Lihat ke Halaman Asli

Tradisi Sekaten di Tengah Modernisasi

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13897638511707315276

Bagi masyarakat Solo kebanyakan akan mengenal tradisi Sekatenan yang rutin digelar di alun-alun utara Kota Surakarta. Peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW ini biasanya disertai dengan menggelar beragam arena permainan dan makanan. Ada yang cukup berbeda dari Sekaten dibandingkan beberapa tahun lalu. Kini sudah tidak ada lagi (atau saya tidak menemukan) beragam permainan ketangkasan yang menyediakan hadiah. Atau gelaran musik dangdut tiap malam yang biasanya menampilkan penyanyi dengan dandanan pakaian minim. Pun juga kini menjamurnya pedagang kerak telor yang asli betawi turut diperjual belikan. Saat berkunjung ke Sekaten setelah lama tak melihat ternyata ada beragam permainan yang bisa dibagi untuk balita serta anak-anak hingga remaja. Orang tuapun tentu boleh ikut menikmatinya. Yang membedakan dengan arena permainan diberbagai tempat, tak ada tiket masuk arena sehingga orang tua bebas memilih dan menemani anak. [caption id="attachment_290204" align="aligncenter" width="423" caption="Komedi putar yang bertahan puluhan tahun"][/caption] Untuk balita tersedia kereta kelinci atau kereta mini dengan rel muter dilokasi itu. Atau memancing ikan menggunakan magnet, mandi bola, prosotan dan kapal air. Untuk anak-anak hingga remaja tersedia komedi putar, kapal ayun, gedung hantu, tong setan dan lainnya. Tersedia juga mainan jaman dulu yang bertahan hingga sekarang seperti gerabah berwujud uleg-an (apa ya bahasa Indonesianya?), peralatan memasak mini, topeng kertas, kapal kelothok, celengan yang sekarang bentuknya ada juga angry bird. Bila dulu permainan ini disediakan oleh beragam usaha, kini semua permainan sepertinya hanya digelar oleh Berkah Ria, penyelenggara even permainan asal Klaten. Selain itu beragam makanan kecil tradisional masih dijajakan. Entah apa namanya wong tidak hapal. Kini mendapati toilet dan tempat sholat ditengah arena cukup mudah dibanding dulu. Sayangnya nuansa peringatan Maulid Nabi tidak tercermin dalam arena ini. Sehingga hubungan antara Maulid Nabi dengan sekaten kurang bisa saya maknai dan saya ceritakan pada anak. Sekelumit sejarah sekaten disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline