Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Stigma Buruk Jokowi, Prabowo, dan Aburizal Bakrie

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ini benar. Tahukah setiap capres memiliki stigma. Stigma itu ada dalam pikiran pemilih. Untuk menguji stigma tersebut dapat dilakukan secara praktis pada diri Anda sendiri. Pertanyaan ini harus diajukan oleh diri Anda sendiri.

Anda katakan ‘Aku akan pilih Prabowo jika ...'. Ya ada ‘jika-nya' kalau memilih Prabowo dan para capres lain. Jika Prabowo begini, maka aku akan memilih dia. Sementara kalau Anda katakana ‘Aku memilih Jokowi karena ... ‘ pun memiliki makna yang berbeda. Dalam konsep bahasa dan psikologi jelas adanya perbedaan di antara keduanya. Dan, keduanya menunjukkan stigma baik positif dan negatif.

Aku pilih Prabowo jika ... mengandung makna adanya tuntutan, syarat, pemenuhan kekurangan, ancaman, rasa menolak, tidak setuju, terpaksa, dan tak menyukai. Sementara kalau dalam diri Anda katakana Aku pilih Jokowi karena ... maka itu menjadi alasan positif secara psikologi terhadap Jokowi. Nah, fungsi kampanye seharusnya mengubah dari ‘jika ...' menjadi ‘karena ...' yang positif.

Kampanye para capres harus menggambarkan dan mencitrakan agar mampu memberikan alasan logis untuk memilih - atau tidak memilih capres tertentu. Masa kampanye sampai pilpres sekitar 3,5 bulan ke depan pasti akan menimbulkan keadaan yang dramatis. Berbagai maneuver akan dilakukan. Penggalangan kader, pendukung, simpatisan semuanya bermain dan berusaha.

Para capres dan juru kampanye dalam strategi kampanya harus mampu menggambarkan dan mengubah ‘syarat' menjadi ‘pemenuhan kebutuhan' berupa alasan positif memilih.

Contoh-contoh kalimat tersebut mengandung stigma yang harus diubah oleh Tim Kampanye adalah sebagai berikut. Aku pilih Prabowo jika dia berjiwa besar dan tidak kekanak-kanakan dalam berpolitik. Aku pilih Aburizal Bakrie jika ARB mampu memutihkan nama hitamnya Lumpur Lapindo. Aku akan pilih Rhoma Irama kalau dia tidak poligami seperti Anis Matta. Kalimat-kalimat tersebut menjadi stigma yang sudah mengubahnya.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline