Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Membaca Peluang Prabowo-Hatta atau Prabowo-Aher di Koalisi Gerindra-PKS-PAN

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perkembangan politik begitu dinamis. Hampir dapat dipastikan Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa. Golkar yang pekan lalu bersemangat mengusung Prabowo-Aburizal Bakrie alias Prabokri menghadapi kendala internal. Rapimnas Golkar pekan ini diyakini akan menentukan nasib Ical. Koalisi tenda besar Golkar, Gerindra, PKS, PAN dipastikan akan kehilangan Golkar. Bagaimana peluang Prabowo-Hatta tanpa Golkar dan bayangan capres Demokrat dan Golkar memengaruhi para pemilih?

Politikus Demokrat Andi Nurpati mengajak koalisi poros baru pimpinan Demokrat dengan Satgab Koalisi Jilid II. Ajakan Nurpati ditujukan tentu kepada PPP, PKS, PKB, PAN, dan Golkar yang pernah bersatu dalam pemerintahan SBY. Ajakan itu tentu tak sembarangan. Hanya PKB yang jelas tak akan bergabung dengan Poros Demokrat itu karena hampir dapat dipastikan akan merapat ke PDIP. Sementara PKS dan PAN kemunginan akan merasa nyaman berada dalam satu gerbong Gerindra. PPP berada di persimpangan dan kemungkinan akan merapat ke Gerindra. Tinggal Golkar yang belum mampu menentukan arah koalisi. Satu partai lagi yang belum menentukan koalisi adalah partai gurem Hanura. Hanura tampaknya akan pula merapatkan diri ke Gerindra atau Golkar.

Golkar yang berada dalam persimpangan akibat kontroversi pencapresan Ical yang jeblok elektabilitasnya, tentu akan menyambut baik ajakan Demokrat yang sama-sama kesulitan mendapatkan tokoh untuk mencapreskan atau mencawapreskan. Para partai saat ini hanya menghitung Prabowo dan Jokowi sebagai kandidat yang mampu bersaing dalam memenangi kursi RI 1.

Faktor pribadi Ical yang dianggap tidak laku dijual juga memengaruhi retaknya koalisi Tenda Besar yang melibatkan Golkar dengan Icalnya. Faktor Ical yang membuat Hasjim Djoyohadikusumo - sang penentu arah Gerindra selain Fadli Zon dengan Prabowo yang selalu menurut dan mituhu kepada keduanya - membatalkan koalisi Gerindra dengan Golkar. Padahal sebenarnya faktor Ical sangat cocok untuk pasangan Prabowo - meskipun internal Golkar tidak rela Ical turun takhta menjadi cawapres.

Ajakan koalisi tenda besar pekan lalu yang disampaikan oleh Gerindra hanyalah pancingan terhadap PKS dan PAN agar segera membuat kesepakatan dengan hadiah berupa kursi cawapres untuk PAN - yang perolehan kursinya melebihi PKS, dan deal politik kursi menteri agama, menteri pertanian, menteri pendidikan untuk PKS. Hasilnya maka pasangan Prajasa - menghindari akronim larangan Prahara - alias Prabowo-Hatta Rajasa maju menyingkirkan Pranita alias Prabowo-Anis Matta dan Prawah alias Prabowo-Hidayat Nur Wahid juga Praherwan alias Prabowo Ahmad Heryawan.

Gagalnya Anis Matta bisa dipahami karena elektabilitas Anis Matta cuma 0,65%, sementara si pentolan wani piro Hidayat hanya 2,3% di mata pemilih. Sedangkan Ahmad Heryawan yang baru 5 bulan dilantik sebagai Gubernur Jabar memiliki elektabilitas tinggi sekitar 12% di Jawa Barat. Sebenarnya pencapresan Ahmad Heryawan sungguh tepat untuk menarik suara di Jawa Barat. Hatta Rajasa yang elektabilitasnya hanya 4,5% di Jawa Barat diyakini tak akan mampu mendongkrak perolehan suara Prabowo.

Suara Prabowo yang 11%, suara PKS yang 6% dan suara PAN yang 7% dengan jumlah 24% bukanlah suara real dalam pilpres. Faktor Prabowo yang elektabilitasnya cukup tinggi diyakini tetap akan stagnan - dan pendukung PAN dan PKS solid - dalam perolehan suara sekitar 25 - 30 % suara pemilih pilpres 2014. Perolehan suara tersebut tidak didukung oleh swing voters alias massa mengambang. Namun suara Prabowo bisa juga tergerus habis jika faktor Hatta Rajasa yang merupakan boneka Amien Rais dan faktor PKS yang tengah merosot reputasinya akibat eksklusifisme PKS.

Kondisi peluang Prabowo dengan pasangan Hatta Rajasa - sama dengan tidak memiliki peluang mendulang suara bagi pemenangan Prabowo. Sebenarnya, sekali lagi, pasangan paling tepat bagi Prabowo adalah Aburizal Bakrie atau Ahmad Heryawan.

Jadi peluang memenangi kursi presiden bagi Prabowo-Hatta ada pada titik terendah dibandingkan dengan berpasangan dengan Aburizal Bakrie atau Ahmad Heryawan.

Salam bahagia ala saya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline