Menjadi orang tua..di saat kita menikah kemudian mempunyai anak, banyak dari kita yang beranggapan bahwa kita sedang berada di track atau jalur menjadi orang tua. Faktanya, pada saat itu adalah kita belajar membina sebuah hubungan baik dengan pasangan maupun dengan anak-anak yang kita miliki.
Naaaah, menurut pembaca, kapan waktu yang benar-benar membuat kita menjadi orang tua dari anak-anak kita?
Menurut saya, masa-masa penyesuaian hubungan yang baik dan komunikatif memang pada saat kita menikah dan memiliki anak. Bagaimana cara membuka obrolan biasa yang mampu memancing 'deep talk' dengan pasangan maupun anak. Kemudian menjadikan 'deep talk' tersebut mengalir menjadi sebuah bentuk komunikasi tanpa emosi sehingga membuahkan sebuah kesimpulan.
Tetapi masa itu akan meningkat menjadi sebuah materi yang tingkatannya jauh lebih menuntut kita untuk memposisikan diri kita sebagai orang tua yang sebenarnya. Perubahan yang bergeser dari penyesuaian bentuk komunikasi menjadi jalur konsultasi bagi anak yaitu pada saat anak-anak kita sudah berada di jenjang rumah tangga mereka.
Menyambut pertambahan keluarga, tentunya penyesuaian lagi bagi kita untuk menjajaki hubungan baru dengan orang-orang asing yang tiba-tiba berada dalam lingkaran keluarga.
Keluarga kecil mengalami pertambahan menjadi keluarga besar yang terdiri dari 2 pondasi yang berkembang. Pondasi yang kita bangun dalam diri anak kita akan terlihat hasilnya pada saat mereka menjadi bagian dari keluarga lain. Aset yang kita bangun akan menjadi sebuah anakan pondasi bagi anak kita dalam membina keluarga kecil mereka.
Disitulah letak peranan kita (kembali lagi)sebagai pelajar yang berstatuskan orang tua. Kita akan mendengar dan melihat permasalahan yang dihadapi anak-anak kita.
Memiliki anak-anak yang sudah berumah tangga dengan kondisi mereka yang berbeda-beda, membuat adanya sebuah perubahan sikap dalam diri orang tua. Pada masa kecil, mereka bertumbuh dengan kepribadian kecil mereka, tetapi di saat mereka berada dalam ranah rumah tangga, pertumbuhan dari kepribadian akan menunjukkan kekuatannya secara individu yang sejati.
Sikap kita sebagai orang tua justru dituntut langsung untuk menjadi bijaksana dengan menjadi pendengar dan penonton dari adanya konflik dalam rumah tangga anak-anak kita.
Ternyata disitulah letak pembelajaran diri sebagai orang tua. Tidak ikut campur dalam permasalahan keluarga kecil mereka, tetapi tetap menjadi penonton dan pendengar yang abstain..yang tidak mengeluarkan opini atau pendapat tanpa diminta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI