Lihat ke Halaman Asli

Adakah Cinta Binatang di Idul Adha??

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan nama Allah Tuhannya langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya. Tiada Tuhan selain Allah, dan sungguh kelak akan menyesallah siapapun yang mengambil sembahan selain Allah, pada hari ketika mereka berdiri di hadapan Tuhannya.

Sebentar lagi Idul Adha kembali menjelang, hari yang bagi umat Islam mengandung cerita keimanan, kisah akan cinta sejati cinta seorang hamba kepada Rabnya dan sebaliknya , sehingga sang hamba mau mengorbankan anak semata wayangnya yang ditunggu hingga usia delapan puluh tahun. Cinta sejati yang akan menggetarkan hati siapapun yang berusaha mendalami maknanya. Tapi sayang seiring perkembangan jaman, makna cinta dipersempit menjadi cintakepada lawan jenis sehingga yang menjadi top story untuk percintaan adalah kisah Romeo dan Juliet dan yang sejenisnya.

Jika bagi umat Islam Idul Adha adalah kisah keimanan, bagi orang-orang diluar Islam yang tidak tahu akan hakikatnya hari besar ini, Idul Adha adalah hari kekejaman, hari pembantaian, dimana umat islam menjadi umat yang tidak berprikebinatangan. Tidak sedikit yang men-cap umat Islam sebagai umat yang kejam, karena mereka membantai binatang dan itu dirayakan dalam kegembiraan, bahkan disiarkan ke TV-TV. Dan itu terjadi hampir diseluruh dunia dimana ada umat Islam di dalamnya. Pendapat ini terlebih datang dari pencinta binatang dan vegetarian.

Tentu kita semua boleh berpendapat dan berpikiran, karna itu adalah salah satu bentuk kemerdekaan dan hak asasi setiap orang yang hidup di Negara merdeka. (bahkan salah satu quotation yang saya sukai adalah yang disampaikan Gusmur di acara Kick Andy yaitu Silahkan anda berpikir segila mungkin selama anda tidak berhenti belajar).Tapi alangkah bijaknya jika dalam pendapat kita, kita mencari kebenarannya, berusaha memperluas ilmu, sehingga dengan pikiran kita sebelumnya, kita malah mungkin bisa menemukan hikmah dan kebenaran sejati.

Tulisan ini khusus saya tujukan kepada siapapun yang salah sangka terhadap Islam, ataupun umat Islam sendiri yang tidak setuju dengan perayaan Idul Adha ini (tidak sedikit saya temui orang yang seprti ini), bukan sebagai pembenaran membabi buta yang ingin memenangkan agama dan pendapat sendiri, tapi agar kita semua tidak tergelincir pada pemahaman yang salah dan agar kita mengetahui kebenarannya. Segala bentuk dialog, sanggahan, pertanyaan, saya bersedia menerimanya, selama tujuannya adalah untuk kebaikan bukan untuk debat kusir, dan mencari siapa yang menang.

Bagi para pecinta binatang, maka apa yang dilakukan umat Islam pada hari raya Idul Adha memang sepertinya jahat. Tapi mari kita samakan penggunaan katanya dulu, sebelum masuk ke prosesnya.

Ada yang menyebut ini adalah pembantaian. Tapi kita harus mengakui bahwa pembantaian adalah pembunuhan dengan asal-asalan, tanpa aturan. Tapi lihat yang umat Islam lakukan. Itu bukanlah pembantaian, karma pembunuhan binatangnya mengikuti beberapa syarat. Harus menggunakan pisau yang tajam, menghadap kiblat, dan dengan menyebut nama Allah. ADA FAKTA YANG MENGEJUTKAN yang diteliti oleh penelitian yang dilakukan oleh Prof. Schultz & Dr. Hazim yang keduanya adalah Animal Scientists dari Hanover University Jerman, yang menunjukkan bahwa hewan yang disembelih tidak merasakan rasa sakit. Hal ini dikarenakan pisau tajam yang mengiris leher tidaklah menyentuh saraf rasa sakit. Sehingga reaksi menggelepar, meregang otot dan lainnya hanyalah ekspresi keterkejutan otot dan saraf saja (saat darah mengalir keluar dengan deras). Dan bukan ekspresi rasa sakit! (Nanung Danar Dono, S.Pt., M.P).

Subhnallah.. Jadi alasan rasa kasihan yang sering diungkapkan tidak dibutuhkan di sini. Karna hewan tersebut tidak merasakan rasa sakit yang kita bayangkan. (Ini pembuktian ilmiah yang dilakukan oleh para ahli lho, bukan pendapat penulis).

Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh sebagian orang di daerah tertentu yang bukan muslim, mereka membunuh hewan dengan cara dipukul, maka memang itu adalah pembantaian. Ada juga yang membuat hewan tersebut pingsan sebelum dibunuh, dengan alasan agar hewan tersebut tidak merasakan sakit, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Hewan itu segera merasakan sakit, setelah dipingsankan. Ilmu Allah memang tidak akan mampu dilawan dengan logika apapun, karena logika termasuk pemberian Allah yang banyak keterbatasan.

Hewan ini juga disembelih dengan menyebut nama Allah, Tuhan yang telah menciptakan mereka. Sebagaimana kita semua yang hanya ciptaan Tuhan, begitu juga mereka adanya. Dan kita semua menjalani peran masing-masing yang telah diberikan. Sebagai manusia, kita adalah khalifah Allah, pemakmur bumi. Dan selain manusia, mereka adalah makhluk yang diciptakan Allah untuk membantu manusia dalam menjalankan peran kekhalifahan tersebut.

Hewan tersebut mengetahui dan sadar akan tugas mereka tersebut. Saya juga pernah membaca di sebuah artikel, jika sapi dan kambing tidak disembelih maka akan terjadi ketidak seimbangan ekosistem. Karena kita tahu, mereka memakan rumput, maka jika mereka terus berkembang biak, tanpa ada pengurangan jumlah, maka kelak manusia akan berebut tanaman dengan sapi dan kambing. Walau bergurau, tapi ini memang sebuah kenyataan.

Ditinjau dari segi kesehatan, mengkonsumsi daging dalam jumlah yang tidak berlebihan juga sangat dibutuhkan oleh tubuh, terutama bagi anak-anak yang masih dalam proses pertumbuhan. Daging sapi dan daging yang halal lainnya dalam islam, juga ikan, mengandung zat besi, vitamin, protein, omega 3 dan zat-zat baik lainnya yang dibutuhkan untuk membangun tubuh dan kecerdasan otak. Ini sering jadi sanggahan bagi para vegetarian, yang merasa sehat-sehat saja menjalani pola hidup mereka. Untuk orang yang berusia lanjut yang mengidap kolesterol, ataupun orang dewasa mungkin tidak masalah menghindari daging, atau bagi yang sakit malah dianjurkan. Tapi tidak berarti bisa digenaralisir bagi semua orang, terutama kalangan anak-anak yang masih dalam pertumbuhan.

Secara sederhana pun kita berfikir, jika makanan itu halal, baik bagi kesehatan, dan hewan tersebut juga tidak menderita seperti yang kita bayangkan, maka sangat sayang masih mencari-cari alasan untuk tidak memakannya.

Ditinjau dari segi sosial, Idul Adha dan penyembelihan hewannya pun menceritakan kepedulian. Karena tidak semua orang beruntung bisa dengan mudahnya menikmati daging. Bagi mereka daging yang enak itu begitu mahalnya, maka ketika Idul Adha datang, lauk yang biasanya cuma tempe, tahu, dan lalapan pun bisa berganti. Maka perayaan itu bukanlah perayaan akan ketidak berdayaan binatangnya, tetapi adalah perayaan ketika bisa berbagi rezki, sama2 merasakan.

Bagi orang-orang yang diberi kelebihan rezki pun Idul Adha juga saatnya mengorbankan kecintaan akan harta. Adakalanya semakin bertambah harta, semakin meningkat juga kecintaan kepada harta tersebut. Sekian ratus ribu, atau sekian juta, akan terasa berat, uang yang dikumpulkan dengan susah payah, dan harus dikeluarkan dengan jumlah yang tidak sedikit, tanpa bekas yang kasat mata, maka ini tidak mudah..

Sekali lagi, ini tentang cinta, cinta akan keimanan, kepatuhan, ketundukan Tak akan mampu dibahasakan.

Idul Adha datang, kembali kepada kita masing-masing untuk menyikapinya. Hingga suatu hari kelak datang membuktikan segalanya. Adakah cinta sebenarnya di hati kita???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline