Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Prabowo Ada Jokowi, dari Prajurit ke Calon Panglima Tertinggi TNI

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Prabowo adalah sosok luar biasa. Dalam arti yang sebenarnya maupun dalam arti kiasan. Kisah hidupnya, nasibnya, kepribadiannya sangat menarik untuk diamati dan diikuti. Inilah catatan tentang Prabowo dari seorang prajurit, cawapres, capres, sampai calon Panglima Tertinggi TNI. Mari ikuti kisahnya yang sangat menarik yang disisipi oleh keberadaan Jokowi sebagai sisi cerita Prabowo.

Nama Prabowo Subianto melambung tinggi ketika menjadi Danjen Kopasus. Berwajah ganteng dan gagah, Prabowo muda hanya pantas menikahi putri raja atau presiden. Dan, benar. Prabowo menikahi Titiek Prabowo. Menikahi putri eyang saya Presiden Soeharto merupakan sarana menuju kemuliaan. Titiek adalah jembatan kemuliaan yang dia tak miliki sendiri. Dalam khasanah kebudayaan dan mistis Jawa, garwo sangat penting. Kisah kemuliaan pertama berakhir ketika Prabowo bercerai dengan Titiek mengikuti nasibnya dipecat dari dinas TNI.

Bahkan Prabowo pun dituduh sebagai pelaku pelanggaran HAM dan pernah dipanggil oleh Komnas HAM sebagai saksi-pelaku. Namun Prabowo tidak pernah hadir dan mangkir atas panggilan Komnas HAM tersebut. Berkas kasus hukum Prabowo pun masih ada di Kejaksaan. Tak ketinggalan Prabowo pergi ke luar negeri untuk menghindari pemeriksaan.

Namun, pada suatu saat, Prabowo pulang ke Indonesia dan mengikuti Konvensi Capres Partai Golkar pada 2004. Prabowo kalah melawan Wiranto yang menjadi capres. Usaha Prabowo tak berhenti, pada 2009 Prabowo maju lagi menjadi cawapres mendampingi Megawati. Prabowo pun gagal menang karena fenomena Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang luar biasa.

Tak patang arang, Prabowo terus berjuang dengan partai guremnya Gerindra. Kampanye sepanjang 2009-2014 melalui media televisi memopulerkan diri dengan iklan di televisi berhasil mengangkat Prabowo. Pada 2012, Prabowo bersama Megawati menjadikan Jokowi-Ahok sebagai Gubernur dan Wagub DKI Jakarta. Itu prestasi luar biasa. Pun elektabilitas yang tahun 2009 hanya 1,2% terangkat menjadi sekitar 9% pada 2013 awal. Bahkan pada awal 2014, elektabilitas Prabowo tercatat sekitar 13%. Prabowo berada pada posisi kedua popularitas setelah Jokowi.

Di tengah popularitas Jokowi yang tak terbendung dan tak lakunya para cawapres lain seperti Hatta Rajasa, Aburizal Bakrie, Anis Matta, Hidayat Nur Wahid, Suryo Paloh, Muhaimin Iskandar, Gita Gutawa, Rhoma Irama, dan Wiranto dan Harry Tan, Prabowo tiba-tiba melejit menjadi pesaing paling kuat melawan Jokowi.

Media massa yang hebat membesarkan elektabilitas Prabowo yang 19%. Maka Prabowo berubah menjadi satu-satunya orang yang dianggap mampu menandingi Jokowi. Para partai terobsesi merapat dan ingin numpang mulia dengan menjadi pendukung Prabowo.

Salah satu penyebab Prabowo didukung oleh 7 partai yang memiliki sekitar 62% suara di DPR adalah cara Jokowi yang jual mahal. Jokowi menyaratkan koalisi tanpa syarat, padahal para partai seperti PKS, PPP, Golkar, PAN adalah para partai bergelar ‘kursi menteri' dan ‘wani piro'. Tentu pada akhirnya Jokowi dijauhi oleh para partai. Kondisi ini ditangkap oleh Prabowo.

Meskipun hanya bermodal 11% suara di DPR, Prabowo dengan meyakinkan mampu ‘meragukan' keyakinan bahkan SBY bahwa dia akan menjadi Presiden RI - bahkan Prabowo pernah meminjam podium Kepresidenan di Istana Presiden untuk berpidato meminta dukungan SBY atau seolah SBY mendukungnya.

SBY pun diam dan tak berani menegur Prabowo yang bertindak di luar kepatutan yang bukan haknya berpidato di Podium Kepresidenan dengan lambang garuda. Tak pelak semua pentolan partai pun goyah dan akhirnya mendukung Prabowo. Yang pertama terpengaruh oleh sikap SBY tentu besan SBY, Hatta Rajasa. Hatta setelah ditolak oleh Jokowi segera merapat ke Prabowo. Langkah ini mendahului Aburizal Bakrie yang masih percaya diri mendapatkan partner untuk menjadi capres. Namun jangankan capres, untuk menjadi cawapres Jokowi pun ARB tak laku.

Dalam kondisi putus asa, ARB mendukung Prabowo dan dijanjikan posisi Menteri Utama jika Prabowo menang. Di tengah meredupnya bisnis ARB dan juga kegagalannya memenangi pileg 2014, menjadi Menteri Utama adalah peluang besar bagi ARB. Maka bersama sekondan lain seperti Idrus Marham, ARB all-out membela Prabowo dan memastikan Prabowo menang seperti juga janji dan koar-koarnya PKS. (Bahkan sampai setelah kekalahan Prabowo, Idrus Marham, ARB dan PKS adalah motor penggerak Prabowo untuk tidakmenerima kemenangan Jokowi-JK sampai titik darah penghabisan. Sampai nanti di forum Pansus Pilpres, Pansus MK dan aneka pansus untuk mendelegitimasi Jokowi-JK. Semua ini berawal dari ketidakrelaan dan kemaluan kalah melawan orang tukang mebel: Jokowi yang dua tahun lalu dibantu oleh Prabowo menjadi Gubernur DKI.)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline