Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Pak Jokowi, Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel untuk Bantu Gaza!

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia akan bisa lebih membantu Gaza dengan membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Pak Jokowi diharapkan mampu membuat terobosan terkait masalah ini. Jokowi harus mendapatkan gambaran utuh tentang Gaza dan Tepi Barat dari berbagai sudut pandang. Termasuk sudut pandang Israel. Berikut gambaran obyektif terkait Gaza, Tepi Barat, dan Otoritas Palestina dari kaca mata Israel untuk dijadikan pertimbangan dalam membuka komunikasi dan membantu Palestina.

Gaza sudah sejak lama dan selalu diblokade. Tak hanya setelah pecah dengan kelompok di Tepi Barat - wilayah dalam kontrol bangsa Arab-Palestina - Gaza memang selalu diblokade. Penamaan Negara Palestina belum juga terwujud. Yang ada otoritas Palestina. Presiden dan Perdana Menteri Palestina dan Hamas pun hanyalah simbol seperti Presiden Direktur sebuah perusahaan yang disebut Otoritas Palestina. Pasukan tentara dan polisi Arab-Palestina lebih sebagai penjaga keamanan dibandingkan sebagai tentara beneran. Simbol-simbol negara seperti presiden, perdana menteri, menteri, kepala keamanan nasional, walikota, hanyalah simbol perjuangan dan persiapan terbentuknya sebuaha negara nantinya.

Maka sejak Hamas tampil dengan intifada dekade 1990-an dan 2000-an, Israel sedikit terhenyak. Dengan berbagai cara Hamas mengumpulkan kekuatan militer dengan membeli senjata selundupan di pasar gelap melalui berbagai terowongan di Rafah yang berbatasan dengan Mesir. Perlawanan Hamas menjadi simbol perjuangan yang mendapat simpati rakyat khususnya di Jalur Gaza, setelah ‘kegagalan' Otoritas Palestina sejak sebelum Presiden Mahmud Abbas berkuasa untuk melawan Israel.

Otoritas Palestina di Tepi Barat dianggap pro Israel dan lemah. Oleh karena itu, Hamas tampil dan mendapatkan sambutan dibandingkan Faksi Fatah yang pro Pemerintah Otoritas Palestina. Terpecahnya geografi wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza juga membedakan karakter penduduk di kedua wilayah itu.

Penduduk di Tepi Barat lebih lembut dan strategis serta realistis dalam rangka memerjuangkan berdirinya negara Palestina. Kehidupan penduduk di Tepi Barat relatif lebih tenang dan standard dengan mengandalkan kucuran uang bantuan dari Amerika Serikat dan Israel.

Sedangkan penduduk Gaza lebih memiliki karakter kuat, bebas, dan berani. Hal ini disebabkan wilayah Gaza memiliki kesempatan terbuka karena berbatasan dengan Mesir dan Laut Mediterania - meskipun diblokade oleh Angakatan Laut Israel. Posisi strategis Gaza ini - meskipun wilayahnya sempit - di kemudian hari akan menjadi hal yang akan menghidupkan ekonomi Palestina. Dengan adanya akses keluar itulah maka pejuang Hamas masih bisa mendapatkan senjata berat, peluncur roket, bom dan aneka perlengkapan militer yang bisa digunakan untuk menyerang Israel.

Dengan membuat terowongan melewati batas pagar Israel pengikut Hamas mampu melakukan serangan ke Israel. Insiden terakhir penculikan tiga remaja Israel dan dibunuh dengan keji oleh Hamas memicu serangan Israel yang telah menewaskan lebih dari 2000 jiwa di Gaza dan 67 warga Israel. Tindakan balasan Israel - tepatnya penduduk Israel yang menculik dan membakar remaja Arab-Palestina pun memicu balas dendam penduduk Gaza.

Israel dengan kekuatan angkatan udara, laut, darat melancarkan serangan yang mematikan. Dengan kapasitas tak seimbang, Israel melakukan pembumi-hangusan secara acak terhadap pihak-pihak yang dinilai bertanggung jawab melakukan penculikan dan serangan lewat terowongan yang memasuki wilayah Israel. Maka para individu pejuang Hamas pun diburu. Pejuang Hamas menyatu dengan penduduk ketika diburu oleh pihak keamanan Israel. Israel pun menangkapi banyak orang Israel yang dituduh membuat terowongan dan diadili di Israel.

Israel pun tidak pernah menganggap Gaza sebagai wilayah pendudukan. Secara hukum, Israel mengangap Gaza adalah wilayahnya. Dalam operasi militer ini sebagai contoh, Israel menangkap Mahmoud Amour, Muhammad Abu Rida, Moaman Najar, Isa Najar dan Khaled Najar. Mereka dituduh terlibat dalam organisasi teroris termasuk Hamas, Jihad Islam dan Brigade Martir Aksa Fatah sejak tahun 2007. Kelimanya dituduh sejak sebelum mulai Operasi Militer telah meluncurkan serangan roket ke wilayah Israel, juga meluncurkan granat dan kepemilikan dan serangan ke tentara Israel menggunakan senapan serbu AK-47.

Kini kelimanya yang ditangkap pada 23 Juli 2014 lalu dikenai tuduhan melakukan tindakan dan serangan terorisme dan diadili di Pengadilan Tinggi Israel. Artinya, wilayah Gaza dianggap sebagai Distrik Gaza yang dalam persoalan hukum masih dianggap bagian dari Israel. Israel tak pernah mengakui sepenuhnya wilayah Gaza dan Tepi Barat sebagai wilayah di luar Israel. Itulah sebabnya sampai sekarang terdapat puluhan ribu warga Gaza dan Tepi Barat yang ditahan di penjara Israel untuk perbuatan kriminal biasa atau pun terorisme.

Perjuangan bangsa Palestina masih panjang. Indonesia dikenal dekat dan berjuang mendukung Palestina. Ini pesan untuk Presiden Terpilih Joko Widodo untuk lebih aktif terlibat dan memahami kondisi nyata dan obyektif Gaza dan Tepi Barat yang masih 100% di bawah kendali Israel. Pemerintahan Otoritas Palestina tak memiliki sama sekali kekuasaan selain mengurus rakyat Arab-Palestina dengan persetujuan Israel. Secara ekonomi Gaza dan Tepi Barat tergantung kepada kemurahan hati Israel dan Amerika Serikat serta sumbangan negara sahabat - yang juga dibatasi dan atas persetujuan Israel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline