Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Jokowi, Kasus Munir Telah Usai, Kasus 1998 Belum Selesai!

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus Munir sudah selesai. Kematian Munir jangan dilihat sebagai peristiwa hitam-putih. Munir sebagai pejuang mendapatkan dana dari luar negeri - sama dengan Migrant Care. Tujuannya adalah menguak kebobrokan di Indonesia untuk disampaikan kepada pihak asing. Dalam kasus Munir beberapa pihak telah dihukum termasuk Polycarpus - pilot Garuda. Hukuman terhadapnya adalah kulminasi hukuman terhadap seorang yang berjasa menghilangkan ancaman terhadap bangsa dan negara.

Di dunia mana pun, banyak korban seperti Polycarpus. Dalam sejarah intelejen di KGB, CIA, bahkan pula Mossad dan BIN - jangan lupa BIN Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Sejak zaman Mr. Tan Malaka sampai Om Hendropriyono, sampai sekarang BIN Indonesia memiliki ketangguhan yang mampu meredam kondisi yang sekiranya membahayakan negara - kecuali intelejen ikut bermain.

Yang dianggap sebagai kegagalan intelejen bukan ketika badan intelejen disorot karena seorang anggota badan intelejen, informan, agent, double agent ditangkap dan diadili. Kasus Polycarpus adalah kasus kecil kecelakaan yang BIN ikut diseret oleh anasir asing yang menargetkan para politisi sebagai penanggung jawab. Untuk yang terakhir ini tak ada satu pun dari peristiwa penangkapan agent lalu seorang politikus dimintai pertanggung-jawaban. Terlebih lagi akan meminta pertanggungjawaban pejabat intelejen: hal yang aneh.

Dunia intelejen bukanlah dunia perekrutan TKI atau TKW atau karyawan atau karyawati. Dunia intelejen memiliki organisasi sederhana yang sangat rumit hubungan antara individu - karena di dalam setiap unit ada organisasi, ada bayangan organisasi, ada pula kontra intelejen di setiap unit dan tingkatan.

Dunia intelejen adalah dunia di luar semua dunia. Bahkan seorang presiden pun tidak memiliki akses terhadap organisasi intelejen. Kepala BIN bertanggung jawab kepada presiden secara langsung - dengan koordinasi dan rangkaian organisasi rumit yang melibatkan Polri dan TNI tentunya. Hanya Kepala BIN yang akan menyampaikan hal yang perlu kepada presiden.

Maka ketika Munir terbunuh, di luar kelaziman jika tanpa adanya bukti lalu BIN dinyatakan harus bertanggung jawab. Pelaku pembunuhan sebagaimana terbukti di pengadilan adalah Polycarpus. Dan itulah faktanya. Mengenai keterlibatan Muchdi PR jelas telah terbukti tak terbukti di pengadilan. Bahkan sesungguhnya Munir bisa jadi adalah anggota atau agen pihak tertentu yang justru menjadi korban - yang mengambing-hitamkan pihak lain. Lalu benarkah Polycarpus terkait dengan BIN? Berbagai pertanyaan dan pernyataan patut disampaikan terkait terbunuhnya Munir oleh Polycarpus.

Dengan demikian, kasus pembunuhan Munir sudah selesai dan tak perlu dibesar-besarkan. Orang yang berteriak-teriak untuk mengusut pembunuhan Munir hanya berangkat dari asumsi. Dan asumsi itu dibangun untuk kepentingan Prabowo dan koalisi permanen. Justru yang paling segar seharusnya peristiwa 1998 kasus HAM yang melibatkan Prabowo, terkait penghilangan orang karena operasi Mawar yang jelas Komnas HAM dan Kejaksaan Agung memiliki bukti pemanggilan dan pemeriksaan yang Prabowo selalu mangkir sampai sekarang.

Jadi, Jokowi tak perlu ribet mengurus kasus Munir yang sudah selesai. Yang belum selesai justru kasus 1998 yang pantas dilakukan pengadilan HAM ad hoc, untuk mengadili berbagai kasus HAM termasuk kasus yang diduga melibatkan Prabowo sehingga Prabowo dipecat dari dinas TNI.

Salam bahagia ala saya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline