Lihat ke Halaman Asli

Nasib Sudah Begini

Diperbarui: 10 Oktober 2024   07:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Judul di atas mengingatkan saya kepada beberapa orang yang pernah saya temui. 

"Ya, namanya juga nasib, mba. Mau gimana lagi".

Memang kenapa dengan nasib? Apakah nasib hanya untuk dimaklumi? Apakah nasib hanya untuk dikhidmati? 

Menurut saya tidak, nasib merupakan sebuah kata yang menggambarkan keadaan atau kondisi seseorang yang sifatnya tidak tetap atau dapat berubah-ubah sesuai dengan apa yang kita lakukan pada hidup kita.

Ada kesalahan yang menurut saya mempengaruhi paradigma seseorang mengenai nasib, yaitu :

1. Ada yang salah mengenai pemaknaan kerja keras

2. Ada yang salah mengenai pemahaman situasi hidup atau kondisi hidup

3. Ada kesalahan mengenai perjuangan

4. Dan ada kesalahan mengenai hasil dari kerja keras

Seseorang akan berada dalam situasi atau kondisi yang diiyakan oleh otak bawah sadar kita untuk kemudian menjadi sebuah kesadaran dalam menghadapi hidup. Kesadaran yang membuat kungkungan dalam diri untuk tidak merangkul ke 4 ingredient di atas. Ketika ke 4 hal tersebut dapat menyatu dalam sebuah pengertian, maka saya rasa seseorang akan terus bangkit penuh semangat untuk memperbaiki nasib.

Mind block atau kelelahan mental dalam menghadapi sesuatu, banyak memegang perananpenting ketika seseorang lelah berjuang untuk memperjuangkan nasibnya. Kelelahan ini yang kemudian menjadikan ketidak semangatan dalam berkarya, sehingga memutus tali proses dalam menggenggam kerja keras. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline