinan Bung Karno menjadi tonggak kemenangan Revolusi Indonesia selama 1928-1948.

Dalam skala kecil peran Megawati menjadi seperti pemuda yang legowo dan berjiwa besar memberikan kesempatan kepada Jokowi untuk memimpin Indonesia. Yang dibutuhkan kini adalah pemimpin yang jujur, pemimpin yang merakyat, pemimpin yang tidak korupsi, pemimpin yang sederhana, bukan pemimpin yang sok-sokan, pemimpin yang menjauhi rakyat, pemimpin yang sombong, dan suka menyomasi rakyatnya seperti SBY. Dan, kenegarawanan Megawati pantas menjadi catatan gemilang bangsa Indonesia, Jokowi jadi presiden atau tak jadi presiden.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline