Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Banjir di Kampung Pulo dan Tradisi Kesetiakawanan Sosial

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banjir kembali menggenangi Kampung Pulo setinggi 2,5 meter - sementara di tempat lain tak ada banjir di Jakarta. Mengejutkan. Banyak orang mengungsi. Mereka menyelamatkan diri dari kepungan air bah. Publik terhenyak, termasuk saya. Anak-anak balita menangis di pengungsian sebuah sekolah. Ibu-ibu kesulitan menyusui. Para bapak dan orang dewasa sibuk menata sumbangan dari pemerintah. Dari para dermawan. Dari para relawan. Bendera partai berkibar di pengungsian: yang paling getol pasang bendera PKS dan Demokrat. Itu sepuluh tahun lalu. Itulah kesadaran pertama tentang melihat penderitaan akibat banjir. Bagaimana fenomena Kampung Pulo menjadi lambang cinta dan tradisi pencurahan kasih sayang dan kesetiakawanan sosial? Mari kita simak fenomena ini dan manfaat keberadaan Kampung Pulo dengan hati gembira ria senang bahagia lupa log out pula.

Manfaat pertama, melestarikan tradisi banjir. Banjir di Kampung Pulo Jakarta Timur adalah tradisi sejak zaman Belanda. Namanya pun Kampung Pulo karena wilayah itu selalu terendam air setiap kali musim hujan. Sejak bulan November sampai Maret - tergantung besaran curah hujan, Kampung Pulo menjadi langganan banjir. Tradisi hidup di wilayah terendam banjir menjadikan wilayah itu tempat curahan kasih sayang: tempat memberikan bantuan. Kampung Pulo adalah lambang dan tempat untuk memberikan kasih, cinta, perhatian kepada orang yang terbiasa dengan banjir. Banjir adalah rutin. Maka bantuan pun juga rutin.

Manfaat kedua, tempat mencurahkan kasih sayang. Jika ingin mencurahkan kasih sayang dan kepedulian, pastikan tempatnya yang pas adalah Kampung Pulo, Jatinegara, dekat bantaran kali. Dari atas jembatan layang Kampung Melayu akan terlihat di bawah sana bantaran Sungai Citarum mengular hampir melingkari wilayah yang disebut Kampung Pulo. Di tempat ini dipastikan akan banjir. Jadi sumbangan Anda dipastikan akan tersalurkan di sini.

Inilah tempat yang cocok untuk menyalurkan rasa kasihan, rasa memelas, welas asih, rasa penderitaan, rasa masygul, rasa cinta, rasa kasihan kepada korban banjir rutin karena menghuni tempat yang berada di bawah titik luap tertinggi bantaran kali atau sungai. Ajaklah anak-anak Anda untuk berbagi kebiasaan menderita karena banjir dengan mengunjungi Kampung Pulo. Banjir yang sudah diketahui dan dipastikan akan menggenangi Kampung Pulo.

Manfaat ketiga, membuat sibuk Pemerintah DKI Jakarta. Kalau Kampung Pulo direlokasi maka penderiataan akan berakhir. Pemda DKI Jakarta akan kehilangan proyek memberi bantuan kepada warga yang sengaja memilih menderita di Kampung Pulo. Para dermawan pun kehilangan tempat untuk menyumbang. Partai pun kehilangan tempat untuk memasang atribut partai. Para orang tua kehilangan tempat untuk mendidik anak-anak mereka agar memiliki kepekaan sosial.

Keempat, memberi kesempatan kepada kru televisi yunior dan penyiar atau reporter radio melatih pemberitaan terkait banjir besar melanda Kampung Pulo. Para kru, kameraman pun bisa berlatih untuk mengambil gambar yang pas untuk memotret kebiasaan menghadapi banjir. Penyiar atau reporter televisi pun bisa menyiapkan pertanyaan karena para penghuni Kampung Pulo telah memilki kebiasaan dan terbiasa dengan kondisi banjir di Jakarta.

Jadi, kami mendukung sepenuhnya warga Kampung Pulo tetap bertahan di tempat itu. Tak elok menghilangkan tradisi banjir tahuhan di Jakarta. Tak elok membuang kesempatan berbagai organisasi menyalurkan bantuan ke tempat itu. Tak elok menghilangkan kesempatan PKS memasang bendera partai. Tak elok membuat Tim SAR DKI dengan perahu karetnya kehilangan tempat rutin mengabdi dan melayani. Tak elok juga menghilangkan kesempatan kepada kru televisi untuk mendapatkan tempat banjir yang sudah bisa ditentukan dan diperhitungkan kejadiannya. Dan tak elok menghilangkan tempat untuk mencurahkan kasih sayang dan kebahagiaan dan menjalin kesetiakawanan nasional. Maka warga Kampung Pulo harus memertahankan tempat itu: tuntutlah uang ganti rugi sebesar-besarnya. Tolak relokasi ke rumah susun. Bertahanlah di Kampung Pulo selama-lamanya.

Salam bahagia ala saya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline