Rumah yang kita tinggali memang terlihat berbeda dengan pabrik yang mengeluarkan asap hitam. Tapi tahukah kamu, tanpa kita sadari rumah mengkonsumsi begitu banyak energi dan kandungan karbondioksida (CO2) di dalamnya.
Contohnya lampu yang kita nyalakan selama 24 jam akan menghasilkan 214 gram CO2, menyalakan AC selama satu jam menghasilkan 668 gram CO2, 10 jam menyalakan televisi akan menghasilkan 1.114 gram CO2, dan masih banyak lagi lainnya.
Kita kerap tidak menyadari kerusakan lingkungan justru berawal dari hal terdekat dengan kita, yakni rumah tinggal. Mengubah itu semua dan menjadikan rumah lebih Net-Zero Emissions, bukan berarti rumah akan kehilangan kenyamanannya.
Karena menurut Busiri-Vici dari American Institute of Architecture, definisi kenyamanan pada rumah tinggal terletak dari upaya mencari keseimbangan antara cahaya alam, ventilasi natural, dan thermal insulation atau pengaliran panas.
Untuk mendapatkan rumah yang Net-Zero Emissions, hal pertama yang harus dilakukan yakni menanamkan pengertian dan keinginan yang sama ke seluruh anggota keluarga.
Net-Zero Emissions di rumah tidak akan terwujud bila hanya keinginan satu orang anggota keluarga saja. Keinginan untuk tidak hanya menghemat energi tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan energinya sendiri (Net-Zero Building).
Untuk mencapai rumah Net-Zero Emissions akan lebih baik bila dilakukan sejak tahap desain sebelum rumah dibangun.
Tingginya energi yang dibutuhkan dalam sebuah rumah tinggal sangat membutuhkan pendekatan rumah ramah lingkungan (Eco-Friendly), dimulai dari proses desain, pengerjaan, hingga menjadi rumah tinggal.
Dan untuk mencapai hasil akhir yang Net-Zero Emissions kita harus memahami elemen utama efisiensi energi.
Proses desain dan pembangunan yang saling terintegrasi