Lihat ke Halaman Asli

“Selamat Para Pemimpin, Rakyatnya Makmur Terjamin”

Diperbarui: 26 Juni 2015   20:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Momen religius, tampaknya juga menggerakkan para seniman untuk berkarya. Di bulan Ramadan, seniman musik menghasilkan album-album Qasidah seperti halnya yang banyak dinyanyikan oleh Grup Bimbo. Bagaimana dengan Lebaran? Rupanya Gema Takbir dan Idul Fitri juga tak kalah menjadi inspirasi bagi pencipta lagu.
Seiring dengan datangnya Idul Fitri 1429H ini, saya juga teringat dengan sebuah kaset berisi lagu-lagu bertema Lebaran. Sobat saya - Rachim Hamid, yang dulu pernah bekerja di TVRI - yang merekamkan saya lagu-lagu tersebut, kini sudah almarhum. Tapi kenang-kenangan yang ia berikan sungguh tak lekang dimakan zaman.
Berbeda dengan Album Lebaran yang dibawakan oleh satu kelompok atau seorang penyanyi, seperti halnya Elfa's Singers yang mengeluarkan Album Lebaran tahun 1991, rekaman Alm Pak Rachim ini gado-gado. Kualitasnya pun so-so karena direkam dengan alat sederhana. Tapi bagi saya, ini koleksi istimewa. Ia memberi judul kaset itu "Koleksi Lagu Lebaran Tahun '50, '60, '70, dan '80-an".
Di dalamnya, mewakili era 1970-an, ada Ernie Djohan yang diiringi Band Eka Sapta menyanyikan lagu "Lebaran Anak Muda", juga Tety Kadi diiringi Band Empat Nada menyanyikan "Gembira di Hari Raya". Tak ketinggalan pula Titik Sandhora dan Muchsin dengan Band Favourite menyanyikan lagu "Menyambut Lebaran".
Dari era lebih dulu,ada A Ramlee, Noor Kumalasari, Rafeah Buang dan Sanisah Huri. Dua yang terakhir ini menyanyi dengan iringan Orkes Kassim Masdoor. Sementara penyanyi lain, Saloma, tampil diiringi Orkes Achmad Jaa'far.
Tetapi yang paling top adalah lagu "Hari Lebaran" yang dinyanyikan Didi dengan iringan Orkes Mus Mualim. Lagu ini lah yang pada tahun 1960-an begitu populer menjelang dan saat Lebaran. Generasi lebih muda hari ini mungkin masih ingat satu dua penggal liriknya, "Selamat para pemimpin, rakyatnya makmur terjamin..."
Urutan kedua yang paling terkenal tentu saja nyanyian Oslan Hussein, berjudul "Lebaran" yang diiringi oleh Orkes Wijaya Kusuma.
Sekadar mengenang kembali kedua lagu tersebut, sekalian membaca konteks sosial pada waktu itu, berikut saya tuliskan kembali lirik kedua lagu tersebut. Sayang, ada bagian dari lagu Didi yang terlompat, karena Pak Rachim mungkin lupa membersihkan dulu piringan hitamnya.
HARI LEBARAN
(Didi, Orkes Mus Mualim)
Setelah berpuasa satu bulan lamanya
Berzakat fitrah menurut perintah agama
Kini kita ber-Idul Fitri berbahagia
Mari kita berlebaran bersuka gembira
Berjabatan tangan sambil bermaaf-maafan
Hilang dendam habis marah di hari Lebaran
Minal Aidin walfaizin, maafkan lahir dan batin
Selamat para pemimpin, rakyatnya makmur terjamin
Dari segala penjuru mengalir ke kota
Rakyat desa berpakaian baru serba indah
Setahun sekali naik terem listrik perei
Hilir mudik jalan kaki pincang sampai sore
Akibatnya tengteng selop sepatu terompe
Kakinya pade lecet babak belur berabe
Maafkan lahir dan batin, lang (?) tahun hidup prihatin
Cari uang jangan bingungin, ‘lan Syawal kita ngawinin
........musik interlude
Minal Aidin Walfaizin, maafkan lahir dan batin
Selamat para pemimpin, rakyatnya makmur terjamin
........musik interlude (pendek)
Cara orang kota berlebaran lain lagi
Kesempatan ini dipakai buat berjudi
Sehari semalam main ceki mabuk brandi
Pulang sempoyongan kalah main pukul istri
Akibatnya sang ketupat melayang ke mate
Si penjudi mateng biru dirangsang si istri
Maafkan lahir dan batin, lang tahun hidup prihatin
Kondangan..............., korupsi jangan kerjain
EPILOG:
Minal Aidin Walfaizin...Same-same deh
Barangkali ada salah-salah kate, minta dimaafin ye...
Minal Aidin walfaizin, setahun sekali ini Lebaran...
* * *
LEBARAN
(Oslan Hussein, Orkes Wijaya Kusuma)
Selamat Hari Lebaran, Minal Aidin Walfaizin
Mari bersalam-salaman, saling memaaf-maafkan
Ihlaskan lah dirimu, sucikan lah hatimu
Sebulan berpuasa, jalankan perintah agama
Selamat Hari Lebaran, Minal Aidin Walfaizin
Mari mengucapkan syukur,ke hadirat Ilahi
Kita berkumpul semua, bersama sanak keluarga
Tak lupa kawan semua, jumpa di hari bahagia
Selamat Hari Lebaran, Minal Aidin Walfaizin
EPILOG:
Selamat Hari Lebaran ya, maaf lahir dan batin..
Maklum deh kita kan sama-sama muda, sama-sama suka terdorong..iya nggak
Sama-sama deh Kang Oslan..
Iya deh
Sampai tahun depan....
* * *
Tentu, nuansa tersebut akan lebih tertangkap lagi bila kita mendengar langsung kedua lagu tersebut. Lagu Oslan lebih simpel, liriknya pun normatif, tapi penyanyinya beken. Sementara lagu Didi lebih memotret suasana sosial masyarakat ketika merayakan Hari Lebaran. Di dalamnya ada nuansa jenaka, mengundang senyum setidaknya. Orkes Mus Mualim pun lebih hidup mengiringi lagu ini.
Tapi yang tidak kalah pentingnya adalah bagian lirik yang terkenal itu, yang menyentil pemimpin. Tergolong berani juga ya untuk konteks zaman itu... Sayangnya, setelah sekitar lima dekade berlalu dari zaman lagu itu, kondisi kita ya tetap dalam konteks yang disindirkan lagu itu....yaitu penuh pengharapan akan rakyat yang makmur.
Hingga hari ini pun, pemimpinnya selamat...tapi rakyatnya tak kunjung makmur dan terjamin....
Selamat Lebaran saudara-saudaraku.
(NL, Semarang, 30 September 2008)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline