Lihat ke Halaman Asli

Teori Hemisphere Dalam Perkembangan Anak Berpikir Kritis, Kreatif, dan Problem Solver

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tujuan terpenting dari pendidikan adalah membantu para siswa belajar bagaimana berfikir secara produktif, dengan memadukan cara berfikir kreatif dan cara berfikir kritis. Proses belajar mengajar harus memungkinkan siswa untuk mengkontruksi pemahaman mereka sendiri melalui cara belajar kreatif dan berfikir kritis yang didasarkan pada apa yang telah mereka ketahui sbelumnya. Cara berfikir kreatif memfokuskan diri pada bagaimana seorang siswa menggeneralisasikan ide-idenya, sedangkan cara berfikir kritis lebih menekankan diri pada bagaimana siswa mengevaluasi ide-ide yang ada. Namun sayangnya, sekolah atau madrasah sering menelantarkan bakat dan kreatifitas yang dimiliki para siswa tanpa mempedulikan sejauh mana kreatifitas pada para siswa?. Padahal sikap kreatif sangat perlu dipupuk sejak dini, sehingga siswa kelak tidak hanya sebagai “konsumen” tapi mampu menghasilkan sesuatu yang baru.

Problem solver merupakan susatu proses pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan masalah dan mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru dan tidak biasa. Problem solver melibatkan emosi/afeksi siswa selama proses pemecahan masalah. Masalah problem solving juga dapat menantang pikiran dan bernuansa teka-teki bagi siswa sehingga siswa merasa penasaran dan termotivasi untuk selalu terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam mengoptimalkan intelektual anak agar berfikir kritis dan kreatif harus didukung dengan kinerja dari otak kiri dan otak kanan. Kedua belahan otak bertanggung jawab silang, maksudnya belahan otak kanan bertanggung jawab terhadap tubuh bagian kiri dan sebaliknya. Otak kiri dicirikan dengan karakteristik yang berhubungan dengan kemampuan analisis, logis, urutan, objektif dan rasional. Dengan karakterisitik ini, orang yang dominan menggunakan otak kiri cenderung memiliki pendekatan rasional terhadap kehidupan. Orang yang dominan otak kiri akan lebih tertarik dengan angka, kata-kata atau simbol. Disisi lain, karakteristik yang terkait dengan otak kanan adalah intuitif, acak, subyektif, dan sintesis, sehingga otak kanan lebih kreatif dibandingkan otak kiri.

Jika dua siswa diberikan beberapa kasus, satu dengan dominansi otak kanan dan yang satunya dengan dominansi otak kiri, maka siswa dengan dominansi otak kanan akan mulai bekerja tanpa melalui manual instruksi. Sedangkan siswa dengan dominansi otak kiri akan melakukannya melalui manual, memahami konsep, baru kemudian menangani kasus tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline